Indonesia memiliki beragam cerita rakyat yang menarik untuk disimak, salah satunya adalah legenda Danau Kembar yang berada di Kab. Solok, Sumatera Barat. Bila penasaran dengan kisahnya, langsung saja simak artikel ini! Selamat membaca!
Tampaknya, tiap daerah di Indonesia memiliki legenda atau cerita rakyat yang menarik untuk disimak. Salah satu contohnya adalah legenda asal-usul Danau Kembar yang berada di Kabupaten Solok, Sumatera barat.
Tak hanya memiliki kisah yang menarik tentang asal-usul terbentuknya Danau Kembar, legenda ini juga memiliki beberapa pesan moral. Maka dari itu, legenda Danau Kembar sangat cocok untuk dibacakan pada si kecil.
Lantas, bagaimanakah kisah terbentuknya danau ini? Kalau sudah tak sabar lagi, langsung saja kamu simak ulasannya di bawah ini. Selain kisahnya, kami juga telah memaparkan informasi seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Yuk, baca langsung!
Legenda Danau Kembar Sumatera Barat
Pada zaman dahulu kala, Pulau Sumatera dikenal dengan nama Pulau Andalas. Pulau tersebut memiliki hutan yang sangat lebat. Di pinggir hutan, berdirilah sebuah kampung kecil.
Dalam kampung tersebut, ada seorang kakek tua yang tubuhnya sangatlah besar. Jika ia berjalan, tanah yang dipijaknya akan terasa bergetar. Orang-orang memanggilnya Inyik Gadang Bahan karena ia memiliki kapak yang sangat besar.
Meskipun sudah tua, ia masih sangat kuat. Tangannya pun besar dan berotot. Ia bahkan masih kuat menebang pohon hanya dengan sekali tebasan saja.
Meski tubuhnya besar dan menyeramkan seperti raksasa, Inyik Gadang bukanlah orang jahat. Ia sangat rajin bekerja, ramah, dan suka menolong orang-orang.
Saat para warga membutuhkan kayu untuk mamasak, Inyik Gadang tak ragu memberikan miliknya. Tak hanya baik, ia juga humoris dan kerap menceritakan hal-hal lucu pada warga. Karena itulah warga sangat menyukainya.
Bertemu Nenek-Nenek
Pada suatu hari, Inyik bertemu dengan seorang nenek tua yang berjalan sangat pelan. Ketika Inyik Gadang mendekatinya, nenek itu terhuyung karena tak kuat menahan getaran tanah. Sontak, Inyik raksasa langsung memegangnya.
“Maafkan aku, Nek! Gara-gara tubuhku yang besar, tanah ini jadi bergetar saat aku berpijak,” ujar Inyik Gadang merasa bersalah.
“Tidak mengapa, Inyik! Tubuhku memang lemah,” jawab nenek tua itu sambil tersenyum. “Kamu mau ke mana, Nyik?” tanya nenek itu.
“Aku hendak ke hutan, Nek. Mencari kayu bakar. Warga sudah tak punya kayu untuk memasak,” balas Inyik Gadang Bahan. Setelah mendengar jawaban Inyik, seketika wajah nenek tersebut berubah cemas. Ia sepertinya memendam kekhawatiran.
“Kenapa, Nek? Sepertinya Nenek sedang mencemaskan sesuatu? Wajah nenek berubah pucat,” tanya pria raksasa itu khawatir.
“Begini, Nyik. Sebenarnya, sudah tiga hari ini, setiap malam, aku mendengar suara dengkuran yang sangat keras dari dalam hutan. Sepertinya suara tersebut adalah pertanda tidak baik atau mungkin ada makhluk jahat yang tinggal di sana. Berhati-hatilah ketika masuk hutan. Bila ada yang ganjil, segeralah pulang,” ucap nenek tua renta itu.
“Baiklah, Nek! Aku akan sangat berhati-hati. Terima kasih telah memperingatkanku,” jawab Inyik .
Meski merasa takut, Inyik tetap melanjutkan perjalanannya ke hutan. Sebab, ia tak ingin warga mengalami kesusahan karena kayu bakar mereka telah habis.
