• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosKata

Inspirasi & Literasi Kata

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Home
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Ruang Pena
  • Histori
  • Arti Kata
» Ruang Pena » Cerita Rakyat » Cerita Rakyat Bangka Belitung

Kisah Asal Usul Batu Balai dan Ulasan lengkapnya, Kisah Anak Durhaka yang Tak Mau Mengakui Ibunya yang Tua Renta

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Gambar Utama
Sumber: Portal Kabupaten Bangka Barat

Penasaran dengan legenda asal usul Batu Balai yang ada di Bangkai Belitung? Katanya, ceritanya mirip dengan kisah Malin Kundang, lho. Apakah benar? Kalau penasaran, simak ceritanya di artikel ini, yuk!

Cerita rakyat Nusantara pada umumnya memiliki pesan moral yang bisa disampaikan tuk anak-anak sebagai pembelajaran. Bila ingin mengajarkan pentingnya berbakti dan mengabdi pada orang tua, bacakan legenda Batu Balai untuk anak-anak.

Selain sarat akan pesan moral, legenda dari Bangka Belitung ini juga memiliki kisah yang menarik. Kisahnya tak hanya cocok untuk anak-anak saja, tapi juga para remaja dan dewasa.

Nah, kalau penasaran dengan kisah menarik dari legenda Batu Balai dari Bangka Belitung, tak perlu ke mana-mana lagi. Sebab, kami telah memaparkan kisah dan ulasan lengkapnya seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!

Cerita Legenda Batu Balai

Legenda Batu Balai - Ilustrasi Pedesaan

Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang wanita tua miskin di gubuk reot dalam hutan daerah Mentok, Bangka Belitung. Ia tinggal bersama anak laki-laki semata wayangnya yang bernama Dempu Awang.

Sang suami telah lama meninggal karena terkena penyakit parah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, wanita tua itu bekerja di ladang. Ia menanam ubi, keladi, dan sayur-sayuran.

Setelah Dempu Awang dewasa, ia kerap membantu sang ibu di ladang. Awang yang memanen sayuran, sang ibu yang menjualnya ke pasar. Sebagian sayur dijadikan untuk lauk makan.

Hasil penjualan tak pernah banyak. Kadang-kadang malah kurang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Ditambah lagi, bila musim kemarau tiba. Tak banyak sayur yang bisa dipanen.

Pada suatu malam, Dempu Awang duduk di depan rumah sambil menatap langit. Ia meratapi nasibnya.

“Aku tak mungkin bernasib seperti ini seterusnya.  Bagaimana caranya agar aku bisa menghasilkan uang yang banyak? Mengurus ladang saja tak cukup untuk memenuhi kebutuhan,” ucapnya dalam hati.

Lalu, datanglah seorang temannya menghampiri dan mengusik lamunan Dempu Awang. “Apa yang kau pikirkan? Kau tampak serius sekali,” tanyanya.

“Kepalaku pusing. Aku ingin mencari pekerjaan lain, tapi tak tahu harus jadi apa. Kau punya solusi?” tanya Awang.

“Hmm, begitu rupanya. Kau ikut kerja aku saja besok pagi. Kita bekerja di perahu milik Tuan Nueng. Kebetulan ia sedang membutuhkan orang tambahan,” ucap temannya itu.

“Benarkah? Wah, kalau begitu aku akan berkata pada ibuku untuk bekerja di perahu mulai besok pagi,” ucap Dempu Awang.

Baca juga: Cerita Dongeng Peter Rabbit dan Ulasan Menariknya, Petualangan Kelinci Kecil yang Tak Mengindahkan Pesan Ibunda

Bekerja di Perahu

Dempu Awang lalu meminta izin kepada sang ibu. Tentu saja ibunya tak melarang. Ia justru senang bila anaknya giat bekerja.

Keesokan harinya, Dempu Nawang dan kawannya berangkat ke tepi laut untuk menunggu kepulangan para nelayan mencari ikan. Saat perahu tiba, tugas Dempu Nawang adalah memilih dan memilah ikan hasil tangkapan para nelayan.

Dempu bekerja dengan sangat cepat dan kuat. Ia tak ingin mengecewakan sang majikan, Tuan Nueng. Hasil dari pekerjaannya pun lumayan. Ia bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

“Ibu senang bila kau bekerja dengan sangat giat. Ibu harap kau bisa menjadi anakku yang selalu bekerja dengan keras,” ucap sang ibu sambil mengelus kepala anaknya.

“Aku bekerja keras juga untuk Ibu. Aku tak ingin Ibu merasa kekurangan lagi. Walau penghasilanku tak seberapa, setidaknya kita tak kekurangan lagi,” ucap Dempu Awang.

“Berapa pun itu, kita harus mensyukurinya, Nak. Ibu bersyukur karena kau masih diberi tubuh yang kuat dan sehat,” ucap sang Ibu.

Begitulah Dempu Nawang bekerja dengan keras setiap hari. Ia berangkat selepas Subuh dan pulang setelah Ashar. Pekerjaan berat tetap ia lakukan denga suka cita. Ia juga jarang mengeluh.

