
Di Indonesia, ada banyak sekali dongeng yang memiliki pesan moral yang baik. Salah satunya adalah cerita rakyat Bawi Kuwu yang berasal dari Kalimantan Tengah. Penasaran dengan kisahnya? Langsung saja cek ulasan berikut ini!
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan dongeng dan legenda yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Salah satunya adalah cerita rakyat Bawi Kuwu yang berasal dari Kalimantan Tengah.
Kisahnya menceritakan seorang putri yang kecantikannya terdengar sampai kemana-mana dan membuat banyak orang penasaran. Hingga akhirnya ia pun diculik oleh seekor Raja Buaya yang juga tertarik pada kecantikannya.
Semakin penasaran dengan kisah lengkap dari cerita rakyat Bawi Kuwu yang berasal dari Kalimantan Tengah ini? Cek artikel ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik, fakta menarik, dan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah
Alkisah pada zaman dahulu kala, di dekat Bukit Tunggal terdapat Danau Sabuah. Di danau tersebut dikenal ditinggali banyak sekali buaya ganas. Saking ganasnya, jika mereka mendengar goncangan ranting yang jatuh saja, mereka akan langsung menyambarnya.
Demi keamanan warga sekitar, akhirnya di sekitar Danau Sabuah itu dibuatlah pagar dari kayu bulat, yang disebut juga dengan nama Banjang. Sejak saat itu tidak ada satu pun buaya yang bisa masuk ke area yang banyak digunakan warga untuk mandi dan mencuci. Warga sekitar pun menjadi semakin senang karena bisa melakukan kegiatannya dengan tenang.
Di dekat Bukit Tunggal tersebut juga terdapat kampung bernama Tuwung. Biasanya, warga Tuwung lah yang banyak menggunakan Danau Sabuah untuk kegiatan sehari-harinya.
Di kampung tersebut, terdapat seorang gadis yang sangat cantik. Bahkan, kecantikannya itu sampai terdengar hingga kemana-mana. Banyak orang dari kampung lain yang sengaja datang hanya untuk bisa bertemu dengan gadis yang bernama Bawi Kuwu tersebut. Sayangnya, tak ada satu pun yang bisa berhasil menemuinya karena gadis tersebut harus selalu berada di kamar pingitannya bersama dayang-dayang dan penjaganya.
Tak peduli siapa pun yang berusaha menemui sang penjaga dan menjanjikan banyak hal demi bisa bertemu dengan sang putri, tapi tetap saja mereka selalu gagal. Bahkan, sang penjaga dan para dayangnya tak akan bisa disuap menggunakan barang apa pun.
Rupanya kabar tentang kecantikan Bawi Kuwu itu tak hanya dikenal oleh kaum manusia di desa tetangga. Namun, sampai juga ke telinga Penguasa Alam Bawah, yakni Raja Buaya yang berasal dari Tumbang Rihat. Karena sebegitu penasarannya, sang raja sampai memunculkan diri ke daratan dengan menyamar sebagai pemuda berparas rupawan.
Keinginan Raja Buaya Menemui Sang Putri
Ketika sang raja datang, saat itu masyarakat kampung Tuwung tengah sibuk membuat lubang untuk menanamkan benih, atau yang disebut juga dengan istilah menugal, di Pematang Tilang. Sementara Bawi Kuwu hanya tinggal di kamar pingitannya bersama dua orang dayang dan seorang hamba sahaya bernama Bayur.
Sang pemuda tampan yang merupakan jelmaan Raja Buaya dari Tumbang Rihat itu langsung datang ke rumah pingitan. Ketika ia bertemu dengan Bayur, sang pemuda itu meminta izin untuk diperkenankan bertemu dengan sang putri cantik yang tengah dipingit.
“Izinkanlah aku menemui Bawi Kuwu tersebut,” ucap sang pemuda tampan penuh harap.
