Di daerah Tapanuli Utara, ada legenda terjadinya sebuah danau yang begitu populer, yaitu Tao Silosung dan Tao Sipinggan. Untuk kisah lengkapnya, mending langsung saja kamu cek selengkapnya di sini, yuk!
Ada sebuah cerita seru dari Sumatera Utara yang seru untuk kamu baca. Judulnya adalah legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan. Kalau belum pernah membacanya atau ingin membaca ulang, langsung simak saja berikut ini.
Kisah yang menceritakannya tentang persaudaraan ini memiliki banyak pelajaran hidup yang dapat kamu petik. Selain itu, bagus juga kalau ingin kamu dongengkan untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu yang masih kecil.
Sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin segera membaca legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan ini, ya? Kalau begitu, langsung saja simak kisah lengkapnya di bawah ini, yuk! Tak hanya cerita, kamu pun dapat menemukan ulasan unsur intrinsik, pesan moral, serta fakta menariknya di sini, lho!
Cerita Legenda Danau Tao Silosung dan Tao Sipinggan Asal Sumatera Utara
Pada zaman dahulu di daerah Silaban, hiduplah sepasang suami istri yang memiliki dua orang anak laki-laki. Si sulung bernama Datu Dalu dan yang bungsu bernama Datu Sangmaima.
Ayah kedua anak laki-laki itu adalah seorang ahli pengobatan dan jago silat. Karena itulah, sedari kecil mereka sudah diajari untuk bersilat dan meramu obat-obatan. Tak mengherankan jika mereka tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, gagah, cakap meramu obat, dan bertarung.
Meskipun dididik dengan cara yang sama, nyatanya dua bersaudara tersebut memiliki minat yang berbeda. Datu Dalu lebih suka berburu hewan di hutan. Sementara itu, Datu Sangmaima lebih tertarik untuk bertani dan meramu obat-obatan.
Kemudian pada suatu hari, ayah dan ibu Datu Dalu dan Sangmaima pergi ke hutan untuk mencari tanaman obat. Biasanya sebelum petang, keduanya sudah sampai di rumah. Tapi pada hari itu, senja sudah terlewat dan orang tuanya belum juga kembali.
Datu Dalu dan Sangmaima tentu saja merasa khawatir. Tak mau buang-buang waktu lagi, kedua pemuda tersebut kemudian pergi ke hutan untuk mencari orang tuanya.
Hidup Terpisah
Kedua kakak beradik tersebut berjam-jam mencari orang tuanya, tapi belum juga ketemu. Hingga kemudian, mereka begitu terkejut ketika menemukan kedua orang tuanya tergeletak di tanah sudah tidak bernyawa. Rupanya, mereka diserang oleh harimau ganas.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Datu Dalu dan Datu Sangmaima membawa pulang kedua orang tuanya. Setelah itu, mereka mengadakan pemakaman yang layak untuk ayah dan ibunya.
Usai pemakaman, dua orang pemuda itu membagi harta warisan peninggalan orang tuanya. Ternyata, orang tuanya hanya meninggalkan sebuah tombak pusaka. Tidak mau ribut-ribut, mereka mengikuti hukum adat yang berlaku dan tombak tersebut jatuh ke tangan anak yang paling tua.
Sepeninggal orang tuanya pula, Datu Dalu dan Sangmaima memlih untuk tinggal di tempat yang berbeda. Dalu memilih untuk hidup di Lobutala. Sementara itu, Sangmaima tinggal di Lobu Sipingga.
Mereka juga masih melakukan kegemaran masing-masing. Si sulung setiap hari pergi berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan, si bungsu memilih untuk berladang.
Baca juga: Kisah Asal Mula Burung Ruai dan Ulasannya, Cerita Mengharukan dari Putri Bungsu Kerajaan
Awal Sebuah Masalah
Datu Sangmaima memiliki ladang yang begitu luas dan hasil panen yang berlimpah. Sayangnya, kebunnya tersebut sering sekali dirusak oleh babi hutan.