Hal itu membuat Tuan Nueng sangat menyukai kinerja Dempu Awang. Ia bahkan kerap memberi uang bonus kepada pria itu.

Berlayar ke Negeri Seberang

Pada suatu sore, ketika Dempu Awang hendak pulang, Tuang Nueng memanggilnya. “Dempu, kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucapnya.

“Baiklah, Tuan,” jawab Dempu.

“Dua hari lagi, aku akan pergi berlayar ke negeri seberang untuk mencari ikan yang lebih banyak dan bervariasi. Karena aku suka dengan kinerjamu, maukah kau ikut denganku menjadi anak buah kapal?” ucap Tuan Nueng.

Dempu Awang diam saja. Ia tak tahu harus menjawab apa. “Tentu saja bayaran menjadi anak buah kapal lebih besar dari kuli ikan. Kau akan mendapatkan uang yang banyak,” ucap sang Tuan meyakinkan Dempu Awang.

“Bolehkah saya memikirkannya dulu, Tuan? Sepertinya saya perlu meminta izin kepada ibu saya,” ucap Dempu Awang.

“Baiklah, kuberi waktu hingga besok petang, ya. Aku tak punya banyak waktu. Jika kau menolak, aku akan mencari orang lain,” ucap Tuan Nueng.

“Baik, Tuan. Saya akan segera memikirkannya,” jawab pria itu.

Sepanjang perjalanan pulang, Dempu Awang terus memikirkan penawaran dari tuannya itu. “Jika aku pergi merantau, lantas bagaimana dengan ibuku? Apakah ia akan memberi izin? Apakah ia tak masalah kutinggal sendiri?” ucap Dempu.

Tak lama kemudian, Dempu Awang putuskan tuk menerima tawaran itu. Ia ingin memperbaiki kehidupannya dengan sang ibu. “Kalau aku merantau, aku bisa menghasilkan banyak uang. Dengan begitu, aku bisa semakin membahagiakan ibuku,” ucapnya dengan yakin.

Berpamitan dengan Sang Ibu

Legenda Batu Balai - Minta Izin Sumber: Youtube – Dongeng Kita

Ketika malam tiba, Dempu Awang pun putuskan tuk meminta izin pada sang ibu. “Bu, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” tanyanya mengawali pembicaraan.

“Tentu saja boleh, Nak. Apa yang ingin kau katakan pada Ibu?” tanya sang ibu,

“Aku ingin menjadi anak buah kapal Tuan Nueng, Bu. Aku ingin merantau ke negeri seberang agar mendapatkan uang yang lebih banyak. Dengan begitu, kita bisa memiliki kehidupan yang lebih baik,” ucap Dempu Awang.

“Hidup begini saja ibu sudah senang, Nak. Kau tak perlu pergi jauh dari ibu,” ucap sang Ibu melarang.

“Tapi, Bu. Aku pergi tak terlalu lama, hanya 6 bulan. Jika uang sudah terkumpul banyak, aku akan pulang dan menemui ibu kembali,” ucap sang anak.

“Anakku, ibu sudah terlalu tua, jika kau tak di sisi ibu, siapa yang kan merawatku?” tanya sang Ibu.

Meski berulang kali dilarang, Dempu Awang tak menyerah. Ia terus-terusan mendesak sang ibu agar mendapatkan izin. Pada akhirnya, sang ibu pun luluh juga.

“Baiklah, Anakku. Jika itu memang sudah menjadi tekadmu. Tapi, jagalah dirimu baik-baik. Kau harus kembali dengan selamat,” ucap sang Ibu.

“Terima kasih, Bu. Aku berjanji tidak aka melupakan Ibu,” ucap Awang dengan perasaan gembira.

Baca juga: Cerita Dongeng Peter Pan dan Wendy Beserta Ulasan Lengkapnya, Petualangan Seru Melawan Kapten Hook di Negeri Neverland

Pergi Merantau ke Pulau Seberang

Dua hari kemudian, tibalah saat keberangkatan Dempu Awang merantau. Pagi-pagi sekali, ditemani sang ibu, ia berangkat ke pelabuhan. Ketika kapal hendak berangkat, Dempu Awang mencium tangan ibunya. Mereka pun berpelukan dan saling menangis.

Sejak saat itu, sang Ibu hanya tinggal seorang diri. Tiap malam, ia senantiasa mendoakan anaknya agar selamat dan mendapatkan rezeki yang cukup.

Waktu pun terus berjalan. Sepanjang sore, wanita tua itu pergi ke pelabuhan untuk memastikan apakah anaknya akan pulang atau tidak. “Kapan kau akan pulang, Nak? Ibumu merindukanmu,” ucap sang Ibu dalam hati sambil meneteskan air mata.

Sepuluh tahun pun telah berlalu, Dempu Awang mengingkari janjinya. Waktu izin, ia bilang hanya pergi 6–12 bulan. Nyatanya sampai 10 tahun pun ia tak menampakkan batang hidungnya.

“Ya, Tuhan, kenapa anakku tak kunjung pulang? Di mana pun ia berada, tolong berikan keselamatan pada anakku Tuhan,” doa wanita tua itu tiap malam.