“Maafkan kami, tapi kami tak bisa mengabulkan permintaanmu. Kami tak berani melawan perintah dari tuan kami,” jawab Bayur.
“Aku berjanji tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanya ingin membuktikan kecantikannya saja!” ucap sang pemuda tampan lagi.
Anehnya, entah bagaimana Bayur percaya saja pada ucapan sang pemuda rupawan tersebut. Pada akhirnya, ia pun mengizinkan pemuda itu untuk masuk ke dalam rumah.
Namun, bukan berarti sang pemuda bisa langsung bertemu dengan Bawi Kuwu. Karena di dalam rumah tersebut, ia harus berhasil mendapatkan izin dari kedua dayang yang menjaga depan kamar sang putri.
Dan benar saja, kedua dayang tersebut tak memberikan izin kepada pemuda tampan itu untuk bisa menemui sang gadis cantik. Tak peduli berapa kali sang pemuda memohon dan merayu, tapi tetap saja kedua dayang itu menggelengkan kepalanya dengan pasti.
Pertemuan Pertama Raja Buaya dan Sang Putri
Namun, sebagai seorang Raja Buaya, tentu saja pemuda tampan itu tak akan menerima begitu saja. Ia langsung menggunakan kesaktiannya yang membuat Bawi Kuwu entah mengapa merasa gelisah di dalam kamar. Gadis itu merasa harus keluar kamar tanpa mengetahui alasannya.
Karena tak bisa tenang, Bawi Kuwu pun memaksakan diri untuk keluar. Awalnya, kedua dayangnya melarang sang gadis keluar karena takut dengan perintah dari tuan mereka. Namun, karena sang gadis terus memaksa, maka mau tak mau kedua dayang itu pun membukakan pintur kamar tersebut.
Sang pemuda tampan pun akhirnya bertemu dengan Bawi Kuwu dan melihat kecantikannya. Benar saja, kecantikan sang gadis yang memesona langsung membuat Raja Buaya mengutarakan keinginan untuk mempersuntingnya. Bawi Kuwu yang melihat ketampanan pemuda di hadapannya itu langsung mengiyakan permintaan itu.
Namun, sebelum mempersiapkan pernikahan, sang pemuda meminta gadis itu untuk keluar dari rumah tersebut dahulu. Bawi Kuwu pun setuju dan mereka keluar dari rumah tersebut bersama-sama. Anehnya, ketika baru saja turun dari tangga, mendadak mereka langsung menghilang begitu saja.
Dayang-dayang dan hamba sahaya yang menyaksikan hal itu pun langsung tersadar dan panik. Mereka menangis kencang karena sedih dan takut akan hukuman yang mungkin mereka dapatkan karena tidak bisa menjaga sang putri dengan baik.
Ketika warga kampung Tuwung baru saja pulang dari menugal, barulah sang dayang dan hamba sahaya itu menemui tuannya. Mereka melaporkan bahwa Bawi Kuwu telah diculik oleh seseorang dari bangsa Buaya yang menyamar sebagai pemuda tampan. Setelah mengetahui hal itu, sang tuan pun langsung mengumumkan kepada warga kampung Tuwung hingga membuat geger seluruh isi kampung.
Upaya Penyelamatan Sang Putri
Mereka pun langsung menyusun rencana bagaimana bisa menemukan Bawi Kuwu yang menghilang. Kekhawatiran juga muncul di wajah kedua orang tua sang gadis. Karena bagaimanapun juga, Bawi Kuwu adalah intan berlian yang sangat mereka jaga dengan baik. Bahkan, sejak kecil sang gadis rupawan itu sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di tanah.
Bayur sang hamba sahaya yang merasa bertanggung jawab atas hilangnya putri yang ia jaga pun akhirnya menawarkan diri untuk pergi mencari Bawi Kuwu. Demi melindungi hal-hal yang tidak diinginkan, ia mempersiapkan sebuah senjata pusaka bernama Dohong dan topeng bernama Baluh Asip.
