Sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad, Allah SWT telah beberapa kali mewahyukan kalamnya untuk umat-umat nabi lain. Salah satunya kami ungkap dalam kisah Nabi Musa as menerima wahyu dan mendapatkan kitab Taurat untuk membimbing Bani Israel pada masanya. Simak, yuk!
Taurat adalah kitab yang diwahyukan kepada Musa untuk Bani Israel yang mendiami Mesir pada masanya. Melalui artikel ini, kami memaparkan bagaimana kisah Nabi Musa as menerima wahyu dan mendapatkan kitab Taurat untuk menyelamatkan Bani Israel dari kekejaman Firaun, serta seruan buat mereka agar menyembah Allah SWT.
Bahwasanya, cerita perjalanan Nabi Musa as mendapatkan kitab Taurat tidaklah mudah. Ia harus melewati berbagai ujian, termasuk terusir dari Mesir lantaran melarikan diri dari tentara Firaun yang hendak menangkapnya karena Sang Nabi tanpa sengaja telah membunuh salah seorang penduduk.
Seperti apa kisah Nabi Musa as yang mendapatkan wahyu pertamanya dan menerima kitab Taurat? Jangan hanya bertanya-tanya, kamu bisa langsung menyimak keterangan lengkapnya di bawah ini! Baca sampai selesai, ya.
Saat Musa Mendapatkan Wahyu Pertama
Semua bermula saat Nabi Musa as berada di Madyan dalam pelariannya dari Firaun. Di sana, ia dan keluarganya tinggal bersama sang mertua yang di dalam Alquran hanya disebut sebagai seseorang yang sudah tua. Akan tetapi, terdapat pendapat yang mengatakan kalau mertua Sang Nabi bernama Syuaib. Suatu hari, Musa meminta izin kepada mertuanya untuk pulang ke Mesir guna mengunjungi orang tuanya.
Di tengah perjalanan, ia melewati tempat yang dari sana tampak sebuah bukit bernama Thuwa atau dikenal pula sebagai Bukit Thursina. Di puncak bukit, ia melihat sebuah cahaya bersinar sangat terang. Rupanya, cahaya itu merupakan pertanda dari Allah sekaligus petunjuk bahwa Musa telah menerima wahyu pertama dan diangkat jadi rasul.
“Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, ‘Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu’.” (Surah Thaha: 10)
Sang Nabi pun menuju ke puncak bukit, dan di sanalah Allah menurunkan wahyu tersebut. “Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, ‘Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)’.” (Surah Thaha: 11–13)
“‘Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa’.” (Surah Thaha: 14–16)
Baca juga: Kisah Nabi Yusuf As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Semakin Kagum pada Sosoknya!
Nabi Musa Berpamitan untuk Menerima Kitab Taurat
Setelah menerima wahyu pertamanya, Nabi Musa as berdakwah di Mesir dan mengumpulkan orang-orang yang mau beriman kepada Allah. Tidak sendiri, ia dibantu oleh Nabi Harun, terlebih untuk berhadapan dengan Raja Firaun yang masih mengingat masa lalu ketika Musa membunuh salah seorang pengikutnya.
Ia sempat kesulitan membuktikan kebesaran Allah, membuat Bani Israel mengimaninya, belum lagi meyakinkan Firaun agar ikut beriman kepada Allah Taala. Di hadapan Firaun, ia juga harus melawan penyihir-penyihir Mesir demi menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang benar-benar ada dan hanya Dia-lah yang wajib untuk disembah.
Singkat cerita, sewaktu Sang Nabi telah memiliki sejumlah besar pengikut yang beriman kepada Allah, ia berpamitan untuk pergi dari Mesir. Ia pun menitipkan Bani Israel sementara kepada Harun agar menjadi pemimpin bagi mereka.
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), lalu sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, ‘Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan’.” (Surah Al A’raf: 142)
Baca juga: Kisah Asal Mula Kota Banjarmasin dan Ulasannya, Bukti Ketulusan akan Mengalahkan Kebatilan
Sejarah Nabi Musa Menerima Kitab Taurat
Konon, dalam kisah disebutkan kalau Nabi Musa as kembali mendaki Bukit Thursina untuk mendapatkan kitab Taurat. Sebelum menerima kitab tersebut, ia diperintahkan oleh Allah Taala untuk berpuasa selama 30 hari atau digenapkan selama 40 hari seperti yang tercantum dalam Surah Al A’raf ayat 142 di atas.
