Gunung Bromo terkenal dengan keindahannya yang eksotis. Namun, apakah kamu tahu kalau tempat ini memiliki legenda yang sangat menarik untuk diikuti? Buat belum pernah membaca atau ingin menyimaknya ulang, langsung saja cek berikut ini, yuk!
Kamu berniat untuk mengunjungi Gunung Bromo? Kalau iya, nggak ada salahnya untuk mengetahui lebih dalam tentang tempat wisata ini. Tak hanya menawarkan keindahan, tempat ini pun memiliki legenda menarik yang layak untuk disimak, lho. Kalau penasaran, kamu bisa membaca legenda asal-usul Gunung Bromo di sini.
Kisah yang juga dikenal sebagai legenda Jaka Seger dan Rara Anteng ini menceritakan tentang kesetiaan cinta sejati. Meskipun ada yang menghalangi, kalau sudah ditakdirkan bersama, pasti akan tetap bersama. Selain itu, cerita ini juga mengisahkan tentang konsekuensi sebuah janji.
Tak hanya sinopsis ceritanya, di sini kamu juga bisa menyimak ulasan unsur instrinsik beserta fakta menariknya untuk menambah wawasan. Sudah tidak sabar ingin segera membaca legenda asal-usul Gunung Bromo? Langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya!
Legenda Asal-Usul Gunung Bromo
Pada zaman dahulu kala, di sebuah pertapaan hiduplah seorang Brahmana yang bijak. Istrinya baru saja melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Bayi tersebut lahir dengan sehat dan memiliki tangisan yang kencang, maka dari itu diberi nama Jaka Seger.
Sementara itu di tempat lain, lahirlah seorang bayi yang memiliki para cantik jelita dari sepasang suami istri. Bayi perempuan tersebut adalah titisan seorang dewa. Karena ketika lahir ia hanya diam saja dan begitu tenang, maka diberi nama Rara Anteng.
Hari demi hari pun berganti, kedua bayi tersebut kemudian beranjak dewasa. Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik dan disukai banyak pemuda. Namun, hatinya sudah tertambat pada sosok Jaka Seger.
Perasaan tersebut nyatanya tak hanya dirasakan sepihak saja. Lelaki berparas tampan itu juga menyukainya. Kemudian, keduanya pun menjalin cinta.
Datanglah Sebuah Masalah
Kecantikan Roro Anteng rupanya begitu tersohor hingga beritanya terdengar oleh seorang pertapa sakti berwujud raksasa bernama Kyai Bima yang tinggal di lereng Gunung Bromo. Ia datang menemui keluarga sang gadis dan bermaksud untuk meminangnya. Kalau ditolak, ia mengancam akan menghancurkan desa.
Perempuan cantik itu begitu bimbang. Ia tentu tidak bisa menerima pinangan tersebut karena mencintai kekasihnya. Namun, di satu sisi, ia juga tak mau kalau desanya dihancurkan. Sang kekasih pun tak dapat berbuat apa-apa karena Kyai Bima bukanlah tandingannya.
Karena sang raksasa terus mendesak, akhirnya Rara Anteng memberikan syarat. Katanya, “Aku mau engkau membuatkanku danau di atas Gunung Bromo. Engkau harus menyelesaikannya hanya dalam waktu semalam dan sebelum ayam berkokok.”
Mendengar hal tersebut, Kyai Bima hanya tertawa karena baginya itu adalah sebuah hal yang sangat mudah dilakukan. Setelah itu, ia pun bergegas untuk pergi ke tempat yang dimaksud dan mulai mengerjakan danaunya.
Sang raksasa yang sakti tersebut begitu percaya diri. Dengan kekuatannya, ia pun hanya menggunakan batok atau tempurung kelapa untuk mengeruk tanah. Tanpa lelah, ia terus mengeruk dan mengeruk hingga terbentuklah lubang besar yang telah siap untuk diisi air.
Menggagalkan Rencana Sang Raksasa
Dari kejauhan, Rara Anteng mengawasinya. Saat melihat kalau danau hampir selesai dibuat, ia merasa gusar dan gelisah. Ia tak menyangka kalau pertapa sakti tersebut bisa melakukannya.