Awalnya, Bayur berusaha mencari di beberapa lubuk. Mulai dari Labehu Tandipah Barania, Labehu Tumbang Birah, Labehu Penda Rangas, hingga ke Labehu Terdalam Huluk Danau. Namun, ia masih juga belum menemukan sang putri. Dengan pantang menyerah, ia pun mulai mencari ke lubuk lainnya, seperti Tumbang Sahai, Teluk Karandang, Tumbang Teneng, Tumbang Goha, hinnga ke Labehu Tumbang Rihat.
Ketika sampai di Tumbang Rihat, Bayur menemukan sebuah pusaran air yang mencurigakan. Dengan penuh keberanian, ia nekat melompat terjun ke dalam pusaran air itu. Siapa sangka rupanya pusaran air itu membawanya masuk ke dimensi dunia alam bawah.
Bayur tiba di sebuah lorong jalan panjang yang membawanya ke sebuah perkampungan yang ramai. Setelah mencari informasi dan bertanya ke sana kemari, Bayur mendapati bahwa keramaian itu merupakan puncak dari acara pernikahan antara Bawi Kuwu dengan sang Raja Buaya. Saat itu, mereka akan melakukan upacara yang dinamakan Hasaki.
Upacara Hasaki atau yang dikenal dengan nama Hapalas merupakan salah satu upacara tradisional masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Upacara tersebut merupakan bentuk penyucian diri seorang manusia secara lahir dan batin.
Bayur Telah Datang!
Siapa sangka para penduduk kampung dunia alam bawah yang ditanyai itu langsung menyebarkan berita bahwa Bayur telah datang.
“Bayur tiba! Bayur tiba!” teriak setiap penduduk bersahut-sahutan.
Bayur yang awalnya khawatir karena semua penduduk memberitahukan kedatangannya, kemudian merasa lega. Khususnya ketika para penduduk menyambutnya dengan baik karena menganggap Bayur adalah bagian dari keluarga Bawi Kuwu. Bahkan, ia sampai diminta untuk mewakili keluarga sang putri untuk melaksanakan “menampung tawar” atau memberikan berkat kepada kedua mempelai yang tengah bersanding di pelaminan.
Saat itu, sebenarnya Bayur sudah melihat wujud asli sang Raja Buaya yang sangat buruk rupa. Ia tak lagi melihat wujud pemuda tampan yang ditunjukkan sebelumnya. Meskipun begitu, Bayur tetap menerima permintaan untuk melakukan “menampung tawar” pada kedua mempelai, karena ia memiliki sebuah rencana.
Setelah bergantian beberapa orang melakukan ritual menampung tawar, giliran Bayur pun tiba. Awalnya, ia menampung tawar dari bagian kaki dan naik hingga ke dada. Kemudian, ketika sampai di dada Raja Buaya, Bayur langsung mengambil senjata pusaka Dohong yang ia selipkan di pinggang dan ditusukkan pada dada Raja Buaya.
Sesudahnya, ia langsung melarikan diri. Kemudian ketika sudah cukup jauh dari kerumunan, ia mengenakan topeng yang ia persiapkan dan mendadak ia sudah kembali ke Kampung Tuwung.
Rupanya, kepergian Bayur yang hanya sebentar di dunia alam bawah itu terasa seperti tujuh hari tujuh malam di alam manusia. Bahkan, orang-orang sugan beranggapan kalau Bayur mungkin meninggal dunia dan gagal dalam menemukan Bawi Kuwu.
Kematian Raja Buaya
Oleh karena itu, terkejutlah warga Kampung Tuwung ketika menemukan Bayur tengah berdiri di dekat Banjang. Namun, saat itu Bayur terlihat sangat syok dan tak bisa berkata apa-apa. Warga sekitar pun harus membuat Bayur merasa tenang terlebih dahulu.
Setelah tenang, barulah Bayur menceritakan perjalanannya dalam menemukan Tumbang Rihat. Ia juga menceritakan tentang kejadian penusukan yang ia lakukan pada dada sang Raja Buaya.