Baca juga: Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Menariknya
Bertemu Naga Jahat
Setibanya di hutan, Gadang Bahan berjalan pelan. Ia terus-terusan memikirkan peringatan dari nenek tua. Dalam perjalanan menuju tengah hutan, ia merasa ada yang aneh.
Pasalnya, ada banyak sekali pohon yang patah dan tumbang. Dahan-dahan pohon juga berserakan di tanah. Ia lalu mengerutkan keningnya dan berkata dalam hati, “Apa yang telah terjadi? Apakah sosok yang nenek tadi maksud adalah yang melakukannya?”.
Meski ada kejanggalan, pria ini tetap melanjutkan perjalanannya. Kapak besar yang awalnya ia pikul langsung digenggamnya. Ia mulai berjalan dengan siaga.
Tiba-tiba, Inyik merasa ketakutan. Bulu kuduknya berdiri. Ia lalu teringat lagi dengan petuah sang nenek, yakni kembali ke kampung bila ada yang terasa ganjil.
Alhasil, ia pun membalikkan badan dan memutuskan untuk pulang saja. Sayangnya, ia terlambat. Saat hendak kembali, ada sepasang mata yang besar memandangi pria tersebut.
Langkah Gadang pun terhenti seketika. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ternyata, hewan bermata besar yang memandanginya itu adalah seekor naga. Matanya berwarna hijau, hidungnya mengeluarkan api, dan suara dengkurannya memekakkan telinga.
“Per…permisi, Tuan Naga. Saya hanya mau lewat, hendak pulang ke rumah,” ujar Inyik Gadang.
“Siapa kau pria besar? Untuk apa kau datang kemari?” ujar Naga yang suaranya menggelegar itu.
“Saya penduduk kampung di pinggir hutan, Tuan. Saya ke sini hendak mencari kayu bakar,” jawab Inyik ketakutan.
“Bohong! Tujuanmu datang ke sini pasti untuk menguasai hutan ini, kan? Dengarkan baik-baik! Hutan ini adalah wilayah kekuasaanku. Mulai sekarang, bila ada manusia yang datang kemari, aku tak segan-segan untuk membunuhnya dengan semburan api dari mulutku,” gertak sang Naga.
Inyik Gadang Bahan ketakutan. Ia tak ingin mati karena Naga. Namun, ia juga tak tahu harus berbuat apa. Tubuh Naga terlalu besar, tak kuasa Inyik melawannya.
Terjadi Pertempuran
“Karena tak ingin manusia mengganggu Tuan, bolehkah saya kembali ke kampung untuk memberi tahu warga agar tak kemari?” pinta Inyik pada sang Naga.
“Enak saja! Kau tak boleh kembali ke kampungmu. Justru kau yang akan menjadi santapanku hari ini! Hahahaha,” ujar sang Naga.
“Tuan, saya ini sudah tua. Daging saya jelas saja sudah tak sedap. Kulit saya pun sudah keriput,” jawab Gadang memohon pada sang penguasa hutan yang jahat ini.
Namun, sang Naga tak mengindahkan perkataan pria besar ini. Ia malah tertawa terbahak-bahak. Lalu, ia membuak mulutnya yang besar dan hendak menyemburkan api.
Dengan sigap, Gadang Bahan bersiap untuk melawan serangan dengan kapaknya yang besar. Saat api disemburkan oleh sang Naga, Inyik menangkisnya dengan kapak. Api itu lalu membakar pepohonan.
Inyik mulai cemas. Ia khawatir bila pohon-pohon di hutan ini habis terbakar. Karenanya, pria raksasa ini mencoba untuk menunda pertempuran.
“Tuan Naga yang gagah. Sepertinya pertempuran ini akan memakan waktu yang lama. Sedangkan perut Tuan semakin lapar, bukan? Saya punya usul agar Tuan bisa kenyang. Setelah itu, kita lanjutkan lagi pertempuran ini,” pinta Gadang.