Ia sudah berulang kali membunuh babi-babi yang merusak ladangnya. Namun, kawanan hewan tersebut seperti tak pernah habis.
Kesabarannya sudah di ambang batas, ia pun mencari cara untuk memusnahkan babi-babi tersebut. Dirinya kemudian pergi ke rumah kakaknya untuk meminjam tombak sakti warisan dari orang tuanya.
Katanya, “Bang, tolong pinjamkan tombak sakti milik Amang. Aku membutuhkannya untuk memburu babi hutan yang selalu merusak ladangku.”
“Boleh saja, yang penting kamu harus mengembalikannya setelah selesai berburu,” jawab sang kakak. Ia kemudian pergi ke kamar untuk mengambil pusaka tersebut dan menyerahkan pada adiknya. Setelah menerima tombak tersebut, Sangmaima lalu pulang ke rumah.
Tak Dapat Mengembalikan Tombak Sakti
Sekembalinya, Sangmaima kemudian mulai memburu babi yang merusak kebunnya. Ia mengendap-ngendap supaya babi tersebut menyadari keberadaannya.
Ketika waktunya sudah pas, ia lalu menghujamkan tombak ke arah babi perusak itu dan tepat mengenai lambungnya. Hatinya merasa senang bukan main.
Namun, saat ia berjalan mendekat, babi tersebut tiba-tiba berlari menuju ke semak-semak. Ia benar-benar terkecoh.
Sangmaima kemudian berlari mencari hewan itu karena tombaknya ikut terbawa. Sialnya, ia hanya bisa menemukan gagangnya saja. Sementara itu, tombaknya terbawa oleh babi hutan yang berlari kian menjauh.
Laki-laki itu merasa sangat kalut. Pasalnya, abangnya pasti marah sekali kalau tahu tombak warisan tersebut hilang. Meskipun sudah mencari ke sana ke mari, ia akhirnya pasrah dan pulang dengan tangan hampa.
Pada malam harinya, Datu Dalu datang ke rumahnya dan menagih tombak sakti tersebut. “Apakah kau sudah selesai memakai tombak itu? Aku mau mengambilnya sekarang untuk berburu esok,” katanya.
“Maaf sekali, Bang, tak bisa aku kembalikan sekarang. Mata tombaknya tertancap ke lambung babi yang entah menghilang ke mana. Nantilah, Bang, aku cari lagi.”
Sayangnya, Dalu sudah terlanjur marah. Ia tak mau tahu pokoknya tombak tersebut harus segera kembali.
Baca juga: Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang
Bertemu dengan Putri Jelmaan Babi Hutan
Pagi-pagi benar, Datu Sangmaima pergi ke hutan untuk mencari mata tombak sakti peninggalan orang tuanya. Hal itu dilakukannya karena dirinya tidak ingin keributan dengan abangnya semakin besar.
Ia menelusuri jejak babi hutan tersebut. Akhirnya, sampailah ia di tengah hutan dan berdiri di sebuah lubang besar mirip goa.
Laki-laki tersebut dengan hati-hati masuk ke dalam. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat bahwa dalamnya begitu mewah mirip sebuah istana. Ia merasa lebih terkejut lagi saat menemukan seorang wanita yang sedang berbaring dan terluka parah.
Saat Datu Sangmaima bertanya, ternyata wanita tersebut adalah jelmaan dari babi yang ditombaknya kemarin. Laki-laki itu kemudian merasa sangat bersalah dan berjanji untuk mengobatinya hingga sembuh.
Dengan telaten, ia mengobati sang putri hingga sembuh. Setelah itu, ia pulang ke rumah abangnya untuk mengembalikan mata tombak yang hilang.
Datu Dalu sangat bahagia sekali karena tombak sakti bisa ditemukan. Sebagai rasa syukurnya, ia mengadakan pesta besar-besaran dan mengundang banyak orang.
Namun, ia tak mengundang Datu Sangmaima. Hal tersebut tentu saja membuat si bungsu tersinggung.
Membalas Dendam
Sangmaima merasa tidak terima. Ia kemudian mengadakan pesta sendiri di rumahnya dalam waktu yang bersamaan.
