Kamu gemar membaca cerita rakyat Nusantara? Bila ingin membaca legenda terbentuknya Pantai Karang Nini dan Bale Kambang yang ada di Jawa Barat, tak usah ke mana-mana lagi. Langsung saja simak kisahnya di artikel ini!
Di Jawa Barat ada banyak legenda atau cerita rakyat yang menarik tuk dibaca. Selain kisah Sangkuriang, Situ Bagendit, dan Telaga Warna, ada pula legenda Karang Nini dan Bale Kambang.
Bila berasal dari Jawa Barat, kamu tentu sudah tak asing lagi dengan legenda pantai Karang Nini dan Bale Kambang. Konon, dua karang yang berdiri di pantai Karang Nini merupakan jelmaan dari seorang istri yang setia pada suaminya.
Seperti apa kisah lengkap dari legenda Karang Nini dan Bale Kambang? Tak perlu berlama-lama lagi, yuk, simak kisahnya di artikel ini! Kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya.
Legenda Karang Nini dan Bale Kambang
Alkisah, pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri yang hidup di Desa Emplak, Jawa Barat. Mereka bernama Ambu Kolot dan Arga Piara. Karena sudah tua, mereka saling memanggil dengan sebutan Aki (kakek) dan Nini (Nenek).
Meski sudah hidup bersama selama puluhan tahun, Aki Kolot dan Nini Arga tak jua mendapatkan momongan. Tiap malam mereka berdoa agar mendapatkan momongan, tapi Tuhan mungkin belum memberi kepercayaan pada mereka.
Walaupun tak punya momongan, pasangan suami istri ini senantiasa hidup rukun dan damai. Mereka mencintai dan menyayangi satu sama lain. Bahkan, mereka juga tak pernah mengeluh walau hidup dengan penuh kesederhanaan.
Untuk menyambung hidup, Aki Kolot bekerja sebagai nelayan. Tiap malam, ia pergi ke laut dan baru pulang pada keesokan harinya. Lalu, ia akan menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar. Jika ikan yang ia dapat melimpah, sebagian akan dibuat ikan asin oleh Nini Arga.
Pada suatu sore, Aki Kolot sedang bersiap-siap untuk memancing ikan. Namun, sore itu Aki terlihat lemas. Ia merasa tak enak badan. Meski demikian, ia tetap ingin pergi ke laut. Melihat kondisi sang suami, Nini pun tak diam saja. Ia merasa sangat khawatir dengan keadaan suaminya.
“Suamiku, sebaiknya engkau istirahat di rumah. Kau kan sedang tak enak badan. Ada baiknya di rumah saja,” ucap Nini Arga cemas.
“Tidak apa-apa istriku. Kalau aku tak memancing satu hari saja, badanku akan terasa pegal. Lagipula, persediaan makanan untuk besok sudah habis,” jawab Aki Kolot meyakinkan istrinya.
Nini Arga tak bisa berkata apa-apa. Ia pun menyadari bila suaminya tak pergi ke laut, mereka tak bisa masak. Karena itu, ia hanya bisa mendoakan Aki Kolot agar dilindungi Allah Swt..
Aki Kolot Tak Kunjung Pulang
Usai berpamitan dengan sang istri, Aki Kolot pun pergi memancing ke laut naik perahu. Sesampainya di tengah laut, sang kakek dengan badan yang lemas melempar kailnya ke dalam air.
Dengan sabar ia menunggu ikan memakan umpannya sambil bersiul-siul. Namun, ikan tak kunjung ia dapatkan. Merasa lelah menanti, ia akhirnya mengayuh perahunya ke tempat lain dengan harapan segera mendapatkan ikan.
Sayangnya, hingga larut malam pun ikan tak kunjung memakan umpannya. “Ada apa gerangan? Kenapa ikan-ikan tak mau memakan umpanku? Ke mana perginya mereka?” ujar Aki Kolot dalam hati. Ia pun mengayuh perahunya ke tengah laut, barangkali bisa mendapatkan ikan di sana.
Sementara itu, di rumah, Nini Arga merasa cemas. “Kenapa hatiku terasa tak enak? Ada apa ya Allah. Tolong jagalah suamiku. Berikan dia keselamatan,” ujar sang istri berdoa.