“Apa usulmu?” jawa Naga yang tampaknya tertarik dengan tawaran pria raksasa tua.
“Bagaimana kalau kita pindah tempat? Di ujung hutan sebelah barat, terdapat sebuah lembah yang memiliki padang penggembalaan. Ada banyak hewan ternak di sana, seperti sapi, kambing, dan kerbau. Tuan bisa memakan para hewan ternak itu agar kenyang,” ujar pria raksasa.
Seketika, mata sang Naga langsung membulat. Ia tertarik dengan penawaran dari Inyik. Tanpa pikir panjang, sang Naga langsung terbang menuju lembah.
Inyik lalu bergegas memadamkan api yang melahap pepohonan. Setelah itu, ia kembali ke kampung untuk memberi tahu warga bahwa ada seekor naga besar yang keji.
Murka Sang Naga
Sesampainya di padang penggembalaan, sang Naga langsung terjun ke dasar lembah. Ia mengitari seluruh padang, tapi ia hanya menemukan satu ekor sapi saja. Dengan cepat, sang Naga jahat itu langsung turun ke lembah dan memakan sapi.
Ia lalu mengitari lembah penggembalaan. Perutnya masih lapar, sehingga ia butuh banyak hewan. Namun, selain sapi itu, tak ada lagi hewan lainnya. Setelah itu, Naga merasa tertipu.
“Kurang ajar kau manusia! Berani-beraninya kau membohongiku!” geram sang Naga.
Sebenarnya, Inyik tak berbohong. Setiap hari, para warga memang menggembala ternaknya di dasar lembah itu. Hanya saja, sang Naga terlambat. Ia datang saat hewan-hewan ternak dibawa pulang.
Sang Naga pun marah besar. Ia meraung dengan kerasnya. Raungannya pun menggema ke seluruh lembah. Ia tak terima karena merasa Inyik telah membohonginya.
Sang Naga lalu memutuskan untuk mendatangi perkampungan. Ia berencana akan memakan seluruh warga penduduk agar perutnya tak lagi kelaparan
Di sisi lain, Inyik Gadang Bahan sedang mengatur rencana untuk bersembunyi dari sang Naga. Ia meminta seluruh warga kampung untuk tak menyalakan penerangan sedikit pun malam ini. Hal itu untuk mengecoh sang Naga.
“Jika malam tiba, tolong matikan semua penerangan. Kampung kita harus gelap gulita sehingga sang Naga tak bisa menemukan desa kita. Saya juga berharap agar seluruh warga berdiam di rumah. Jangan sampai ada yang berkeliaran di luar,” ujar Gadang Bahan.
Kampung Tak Lagi Aman
Tak hanya menghimbau warga tuk tinggal di rumah, Inyik juga meminta beberapa pria yang kuat untuk menjaga desa. Jadi, bila ada tanda-tanda sang Naga datang, mereka bisa bersiap-siap untuk menyerang.
“Kalau sang Naga pada akhirnya berhasil menemukan kampung ini, kita harus segera bergegas kabur ke gua dekat kaki bukit yang berada di ujung desa. Semua paham?” lanjut pria perkasa itu.
Semua warga mengangguk tanda memahami perkataan pria raksasa itu. Mereka lalu kembali ke rumah masing-masing dan mulai mematikan penerangan serta mengunci seluruh pintu. Kampung itu benar-benar gelap gulita.
Tak berselang lama, sang Naga terbang mengitari pinggir hutan untuk mencari perkampungan. Namun, ia tak menemukan satu pun rumah.
“Hmm, di mana para manusia itu tinggal? Hutan ini terlalu gelap, aku bahkan tak bisa melihat apa pun di bawah,” Ia lalu menyemburkan api dari mulutnya agar bisa melihat suasana di bawah.
Sampai akhirnya, ia berhasil melihat perkampungan di pinggir hutan. Matanya membulat. Ia tampak bahagia karena akan segera menyantap manusia.
“Hahaha, akhirnya aku bisa makan malam dengan kenyang. Para manusia sambutlah kedatanganku,” ucap sang Naga sambil terbang menuju perkampung.