Taurat diberikan kepada Sang Nabi bukan berupa bentuk fisik, melainkan kalam. Kalam tersebut dikatakan berupa suara dari dzat Allah yang diperdengarkan kepada Musa dan tidak serupa dengan suara makhluk apa pun ciptaan-Nya. Hal ini sampai membuat Sang Nabi sempat meminta Yang Maha Kuasa menunjukkan wujud-Nya padanya.
“Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau,” ujar Musa seperti tertera pada penggalan Surah Al A’raf ayat 143. Lalu dalam firmannya, Allah menjawab, “‘Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.’ Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, ‘Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman’.”
“Allah berfirman, ‘Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.’ Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu.” (Surah Al A’raf: 144–145)
Selain tertera di Alquran, terdapat riwayat lain yang menyebutkan mengenai kisah tentang kapan tepatnya Nabi Musa as menerima kitab Taurat. Riwayat itu memuat informasi bahwa Sang Nabi menerima Taurat pada malam keenam di bulan Ramadan.
Dari Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, Abu Zur’ah ad-Dimisyqiy berkata, “Abdullah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, ‘Mu’awiyah bin Shalih telah menceritakan kepadaku, dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya, ia berkata, Taurat diturunkan kepada Musa pada malam keenam di bulan Ramadan’.”
Baca juga: Cerita Nabi Ibrahim dan Ayahnya yang Menolak Beriman kepada Allah Taala
Situasi Bani Israel Ketika Ditinggal Musa
Sewaktu ditinggal oleh Nabi Musa as untuk mendapatkan kitab Taurat, Bani Israel hanya bisa menunggu. Mereka gelisah lantaran Musa tak kunjung datang untuk waktu yang menurut mereka cukup lama. Barangkali karena lelah menanti, salah seorang dari Bani Israel bahkan sampai mengabaikan ajaran-ajaran Harun.
Suatu hati, Nabi Harun as berkata, “Hai, Bani Israel, kalian tidak halal memakan rampasan perang, sedangkan perhiasan bangsa Mesir yang kalian bawa adalah ghanimah (rampasan). Kumpulkanlah dan timbunlah dalam tanah. Kalau Musa datang dan menghalalkannya, ambillah, tetapi kalau tidak, itu adalah sesuatu yang tidak boleh kalian makan.”
Mereka pun mengumpulkan harta tersebut dan menimbunnya di dalam tanah. Tak lama, datang seseorang bernama Samiri yang membawa bekas jejak kaki dari kuda Malaikat Jibril, lalu melemparkannya ke timbunan tanah berisi perhiasan itu.
Kemudian dengan izin Allah, tumpukan itu berubah menjadi seekor anak lembu. Begitu melihatnya, Samiri berkata, “Inilah ilah Musa dan kalian, tetapi dia lupa.” Pada akhirnya, Bani Israel malam menyembah lembu tadi dan tidak mengindahkan larangan dari Nabi Harun as.
“Hai, kaumku. Kalian sedang diuji dengan anak lembu itu. Ingatlah, Rabb kalian adalah Ar Rahman. Ikutilah aku!” tegas Harun. “Mereka menjawab, ‘Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami’.” (Surah Thaha: 91)
Menurut Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam bukunya Kisah-Kisah Sahih Alquran dan Sunnah, patung lembu tersebut dibakar setelah Nabi Musa kembali dan abunya dibuang ke laut. Setelahnya, Samiri pun diusir oleh Sang Nabi.
“Musa berkata: ‘Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: Janganlah menyentuh (aku). Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).” (Thaha:97)
Baca juga: Legenda Siamang Putih dan Ulasannya, Pelajaran tentang Janji dan Kesetiaan
Pelajaran Penting dari Kisah Nabi Musa Mendapatkan Kitab Taurat
Demikian tadi riwayat mengenai bagaimana Musa menerima wahyu dan apa saja yang dialaminya selama proses tersebut. Kiranya dengan membaca keterangan di atas, wawasanmu bertambah dan kamu dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidup Sang Nabi.
Bahwasanya, Sang Nabi senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Meski sempat mempertanyakan keberadaan Allah dengan meminta-Nya menampakkan diri, Musa tidak kehilangan keyakinannya dan keimanannya bertambah setelah menyaksikan keagungan-Nya.