Tak terasa, pagi telah tiba. Ayam-ayam sudah berkokok bersaut-sautan. Nini Arga lekas bangun dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. “Sebentar lagi suamiku pulang, aku harus menyiapkan makanan,” ucapnya dalam hati.
Setelah menyiapkan sarapan, Nini Arga ke depan rumah untuk menanti suaminya. Namun, Aki Kolot tak juga pulang. Padahal, biasanya sang suami sudah pulang di pagi hari.
“Hari sudah pagi, tapi kenapa Aki belum pulang? Tak biasanya ia terlambat,” gumam Nini mencemaskan suaminya.
“Apa mungkin Aki ketiduran di perahunya karena merasa kecapaian?” imbuh Nini dalam hati berusaha menepis segala keresahannya.
Sambil menunggu suaminya, Nini pun melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mencuci, dan mengepel;. Hingga siang tiba, sang suami tercinta tak kunjung pulang.
Nini mulai tak bisa mengontrol kecemasannya. “Hari sudah mulai panas, tapi kenapa Aki tak jua pulang? Ada apa ini?” ucapnya gelisah.
Nini Menyusul Aki ke Laut
Hingga sore tiba, Aki tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Nini sangat cemas. Karena tak kuasa lagi menahan kekhawatirannya, ia pun pergi ke laut seorang diri.
Ia menyusuri tepi laut hingga malam hari. Namun, ia tak berhasil menemukan sang suami. Ia tak berhenti menangis. “Suamiku, di manakah kau berada? Pulanglah,” ujarnya sambil menangis.
Meski malam sudah semakin larut, Nini tak berputus asa. Ia tetap mencari suaminya. Karena tak menemukannya di laut, ia pun mencari sang suami di rumah tetangga-tetangganya.
“Apakah semalam kau memancing bersama suamiku?” tanyanya pada sang tetangga.
“Tidak Nini, semalam aku tak memancing. Sebab, cuaca sedang buruk,” jawab tetangga itu.
Ia mendatangi seluruh rumah penduduk, tapi tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan suaminya. Nini semakin frustrasi. Ia tak bisa berhenti menangis.
“Ya Allah, tolong selamatkan suamiku. Kembalikan dia kepadaku,” ujarnya.
Hingga akhirnya, Nini pun terkulai lemas. Ia tak sanggup lagi melanjutkan pencarian. Ia pun pulang ke rumah dan menangis sepanjang malam. Sepanjang malam, ia tak tidur dan terus mendoakan suaminya.
Keajaiban Pun Terjadi
Keesokan harinya, Nini dibantu oleh para tetangga mencari Aki Kolot di laut. Beberapa warga bahkan ada yang mencari hingga tengah laut, barangkali Aki Kolot terjebak di sana.
Namun, setelah seharian melakukan pencarian, Aki tak kunjung ditemukan. Para warga pun mulai menyerah dan kembali ke rumah masing-masing karena harus melanjutkan aktivitas.
Tinggallah Nini Arga sendirian di tepi laut merenungi nasibnya sambil berdoa. “Ya, Allah, pertemukan kembali hamba dengan suami. Tolong, kembalikan ia kepadaku,” ucapnya sambil menangis.
Hingga senja tiba, Nini tak berhenti mengucap doa. Tiba-tiba saja, ada sebuah batu karang yang mengambang muncul di hadapannya. Bersamaan dengan itu, ada suara misterius yang menyapanya.
“Nini, ketahuilah, batu karang yang mengambang di hadapanmu ini adalah penjelmaan Aki Kolot. Ia tenggelam saat sedang mencari ikan di tengah laut. Jadi, janganlah kamu berharap ia akan kembali kepadamu,” ujar suara misterius itu.
Betapa terkejutnya Nini Arga mendengar suara itu. Ia tak pernah menyangka suami yang ia sangat cinta mengalami nasib demikian. Batu karang itu ia datangi dan ia peluk erat-erat.
“Suamiku, aku sangat mencintaimu. Kenapa kau tega meninggalkanku seperti ini,” ujarnya sambil menangis.
Nini Berubah Menjadi Batu Karang
Nini tak kuasa meninggalkan batu karang itu sendirian. Dari pagi hingga petang, ia terus-terusan duduk di samping batu karang itu sambil menangis.