“Aduh, bagaimana ini? Raksasa itu benar-benar sakti. Pasti nanti pagi danau itu sudah selesai. Bagaimana caranya agar aku dapat menggagalkannya?” katanya dalam hati.
Perempuan tersebut kemudian memutar otak untuk mencari cara agar bisa menghentikannya. Ia kemudian pulang dan membangunkan warga desa.
Dirinya mengajak perempuan yang lainnya untuk padi menggunakan lesung. Sementara itu, para lelaki disuruhnya untuk membakar jerami di sebelah timur supaya terlihat seperti fajar akan segera terbit.
Suara lesung pun bersahut-sahutan, hal tersebut kemudian membangunkan ayam-ayam jantan milik warga. Ayam-ayam tersebut kemudian berkokok.
Di tempat lain, Kyai Bima begitu terkejut mendengar suara kokokan ayam itu. Ia mengira kalau fajar memang telah tiba.
Ia merasa kesal karena gagal memenuhi syarat yang berarti tak dapat menikahi Rara Anteng. Dengan penuh amarah, ia kemudian melemparkan batok yang di tangannya lalu pergi begitu saja. Batok yang dilempar tadi pun kemudian jatuh ke tanah dan membentuk sebuah gunung yang kemudian dinamai Gunung Batok.
Setelah masalah tersebut selesai, Rara Anteng dapat kembali bersama dengan Jaka Seger. Pasangan yang dimabuk asmara tersebut kemudian memutuskan untuk menikah.
Baca juga: Kisah Jaka Tarub & Tujuh Bidadari Beserta Ulasan Menariknya
Tak Kunjung Diberi Anak
Kamu mungkin berpikir kalau cerita legenda asal-usul Gunung Bromo di atas sudah selesai, kan? Tapi tunggu dulu, karena ternyata masih ada kelanjutannya, lho.
Setelah menikah, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger kemudian mendiami sebuah kawasan yang diberi nama Tengger. Nama tempat tersebut adalah gabungan dari nama dua orang itu. Selain itu, nama itu juga bisa diartikan sebagai “tenggering budi luhur” yang berarti bermoral tinggi dan simbol perdamaian abadi.
Jaka Seger menjadi pemimpin di kawasan tersebut dan hidup tenteram bersama warga yang lain. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakannya belumlah lengkap tanpa kehadiran seorang buah hati. Padahal, usia pernikahan mereka bisa dibilang sudah cukup lama.
Lalu pada suatu hari, pasangan tersebut memutuskan untuk bersemedi di Gunung Bromo. Dengan melakukan ritual ini, mereka berharap bisa segera mendapatkan keturunan.
Setelah beberapa hari bersemedi, tiba-tiba datanglah suara gaib dari dewa terdengar. Suara tersebut mengatakan bahwa permohonan pasangan itu untuk mendapatkan anak akan terkabul. Namun sebagai imbalannya, anak terakhir mereka nantinya harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Rara Anteng dan Jaka Seger pun tanpa pikir panjang menerima persyaratan yang diberikan. Mengenai konsekuensinya, mereka akan memikirkannya nanti. Lalu kemudian, di tengah kawah muncullah api membara yang menandakan kalau doanya akan segera dikabulkan.
Janji yang Harus Ditagih
Sekembalinya dari bersemedi, Rara Anteng hamil dan melahirkan seorang anak. Hal itu terjadi setiap tahun dan mereka akhirnya memiliki anak yang berjumlah 25 orang. Setelah itu, Rara tidak dapat hamil lagi.
Beberapa tahun pun berlalu, pasangan tersebut hidup bahagia dengan anak-anak mereka. Si bungsu yang diberi nama Jaya Kesuma pun tumbuh menjadi anak yang tampan, cerdas dan tangkas.
Hingga pada satu malam, Jaka Seger bermimpi bertemu dengan seorang dewa. Di dalam mimpi tersebut, ia ditegur sang dewa karena lupa menepati janjinya untuk menyerahkan anak bungsunya sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo. Kalau janji tersebut tidak dipenuhi, maka desanya akan dilanda malapetaka.