Ia bahkan mengadakan pertujukan dengan mengundang seorang wanita cantik dan dihiasi dengan bulu burung sehingga menyerupai burung Ernga. Pertunjukan tersebut rupanya menarik perhatian banyak orang sehingga banyak yang datang.
Di lain tempat, pesta yang diadakan oleh Datu Dalu sangat sepi. Setelah mengetahui apa penyebabnya, ia kemudian pergi ke rumah adiknya. Sesampainya di sana, lelaki tersebut minta tolong pada si bungsu supaya meminjamkan si wanita berbulu burung Ernga padanya agar pestanya ramai.
Sang adik menyetujuinya, tapi dengan syarat sang kakak harus menjaga wanita tersebut dan tidak boleh hilang. Tanpa banyak berpikir, ia pun menyetujuinya.
Namun, ternyata ada udang di balik batu dari tindakan tersebut. Diam-diam, Sangmaima menyuruh wanita burung Ernga tersebut untuk pergi pagi-pagi sekali yang kemudian disetujui oleh sang wanita.
Baca juga: Cerita Nabi Musa As Membelah Laut dalam Sudut Pandang Alquran & Ilmu Pengetahuan
Akhir Sebuah Kisah
Keesokan harinya, Datu Dalu merasa cemas dan takut karena ketika bangun tak mendapati wanita burung Ernga di rumahnya. Ia pun bingung akan mengatakan apa pada adiknya.
Tak lama kemudian, Datu Sangmaima datang ke rumah kakaknya dan berpura-pura untuk menjemput wanita butung Ernga. “Bang, aku datang untuk menjemput wanita itu. Di mana dia?” tanyanya.
“Maafkan Abang, Dik. Wanita itu sepertinya pergi karena aku tak menemukannya di mana-mana,” jawab Dalu sedikit gugup.
Sangmaima kemudian tidak terima dan tidak mau tahu pokoknya sang kakak harus menemukan wanita burung Ernga tersebut. Kakaknya bahkan sudah menawarkan uang sebagai pengganti, tetapi tetap tak digubris oleh si bungsu.
Hal tersebut kemudian memicu pertengkaran hebat di antara keduanya. Mereka saling menyerang satu sama lain. Dikarenakan memiliki ilmu yang sama, pertarungan pun menjadi seimbang.
Di tengah pertarungan tersebut, Datu Dalu mengambil sebuah lesung (losung) lalu dilemparkan ke arah si bungsu. Beruntungnya, adiknya dapat menghindar dan lengsungnya terlempar hingga ke kampung Sangmaima.
Ajaibnya, tempat jatuhnya lesung tersebut kemudian membentuk sebuah danau atau tao yang kemudian diberi nama Si Losung.
Di lain sisi, Sangmaima tidak mau kalah. Ia kemudian mengambil piring (pinggan) dan melemparkan ke arah kakaknya.
Lemparan tersebut meleset hingga ke kampung Dalu. Tempat jatuhnya piring tersebut kemudian membentuk sebuah danau yang kemudian diberi nama Si Pinggan. Begitulah asal usul atau legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan.
Baca juga: Kisah Asal Mula Tombak Kyai Pleret dan Ulasannya, Peninggalan Kerajaan Mataram yang Legendaris
Unsur-Unsur Intrinsik Legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan
Kamu tentunya sudah menyimak legenda Tao Silusing dan Tao Sipinggan yang seru di atas, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menyimak ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari cerita tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan tentang persaudaraan yang tidak akur. Sesama saudara sudah harusnya saling menyayangi, bukan saling bertengkar dan membalas dendam seperti yang terjadi pada Datu Dalu dan Sangmaima.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan ini, sudah tentu ada dua tokoh penting yang akan diulik lebih dalam. Yang pertama adalah Datu Dalu.
Bisa dibilang, ia adalah seorang yang kaku dan sedikit keras kepala. Selain itu, ia juga egois karena tidak mengundang adiknya untuk datang ke pestanya. Meskipun begitu, sebenarnya lelaki itu adalah orang yang bertanggung jawab.