“Apalah aku tanpamu, Aki. Aku tak bisa hidup tanpamu,” ujarnya meratapi kesedihan.
Tak kuasa menerima kenyataan bahwa sang suami telah tiada, Nini pun berdoa pada Tuhan. “Tuhan, Engkau Maha Mengetahui. Engkau pasti tahu bila hamba sangat mencintai suami hamba. Tak akan bisa hidup hamba tanpanya,” ucapnya sambil berderu air mata.
“Karena itu, hamba mohon. Ubahlah wujud hamba menjadi seperti Aki. Biarkan kami menjadi sepasang batu karang yang menghiasi tepi laut ini. Engkau Maha Mendengar, bukan?” pinta Nini Arga.
Tak berselang lama, tiba-tiba langit menjadi gelap. Petir menyambar dengan kencangnya. Hujan turun begitu deras. Bersamaan dengan itu, Nini Arga pun menjelma menjadi batu yang menghadap ke arah batu karang jelmaan suaminya. Bentuk batu itu konon menyerupai bentuk tubuh Nini Arga. Mereka pun hidup bersama sebagai batu karang dan cinta mereka abadi.
Konon, oleh masyarakat setempat, batu karang penjelmaan Nini Arga dinamai Karang Nini. Sedangkan batu karaan penjelmaan Aki Kolot diberi nama Bale Kambang yang berarti batu mengambang.
Unsur Intrinsik
Usai membaca legenda Karang Nini dan Bale Kambang, kamu mungkin ingin mengulik unsur intrinsiknya. Nah, di bawah ini telah kami paparkan ulasan singkatnya. Yuk, cek langsung saja!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari legenda Karang Nini dan Bale Kambang adalah tentang kesetiaan. Seorang pasangan yang saling mencintai dan mengasihi tiba-tiba saja mengalami cobaan berat dalam hidup mereka. Sang suami yang berprofesi sebagai nelayan tenggelam dalam lautan luas. Ajaibnya, ia berubah menjadi batu karang. Sang istri yang setia pun meminta pada Tuhan agar diubah juga menjadi batu karang.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam legenda Karang Nini dan Bale Kambang. Siapa lagi kalau bukan Ambu Kolot alias Aki Kolot dan Arga Piara alias Nini Arga. Keduanya adalah pasangan suami istri yang saling mencintai dan mengasihi.
Berpuluh-puluh tahun bersama, mereka tak kunjung mendapatkan anak. Meski begitu, mereka tetap bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan. Tokoh Aki Kolot memiliki karakter pekerja keras. Meski sedang tak enak badan, ia tetap bekerja demi menghidupi istrinya.
Nini Arga digambarkan sebagai wanita yang setia. Ia bahkan rela menjadi batu karang asalkan bisa hidup selamanya dengan sang suami.
3. Latar
Sesuai dengan namanya, legenda ini menggunakan latar tempat di pesisir pantai Karang Nini dan Bale Kambang yang berada di Jawa Barat. Selain itu, legenda ini juga menggunakan latar di rumah Aki dan Nini dan rumah para tetangga.
4. Alur Cerita Legenda Karang Nini dan Bale Kambang
Alur cerita rakyat Sunda ini adalah maju. Cerita bermula dari Aki Kolot yang sedang tak enak badan memaksakan diri untuk pergi ke laut. Meski istrinya, Nini Arga, melarang, kakek itu tetap nekat pergi memancing ikan.
Biasanya, ia hanya memancing ikan di tepian laut. Namun, karena tak kunjung mendapatkan ikan, alhasil ia pergi ke tengah lautan. Ia mulai memancing dari malam hari dan biasanya pulang pagi hari.
Saat pagi tiba, sang istri pun menyiapkan sarapan untuk suaminya. Namun, sang suami tak kunjung datang. Nini Arga menunggu dalam kekhawatiran. Hingga akhirnya, ia memutuskan tuk mencari sang suami di laut.
Seharian mencari di laut, ia tak jua menemukan sang suami. Karena hari semakin malam dan gelap, ia memutuskan tuk bertanya pada para tetangga yang kerap memancingg bersama suaminya.
Namun, para tetangga tak mengetahui keberadaan Aki Kolot. Keesokan harinya, Nini dan beberapa tetangga melanjutkan pencarian di laut. Sayangnya, Aki Kolot tak jua ditemukan.