Mengetahui sang Naga berada di langit, Inyik Gadang langsung berteriak, “Semuanya, segeralah lari menuju ke gua sekarang juga!”. Warga pun berlari dengan kencang menuju gua. Beruntung, saat hewan jahat itu mendarat di perkampungan, seluruh warga telah aman bersembunyi.
Sang Naga semakin murka. Ia membakar seluruh rumah dengan api dari mulutnya. Inyik Gadang pun berlari dengan cepat menuju ke padang penggembalaan.
Berhasilkah Gadang Bahan Melawan Naga?
Sesampainya di padang penggembalaan, Inyik Gadang Bahan dan Naga berdiri berhadap-hadapan. Mereka siap bertempur. Dengan segenap kekuatan, Inyik melawan sang Naga menggunakan kapaknya.
“Kamu tak akan berhasil melawanku! Tubuhku besar. Aku punya api yang bisa kusemburkan pada tubuhmu!” gertak sang Naga.
“Aku tak tak takut padamu, Naga! Sekuat tenaga aku kan berusaha menyelamatkan kampungku!” jawab Inyik.
Sang Naga lalu menyemburkan api dari mulutnya. Inyik Gadang Bahan berhasil menampiknya dengan kapak besar dan langsung melompat ke arah Naga.
Kali ini, Naga menyemburkan api yang teramat besar. Pria raksasa itu sekuat tenaga menahan semburan api dengan kapaknya. Ia terus menahan api sambil terus melangkah mendekati Naga.
Saat sudah dekat, Inyik Gadang Bahan langsung melayangkan kapaknya ke arah leher sang Naga. Inyik lalu berlari dan melayangkan kapaknya ke ekor sang naga.
Seketika, penguasa hutan itu langsung tersungkur. Darah mengalir dengan derasnya. Ia tak berdaya karena darah tak kunjung berhenti mengalir. Lama kelamaan, darah itu menggenang pada bagian ekor dan kepala Naga.
Genangan darah Naga yang jahat itu lalu berubah menjadi danau. Karena terdiri dari dua genangan, para warga menyebutnya dengan Danau Kembar. Salah satu danau yang berasal dari darah kepala Naga dinamai dengan Danau Diatas. Sementara yang berasal dari ekor namanya adalah Danau Dibawah.
Padang penggembalaan yang menjadi tempat Naga dan Inyik Gadang Bahan bertarung pun mempunyai nama, yaitu Lembah Naga yang Mati. Namun, karena terlalu panjang, warga menyingkatnya dengan sebutan Lembah Gumanti.
Baca juga: Kisah Garuda Wisnu Kencana dan Ulasannya, Burung Mitologi Kendaraan Dewa Wisnu
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita legenda asal-usul Danau Kembar yang berada di Solok, Sumatera Barat, kini saatnya mengulik tentang unsur intrinsiknya. Berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita legenda asal-usul Danau Kembar ini adalah tentang keserakahan yang berakhir petaka. Seseorang yang berbuat jahat dan serakah, pasti kan mendapat balasan setimpal.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam legenda Danau Kembar, Solok, yakni Inyik Gadang Bahan dan sang Naga. Kamu tentu bisa menilai sendiri bagaimana watak Gadang Bahan, yakni baik hati, pekerja keras, pantang menyerah, dan suka menolong.
Kalau sang Naga adalah sosok yang keji dan serakah. Tak hanya menguasai hutan, ia juga ingin memakan para manusia yang tinggal di sekitar hutan.
Selain kedua tokoh utama tersebut, ada pula seorang nenek tua yang turut mewarnai kisah legenda Danau Kembar. Ia adalah nenek yang bijak dan baik hati.
3. Latar
Legenda asal-usul Danau Kembar ini menggunakan beberapa latar tempat. Beberapa di antaranya adalah perkampungan, hutan, dan lembah. Sementara latar waktunya adalah pagi, siang, dan malam.