Sementara itu, Datu Sangmaima sebenarnya tidak suka keributan. Hanya saja, ia mudah tersinggung dan pendendam. Hal tersebut bisa dilihat dari tindakannya yang menyuruh wanita burung Ernga pergi supaya ia bisa membalas kakaknya.
3. Latar
Seperti yang telah kamu baca di atas, legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan ini berasal dari daerah Tapanuli Utara di Provinsi Sumatera Utara. Maka dari itu, secara umum latar tempatnya berada di daerah tersebut.
Meskipun demikian, kamu juga dapat menemukan latar spesifik dalam cerita. Contohnya adalah rumah orang tua, rumah Dalu, rumah Sangmaima, ladang, dan hutan.
4. Alur
Sementara itu, cerita rakyat asal Sumatera Utara ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari kematian orang tua Datu Dalu dan Sangmaima. Kemudian kedua pemuda tersebut berpisah menjalankan kehidupan masing-masing.
Akan tetapi, mereka terlibat perselisihan dan saling berkelahi. Dari hasil perkelahian, itulah muncul danau atau tao Silosung dan Sipinggan.
5. Pesan Moral
Ada beberapa amanat atau pesan moral yang dapat kamu petik dari legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan ini. Yang pertama adalah sesama saudara harus saling mengasihi. Jangan seperti Dalu dan Sangmaima yang malah saling menyerang satu sama lain.
Selanjutnya, kalau kamu memang berbuat salah, maka minta maaflah terlebih dahulu. Mengakui kesalahan itu menunjukkan kedewasaanmu. Yang terakhir, selesaikan masalah dengan kepala dingin dan jangan sedikit-sedikit mengandalkan fisik.
Tak hanya unsur-unsur intrinsiknya, kamu juga harus memperhatikan unsur ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik dari legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang dipegang teguh.
Fakta Menarik tentang Legenda Tao Sipinggan dan Tao Silosung
Setelah menyimak ringkasan cerita dan ulasan unsur-unsur ekstrinsiknya, di sini kamu pun dapat menemukan fakata menarik tentang cerita rakyat terjadinya Tao Sipinggan dan Tao Silosung ini.
1. Dijadikan sebagai Tempat Wisata
Secara administrasi, Tao Silosung dan Sipinggan berada di Kabupaten Humbahas, Kecamatan Linton Nihuta, Sumatra Utara. Masing-masing danau memiliki luas sekitar dua hektar dan terletak di dua desa yang berbeda.
Letak Danau atau Tao Sipinggan ini berada di Desa Pergaulan. Aksesnya cukup mudah karena terletak di tepi jalan raya. Lingkungannya masih begitu asri dan dikelilingi pohon-pohon cemara. Danau tersebut juga digunakan untuk mengairi sawah milik penduduk di sekitarnya.
Sementara itu, Tao Silosung atau yang biasa disebut Tao Silaban terletak di Desa Silaban. Jaraknya hanya sekitar 15 menit dari Tao Sipinggan. Di sini, lingkungannya pun masih asri dan udaranya juga sejuk.
Hanya saja, danau ini terlihat lebih terawat dari yang sebelumnya. Kamu juga bisa menikmati pemandangan sambil menyeruput kopi di tempat ini, lho.
Baca juga: Legenda Asal Usul Danau Maninjau dan Ulasannya, Kisah Cinta Sepasang Kekasih yang Tak Direstui
Sudah Puas Menyimak Legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan di Atas?
Demikianlah ringkasan cerita, ulasan singkat unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari legenda Tao Silosung dan Tao Sipinggan asal Sumatera Utara ini. Gimana? Semoga tidak hanya seru, tetapi juga bermanfaat, ya!
Kalau masih ingin menyimak kisah seru lainnya, coba saja cek artikel-artikel di PosKata. Beberapa di antaranya ada kisah Putri Pukes, Pangeran Biawak, dan legenda Sungai Kawat. Kalau mau baca kisah nabi maupun dongeng dari Barat juga ada, lho. Baca terus, yuk!