Nini pun menangis dan meminta pada Tuhan agar suaminya kembali. Secara ajaib, tiba-tiba saja ada batu karang mengambang di hadapannya. Lalu, ada suara misterius yang mengatakan bahwa batu itu adalah jelmaan dari Aki Kolot.
Tak bisa hidup tanpa suaminya. Nini Arga pun memohon pada Tuhan agar ia juga diubah menjadi batu karang. Tuhan pun mengabulkan doanya. Nini lalu menjelma menjadi batu karang bersebelahan dengan jelmaan Aki Kolot. Kemudian, masyarakat menyebutnya dengan nama pantai Karang Nini dan Bale Kambang yang artinya batu mengambang.
5. Pesan Moral
Pesan moral yang dapat kamu petik dari drama legenda Indonesia adalah sifat setia yang Nini Arga Piara miliki. Sebagai seorang istri, ia selalu setia pada sang suami. Saking setianya, ia rela berubah menjadi batu karang agar tetap bisa bersanding dengan sang suami.
Aki Ambu Kolot mengajarkan kita untuk bekerja keras, tapi jangan terlalu memaksakan diri. Bila sedang tak enak badan, beristirahatlah. Terlalu memaksakan diri untuk bekerja tentu saja membahayakan kesehatanmu.
Selain unsur instrinsik, cerita legenda Karang Nini dan Bale Kambang ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antara unsur ekstrinsiknya adalah nilai ketuhanan, sosial, budaya, dan moral dari lingkungan di sekitar.
Fakta Menarik
Nah, cerita legenda Karang Nini dan Bale Kambang seru banget, ya? Sebelum mengakhiri artikel ini. Simak dulu, yuk, fakta menarik dari Karang Nini dan Bale Kambang. Berikut ulasannya;
1.Menjadi Obyek Wisata
Anak Jawa Barat pasti sudah tak asing lagi denga tempat wisata pantai Karang Nini. Pantai ini berada di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang. Lebih tepatnya 4 kilometer dari pantai Pangandaran.
Karang Nini tak kalah cantik dari Pantai Pangandaran. Momen paling tepat untuk mengunjunginya adalah pagi hari sambil melihat matahari terbit. Menurut beberapa pengunjung, suasana sunrise di kawasan ini sangatlah indah.
Selain itu, kamu bisa melihat pemandangan dari batu Karang Nini. Di sana, kamu bisa melihat luasnya pantai dan mendengarkan suara ombak yang menenangkan.
2. Ada Versi Lain
Legenda atau cerita rakyat memang umumnya punya beragam versi. Begitu pun dengan legenda Karang Nini. Secara garis besar, kisahnya sama, tentang pasangan suami istri yang menjelma menjadi batu karang.
Namun, ada satu versi yang detailnya berbeda. Setelah Nini Arga Piara ditinggal suaminya, ia senantiasa berdiri di sebuah batu karang pinggir laut sambil berdoa.
“Tuhan, jika suamiku mati, temukanlah jasadnya. Jika dia masih hidup, berilah aku petunjuk di mana ke beradaannya,” ucap Nini dalam doa.
Sepanjang hari dan malam ia berdoa di batu karang itu. Hingga akhirnya, Tuhan mengabulkan doa Nini. Jasad Aki Kolot terapung terbawa ombak hingga tepi laut.
Nini ingat akan janji mereka untuk sehidup semati. Karena itulah Nini berdoa agar mereka berdua menyatu dalam keabadian. Kemudian, mereka berubah menjadi batu karang yang bersebelahan.
Sudah Puas dengan Cerita Legenda Karang Nini dan Bale Kambang?
Demikianlah cerita legenda Karang Nini dan Bale Kambang yang cukup mengharukan. Kamu sudah puas dengan kisah dan ulasan yang kami paparkan? Kalau suka, yuk, bagikan artikel ini ke teman-temanmu yang suka membaca legenda atau cerita rakyat.
Buat yang masih butuh cerita rakyat lainnya, langsung saja cek Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak, lho, cerita yang bisa kamu baca, seperti legenda Putri Mambang Linau, Ikan Mas Ajaib, kisah Batu Badaong, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!