Pagi harinya ketika bangun, lelaki tersebut merasa begitu sedih. Meskipun sudah berjanji, ia tetap saja tidak tega untuk menyerahkan anak yang disayanginya itu.
Pada awalnya, ia mengajak sang istri berunding untuk bagaimana ngatakan hal tersebut pada si bungsu. Dengan berat hati, mereka kemudian menceritakan semuanya kepada anak lelaki kesayangan tersebut.
Denga bijak, Jaya Kesuma pun berlapang dada dan bersedia untuk dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Katanya, “Ayah dan Bunda tak perlu bersedih. Ananda akan melakukan apa saja termasuk dikorbankan demi keselamatan penduduk Tengger Ayahanda, Ibunda, serta kakak-kakak.”
Dengan hati yang begitu kacau, kedua orang tuanya pun menerima keputusan si bungsu dengan lapang dada. Pada hari yang telah ditetapkan, yaitu tanggal 14 bulan Kasadha, Jaya Kesuma di antar oleh keluarga dan warga desa untuk pergi ke kawah Bromo.
Sesampainya di sana, ia pun berkata, “Aku akan menceburkan diri kedalam kawah demi ketenteraman rakyat Tengger di sini. Kirimkanlah aku hasil ladang pada saat terang bulan, yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.”
Setelah itu, ia menceburkan diri ke dalam kawah dan seketika menghilang tersambar api. Sejak saat itu, acara yang disebut tradisi Kesada ini selalu dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Tengger yang merupakan keturunan dari Rara Anteng dan Jaka Seger.
Baca juga: Kisah Asal-Usul Kesenian Populer Reog Ponorogo Beserta Ulasan Menariknya
Unsur Intrinsik Cerita Legenda Asal-Usul Gunung Bromo
Kamu pastinya sudah membaca ringakasan legenda asal-usul Gunung Bromo di atas, kan? Gimana? Pastinya seru, dong?
Nah selanjutnya di sini, kamu akan menyimak ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Berikut ini adalah pembahasannya:
1. Tema
Inti cerita atau teman dari legenda asal-usul Gunung Bromo adalah tentang janji yang harus ditepati. Seperti yang telah kamu baca, Rara Anteng mungkin bisa berbuat curang melawan Kyai Bima. Akan tetapi, ia tidak bisa mengelak dari perjanjiannya yang kedua, yaitu menyerahkan anaknya ke kawah Gunung Bromo.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam cerita rakyat asal-usul Gunung Bromo ini, ada beberapa tokoh yang akan diulik. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rara Anteng, Jaka Seger, Kyai Bima, dan Jaya Kesuma.
Rara Anteng adalah seorang wanita cantik yang memiliki hati dan kepribadian baik. Namun, karena Bima memaksa untuk mempersuntingnya, ia pun rela melakukan hal yang curang karena tidak mau mengkhianati kekasih hatinya, Jaka Seger.
Selanjutnya, ada Jaka Seger. Ia digambarkan sebagai sosok lelaki tampan yang bertanggung jawab serta bijaksana. Meskipun begitu, ia juga manusia yang memiliki kelemahan. Ia lupa terhadap janjinya pada dewa dan terbuai dengan kebahagiaanya sendiri.
Kyai Bima yang merupakan tokoh antagonis dalam cerita ini memiliki sifat yang pemaksa dan ingin menang sendiri. Rela mengancam orang lain supaya mendapatkan apa yang ia mau.
Selanjutnya, Jaya Kesuma adalah seorang anak laki-laki yang bijak. Dengan lapang dada, ia mau berkorban dan menjalankan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan orang tuanya.
3. Latar
Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, cerita Gunung Bromo merupakan legenda dari suatu tempat, maka bisa diketahui dengan jelas di mana letaknya. Kisah ini berlatar tempat di Gunung Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur.
Sementara itu jika ditilik lebih lanjut, di dalam cerita juga ada setting tempatnya. Beberapa di antaranya adalah desa Rara Anteng dan Jaka Seger, Gunung Bromo, dan kawasan Tengger.
4. Alur
Apabila dilihat lebih lanjut, kisah legenda asal-usul Gunung Bromo ini memiliki alur maju. Ceritanya dimulai dari lahirnya Rara dan Jaka. Kemudian, mereka dewasa dan jatuh cinta.