“Apabila pada akhirnya ia meninggal karena luka tusukan yang kubuat itum makan dalam tujuh hari ia pasti akan muncul di permukaan air,” ucap Bayur setelah mengetahui bahwa kepergiannya terasa bagaikan tujuh hari tujuh malam di alam manusia.
Warga Kampung Tuwung pun setuju untuk menunggu hingga tujuh hari tujuh malam di Tumbang Rihat. Dan benar saja, pada hari ketujuh, terdengarlah suara keras yang begitu memekakkan telinga. Kemudian di permukaan air muncullah mayat buaya raksasa yang besarnya lebih panjang dari tujuh gawang. Di tengah dada buaya tersebut masih tertancap senjata pusaka Dohong milik Bayur.
Sayangnya, kematian sang Raja Buaya rupanya justru membuat Bawi Kuwu tak akan lagi bisa kembali ke dunia manusia. Sang gadis tak akan bisa diselamatkan.
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah
Setelah membaca dongeng cerita rakyat Bawi Kuwu yang berasal dari Kalimantan Tengah ini, kau perlu mengetahui tentang sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Mulai dari tema cerita, tokoh sekaligus perwatakan, latar, alur, hingga pesan moral yang bisa didapatkan. Berikut adalah ulasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini adalah tentang perjuangan penyelamatan. Dalam dongeng ini mengikuti kisah hidup seorang gadis yang dipingit dan diculik oleh seorang Raja Buaya dari Alam Bawah. Orang-orang satu kampung pun harus mencari cara untuk bisa menyelamatkannya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang memiliki peran dalam pengembangan cerita rakyat dari Kalimantan Tengah ini, di antaranya adalah Bawi Kuwu, dua dayang, Bayur, dan Raja Buaya.
Bawi Kuwu diceritakan sebagai seorang gadis rupawan yang mudah terpengaruh dan terbawa orang lain. Bahkan, ia mudah sekali terpengaruh oleh pemuda tampan yang tidak pernah ia temui sebelumnya dan bersedia untuk menikah begitu saja.
Sementara itu, kedua dayang yang menjaga sang gadis sebenarnya adalah sosok yang penuh amanah dan berusaha menjaga sang gadis dengan baik. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak ketika gadis yang mereka jaga memaksakan diri untuk keluar dari ruangan tempatnya dipingit.
Bayur sang penjaga pada awalnya digambarkan sebagai seseorang yang berusaha menjaga amanah dan melarang siapa pun menemui sang putri. Namun, sayangnya ia justru memberikan izin pada pemuda tampan yang akhirnya menculik gadis yang tengah ia jaga.
Pada akhirnya Bayur yang merasa bersalah pun berusaha bertanggung jawab dengan mencari sang gadis ke sana kemari. Meskipun pada akhirnya, tetap saja ia tak bisa menyelamatkan sang putri.
Raja Buaya merupakan pemimpin Alam Bawah yang bisa berubah wujud. Ia digambarkan memiliki sifat pantang menyerah dan bersedia melakukan segala macam cara untuk mendapatkan yang ia inginkan, dalam hal ini adalah Bawi Kuwu. Sayangnya, ia terlalu mudah lengah sehingga akhirnya bisa dibunuh oleh Bayur ketika proses ritual menampung tawar.
3. Latar
Latar lokasi yang ada dalam cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini terdiri dari beberapa tempat. Di antaranya adalah Kampung Tuwung, rumah tempat Bawi Kuwu dipingit, dan Tumbang Rihat tempat Alam Bawah berada.
4. Alur
Jalan cerita atau alur cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan tengah ini termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan perkenalan tokoh Bawi Kuwu yang tinggal di Kampung Tuwung. Gadis tersebut dikenal sangat cantik hingga harus dipingit oleh kedua orang tuanya.