4. Alur Cerita Legenda Asal-Usul Danau Kembar
Kisah ini memiliki alur yang maju. Cerita bermula dari Inyik Gadang Bahan yang hendak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Ia lalu bertemu dengan seekor naga yang teramat jahat.
Mereka lalu bertarung. Pada akhirnya, Gadang Bahan berhasil memenangkan pertarungan dengan cara melayangkan kapak pada leher dan ekor Naga. Darah sosok jahat ini tak berhenti mengalir hingga membentuk genangan.
5. Pesan Moral
Jangan jadi orang yang serakah dan jahat adalah salah satu pesan moral dari legenda asal-usul Danau Kembar ini. Sebab, orang yang serakah akan mendapatkan balasan yang setimpal. Sang Naga yang kejam dan serakah berakhir mati mengenaskan karena keserakahannya.
Pesan moral berikutnya adalah jangan menilai seseorang dari penampilannya saja. Buktinya, meskipun punya badan raksasa dan kapak besar, Inyik Gadang Bahan adalah sosok yang baik hati dan suka menolong.
Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun legenda asal-usul Danau Kembar ini. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang penulis, masyarakat sekitar, dan nilai-nilai yang dianut.
Baca juga: Legenda Gunung Kelud, Kisah Pengkhianatan Diah Ayu Beserta Ulasan Lengkapnya
Fakta Menarik
Sudah paham dengan unsur intrinsik dari kisah ini? Nah, sekarang saatnya kamu membaca fakta menarik dari Danau Kembar. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya;
1. Menjadi Tempat Wisata
Ada banyak danau yang berada di Kabupaten Solok. Salah satu yang populer adalah Danau Singkarak. Selain itu, ada pula yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, yakni Danau Kembar.
Terkenal dengan pemandangannya yang memukau, Danau Kembar juga menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Saking indahnya, danau ini kerap dianggap berada di Swiss.
Tak hanya bisa memandangi hamparan air, di sini ada pula wahana speedboat. Kamu juga bisa dengan jelas memandang Gunung Talang dan Gunung Kerinci yang tampak memukau.
Sebelum mengunjungi Danau Kembar, jangan lupa mengenakan baju hangat, ya! Pasalnya, tempat wisata ini sangat dingin karena dikelilingi perbukitan hijau dan kabut tebal.
2. Memiliki Beragam Versi Cerita
Cerita rakyat asal Sumatera Barat ini memiliki beberapa versi. Ada yang menyebutkan jika sang Naga tak mati setelah terkena kapak Gadang Bahan. Hanya saja, tubuhnya terkurai lemas. Lalu, para warga menguburnya hidup-hidup.
Ada pula cerita rakyat yang menceritakan kalau sang Naga tak pernah mati. Ia justru bersembunyi di dasar Danau Kembar. Maka dari itu, sesekali danau ini berubah warna menjadi merah.
3. Air Danau Sempat Berubah Warna
Pada tahun 2019, warga sekitar Solok sempat heboh karena Danau Diatas tiba-tiba berubah warna menjadi merah. Tak hanya berubah warna, airnya pun berbau sangat amis.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, perubahan warna tersebut terjadi karena adanya pergerakan bumi akibat dari gempa di Solok Selatan. Sementara bau amis yang muncul bisa saja dikarenakan oleh alga-alga yang mati.
Baca juga: Dongeng Kebo Iwa dan Ulasan Lengkapnya yang Merupakan Asal-Usul Danau Batur di Bali
Legenda Asal-Usul Danau Kembar Cukup Menarik, Bukan?
Demikianlah akhir dari legenda asal-usul Danau Kembar yang berada di Solok, Sumatera Barat. Terlepas dari benar atau tidaknya, cerita di atas cukup menarik, bukan? Kamu bisa membacakan kisahnya pada si kecil agar ia mengetahui cerita rakyat nusantara.
Kalau ingin membacakan kisah yang lain, kamu bisa telusuri kanal Ruang Pena pada situs PosKata.com. Ada banyak cerita yang kami suguhkan, seperti legenda Danau Toba, Tangkuban Perahu, Gunung Merapi, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!