Setelah itu datanglah pertapa jahat yang merusak kebahagiaannya. Beruntung, itu semua dapat diatasi. Lalu mereka menikah dan hidup bahagia. Sayangnya, mereka tak kunjung dikaruniai buah hati.
Pasangan itu pun melakukan perjanjian dan doanya untuk meminta anak dikabulkan. Kisahnya ditutup dengan mengorbankan si bungsu ke kawah Gunung Bromo untuk menggenapi perjanjian yang dibuat.
5. Pesan Moral
Dari kisah legenda asal-usul Gunung Bromo tersebut, kamu dapat memetik pelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah untuk menepati janji yang kamu buat. Karena kalau tidak, itu nantinya malah akan membuat hidupmu kacau.
Selanjutnya, setiap perbuatan itu ada konsekuensinya. Kalau kamu yakin bisa menanggungnya, maka lakukanlah. Kalau tidak, mungkin kamu bisa mencari alternatif lainnya.
Tak hanya unsur intrinsik saja, kamu juga jangan lupa untuk memperhatikan unsur ekstrinsik yang membangun kisah legenda Gunung Bromo ini. Biasanya, unsur ekstrinsik tersebut ada kaitannya dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang dikandungnya.
Baca juga: Kisah Si Pitung Sang Robin Hood dari Betawi Beserta Ulasannya
Fakta Menarik Seputar Gunung Bromo
Mengenai kisah dan unsur instrinsik yang membangun legenda asal-usul Gunung Bromo sudah kamu baca. Selanjutnya, jangan lewatkan fakta-fakta menarik seputar tempat wisata yang satu ini.
1. Sejarah Terbentuknya Gunung Bromo
Tadi, kamu sudah menyimak kisah asal-usul Gunung Bromo dari legenda, kan? Nah, kalau ditinjau dari ilmu pengetahuan, tentu ceritanya akan beda lagi.
Dulu ada dua gunung saling berhimpitan yang dinamai Gunung Tengger. Gunung tersebut merupakan gunung aktif yang tertinggi dan terbesar pada waktu itu. Hingga pada suatu hari, salah satu dari gunung tersebut meletus dan materi vulkaniknya terlempar jauh sehingga membentuk lubang yang besar dan dalam.
Tak lama berselang, terjadilah letusan gunung yang begitu besar sehingga terbentuk kaldera yang berdiameter lebih dari 8 km. Selanjutnya, letusan tersebut juga memunculkan beberapa gunung seperti Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Widodaren, Gunung Batok, dan Gunung Bromo serta menimbulkan lautan pasir.
2. Dijadikan Tempat Wisata
Gunung Bromo terletak di empat kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang. Gunung aktif yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut tersebut merupakan salah satu destinasi wisata populer yang banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Kalau kamu berkunjung ke sana, kamu bisa melihat hamparan pasir dan kaldera yang memukau. Selain itu, salah satu atraksi alam yang tak boleh kamu lewatkan adalah peristiwa matahari terbit atau sunrise. Spot yang paling ciamik untuk menikmatinya adala di Puncak Pananjakan.
Untuk yang suka mendaki, kamu juga bisa mendakinya sampai ke puncak gunung dengan melewati beberapa jalur. Keempat jalur tersebut adalah dari arah Pasuruan menuju Desa Tosari, lewat Desa Cemoro Lawang, dan melewati lautan pasir.
Baca juga: Legenda Mengenai Asal Usul Danau Toba, Fakta Menarik, dan Ulasan Lengkapnya
Sudah Puas Membaca Legenda Asal-Usul Gunung Bromo dan Ulasannya?
Itulah tadi kisah legenda Gunung Bromo yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Ceritanya menarik dan memiliki pesan positif sebagai pembelajaran dalam menjalani kehidupan, kan?
Nah, buat yang masih pengin membaca cerita rakyat atau legenda dari daerah lain, kamu nggak perlu bingung-bingung lagi. Langsung saja cek artikel PosKata yang lainnya.
Contohnya ada Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang, Lutung Kasarung, asal mula Telaga Warna, dan lain-lain. Tunggu apa lagi? Dilanjutkan membacanya, yuk!