Meski begitu, tetap saja ada banyak orang yang ingin bertemu dengan gadis tersebut demi bisa membuktikan kecantikannya. Salah satunya adalah seorang penguasa Alam Bawah yang bernama Raja Buaya.
Setelah melalui sang penjaga dan dayang-dayang yang melindungi. Raja Buaya akhienya berhasil menemui sang gadis rupawan. Kemudian, tanpa menunggu lama Raja Buaya langsung menculik dan membawa gadis itu ke Alam Bawah. Di sana, mereka mengadakan pesta pernikahan yang meriah dan melakukan beberapa upacara atau ritual.
Di sisi lain, Bayur sang penjaga merasa bertanggung jawab atas hilangnya sang putri dan menawarkan diri untuk mencarinya. Setelah berkeliling ke beberapa tempat, ia akhirnya menemukan sebuah pusaran air di Tumbang Rihat dan masuk ke dalamnya.
Benar saja, Bayur bisa menemukan putri yang ia cari-cari tengh berniat melakukan upcara pernikahan dengan Raja Buaya di Alam Bawah. Bahkan, ketika ia baru tiba, sepasang pengantin itu sudah melakukan upcara Hasaki. Bayur pun kemudian diminta untuk turut serta melakukan upacara menampung tawar.
Dalam proses upacara menampung tawar itu, Bayur berhasil menusukkan senjata pusaka Dohong miliknya ke dada Raja Buaya. Kemudian menggunakan topeng sakti, ia kembali ke Kampung Tuwung.
Sekembalinya ke kampung halamannya, Bayur menceritakan tentang penemuan Bawi Kuwu di Alam Bawah yang tengah berniat menikah dengan Raja Buaya. Selain itu, Bayur juga menceritakan tentang keberhasilannya dalam menusuk sang pemimpin Alam Bawah.
Ia kemudian menyatakan agar warga kampung menunggu tujuh hari hingga kemunculkan mayat yang telah ia kalahkan itu. Dan benar saja, tujuh hari kemudian, mayat Raja Buaya itu muncul ke permukaan air. Sayangnya, karena terlalu fokus dengan upaya untuk mengalahkan sang raja, mereka seolah lupa akan nasib sang putri dan tak berhasil menyelamatkan Bawi Kuwu dari Alam Bawah.
5. Pesan Moral
Amanat atau pesan moral yang dapat kamu ambil dari cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini adalah untuk melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati dan fokus pada tujuan semua. Jangan sampai seperti Bayur yang memiliki tujuan menyelamatkan sang putri, tapi pada akhirnya tak berhasil karena melakukan pekerjaannya tanpa sepenuh hati.
Selain itu, ada juga pesan yang bisa dijadikan sebagai pengingat untuk selalu menjaga amanah ketika diberikan tugas. Sama seperti kedua dayang yang tetap bersikeras melarang Raja Buaya yang ingin bertemu dengan sang gadis yang dipingit, tanpa memedulikan sang raja sudah menyamar dan terlihat tampan sekalipun. Jangan seperti Bayur yang entah bagaimana justru mengizinkan Raja Buaya masuk ke dalam rumah. Padahal, mungkin saja Bawi Kuwu masih bisa selamat jika saja Bayur tidak membiarkan Raja Buaya yang tengah menyamar masuk ke dalam rumah.
Tidak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini. Di antaranya adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Kalimantan Tengah, seperti nilai budaya, sosial, dan moral.
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah
Setelah membaca kisah dan ulasans seputar unsur intrinsik cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini, jangan lupa ketahui juga sedikit ulasan tentang fakta menariknya. Di antaranya adalah:
1. Kisah Asli Berbahasa Dayak
Cerita rakyat Bawi Kuwu yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah ini aslinya dikisahkan dalam bahasa Dayak, biasanya dikenal dengan nama Kesah Bawi Kuwu Tumbang Rakumpit. Kisah tersebut tak hanya berbentuk tulisan atau dongeng saja, tapi juga lagu daerah yang banyak dinyanyikan oleh warga Dayak.
Bahkan nama Bawi Kuwu sendiri sebenarnya berasal dari kata Inguwu, yang artinya adalah dipingit. Hal itu menandakan tentang keberadaan sang putri yang harus dipingit atau dikurung di dalam rumah karena alasan tertentu. Dalam kisah ini, sang gadis harus dipingit karena kecantikannya yang luar biasa.
2. Ada Beragam Versi Lain
Karena cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini banyak dikisahkan dari mulut ke mulut, makan tidak mengherankan jika kisahnya memiliki beberapa versi yang berbeda-beda. Setidaknya, penulis sendiri menemukan ada dua versi lain yang memiliki kisah yang cukup berbeda.
Pada salah satu versi, diceritakan bahwa Bawi Kuwu yang tengah dipingit itu berhasil melarikan diri ketika pengawasan terhadap dirinya longgar. Kemudian ia menyelinap keluar hingga masuk ke dalam hutan dan bertemu dengan siluman buaya bernama Taja. Siluman itu pun menculik sang gadis dan membawanya ke alam gaib.
Untuk menarik Taja keluar dan menyelamatkan sang gadis, kerabat-kerabat sang gadis mengadakan upacara adat. Namun sayang, akhirnya Bawi Kuwu dan Taja justru terbunuh di tangan salah satu kerabat sang gadis.
Pada kisah lainnya, diceritakan kalau Bawi Kuwu keluar dari rumah karena merasa kepanasan dan ingin mandi di Sungai Rungan. Ia pun pergi bersama kedua dayangnya. Namun sayang, ketika tengah berdiri di atas Lanting atau rakit kayu di tepi sungai, sang putri mendadak disambar buaya besar yang muncul ke permukaan air.
Setelah melalui ritual untuk mencari sang putri selama tiga hari tiga malam, akhirnya seorang Patahu atau orang pintar di suku Dayak menyebutkan bahwa sang putri masih hidup di dalam perut buaya. Mereka pun kemudian mencari Pangareran atau pawang buaya untuk menangkap hewan yang telah memakan sang putri.
Sayangnya, salah satu saudara laki-laki Bawi Kuwu yang terlalu marah dan emosi ketika melihat buaya itu datang, langsung menombak buaya itu hingga mati. Naas, ketika perut buaya raksasa itu dibuka, sang putri yang masih berada di dalam perut pun turut serta tak bernyawa lagi.
3. Tersedia dalam Bentuk Buku Ilustrasi dan Animasi
Meskipun cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah ini memiliki banyak versi, tapi kamu bisa menemukan dongeng ini dalam bentuk ilustrasi khuhsus untuk anak-anak. Jika menggunakan buku tersebut untuk membacakannya pada si kecil, diharapkan buah hati akan lebih tertarik untuk menyimak kisahnya.
Selain buku ilustrasi, kamu juga bisa menemukan beberapa animasinya yang tak kalah menariknya di YouTube. Selain menampilkan gambar yang menarik, beberapa video animasinya bahkan menggunakan cara penceritaan yang seru dan tentunya akan lebih menyenangkan jika disimakoleh buah hati tersayang.
Harapannya, siapa tahu dengan melalui gambar dan cara penceritaannya yang menarik, putra dan putri atau keponakanmu bisa lebih memahami pesan moral yang didapatkan dari kisahnya.
Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah?
Demikianlah ulasan seputar cerita rakyat dan sejarah Bawi Kuwu yang berasal dari Kalimantan Tengah. Bisakah kamu memahami pesan positif dari legenda tersebut? Semoga saja kamu bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-harimu, ya?
Kalau kamu masih ingin mencari kisah yang berasal dari Kalimantan Tengah lainnya, cek saja artikel-artikel di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan legenda Bukit Tangkiling, kisah terbentuknya Pulau Nusa, dan asal usul Danau Malawen.