Ia selalu menanyakan kabar Dempu Awang pada para nelayan. Tapi, tak ada satu pun yang mengetahui keberadaan pemuda itu. Sang Ibu hanya bisa menangis karena takut terjadi apa-apa pada anaknya.

Di sisi lain, rupanya Dempu Awang berhasil menjadi pria kaya raya di pulau seberang. Semua itu tentu saja tak lepas dari doa sang ibu sepanjang malam. Ia pun telah memiliki istri yang cantik jelita.

Namun, ia menyembunyikan identitas aslinya. Kepada istri dan mertua, ia mengaku anak yatim piatu. Ia malu mempunyai ibu yang sudah tua renta dan miskin.

Ingin ke Kampung Halaman

Pada suatu malam, istri Dempu Awang ingin sekali mengunjungi kampung halaman sang suami. Ia pun menyampaikan keinginan itu pada sang suami.

“Kanda, kapan engkau mengajakku melihat kampung halaman? Dinda sangat ingin mengunjungi kampung halaman Kanda. Dinda ingin tahu seperti apa tempat Kanda dilahirkan,” ucap sang istri.

“Dindaku, Sayang. Kanda kan sudah bilang tak ada yang menarik di kampung halaman kanda. Hanya desa biasa yang dipenuhi warga-warga miskin. Apa kau yakin ingin mengunjunginya?” ucap Dempu Awang sombong.

“Tapi, Kanda. Dinda ingin sekali mengunjungi kampung halaman Kanda. Tolonglah, sekali ini saja kita ke sana, ya?” pinta sang istri.

Karena sang istri terus mendesak, akhirnya Dempu Awang pun mengabulkan keinginannya. “Baiklah, besok kita akan mengunjungi kampung halamanku di desa Mentok. Kanda harap Dinda tak terkejut,” ucap Dempu Awang.

Keesokan harinya, berangkatlah Dempu Awang dan istrinya beserta jajaran awak kapal ke pelabuhan di kampung halaman pemuda itu. Perjalanan berlangsung selama berhari-hari. Selama perjalanan, Awang merasa sedikit cemas karena takut istrinya menemukan ibunya yang tua renta.

“Dinda, kita tak perlu berlama-lama di kampung halamanku, ya. Sebentar saja,” ucap Dempu Awang.

“Memangnya kenapa? Kanda seperti menyembunyikan sesuatu,” ucap sang istri.

“Bukan begitu, Kanda hanya tak ingin terlalu larut mengenang masa lalu di kampung halaman,” ucapnya berbohong.

“Baiklah, kalau begitu Suamiku. Dinda akan menrutui perkataan Kanda,” ucap sang istri.

Tiba di Kampung Halaman

Tak lama kemudian, tibalah mereka di kampung Mentok. Para pedagang dan nelayan, serta warga sekitar berbondong-bondong untuk melihat perahu yang mewah dan emgah itu.

Ketika mendekat, mereka melihat seorang pemuda yang gagah dan berpakain mewah dengan wanita cantik berdiri di sampingnya. Lalu, salah satu di antara mereka ada yang mengenali Dempu Awang.

“Heh! Lihatlah! Bukankah pemuda itu Dempu Awang?” ucap salah satu nelayan.

“Wah, benar! Ia Dempu Awang, anak wanita tua itu. Wah, ia sudah berubah menjadi orang sukses,” jawab nelayan lainnya.

Sementara itu, dari atas kapalnya, Dempu Awang menyebarkan pandangannya. Ia khawatir bila ibunya mendekati perahu megah miliknya.

Lalu, tiba-tiba saja ada suara seorang pria memanggil pemuda itu. “Dempu Awang! Dempu Awang! Ibumu telah lama menantikanmu, kau harus segera menemuinya,” teriak salah seorang pria.

“Kanda, aku dengan orang itu meneriakkan ibumu, apa maksudnya?” tanya sang Istri.

Dempu Awang mulai panik. Ia khawatir bila ketahuan berbohong. “Ah, orang itu pasti mengada-ngada. Ibu Kanda telah lama mati,” ucap sang Ibu.

“Ibuku telah lama mati! Bisa-bisanya kau berkata seperti itu! Pelayan, usir pria itu,” ucap Dempu Awang pada pria yang berteriak padanya.

“Tega-teganya kau menyebut ibumu sudah mati! Aku akan membawanya kemari jika kau tak percaya,” ucap pria itu.

Tak Menganggap Nenek Tua Sebagai Ibunya

Pria itu lalu berlari menuju rumah si wanita tua yang merupakan ibu dari Dempu Awang. Setibanya di sana, dengan napas terengal-engal, ia lalu berkata, “Bu, anakmu pulang dengan kapal yang sangat mewah bersama istrinya.”

“Anakku? Dempu Awang? Bersama istrinya? Oh Tuhan terima kasih kau memberi keselamatan pada anakku,” ucap sang Ibu.

Ia lalu bergegas membawa makanan kesukaan sang anak dan berlari ke pelabuhan Mentok. Melihat anaknya berada di atas perahu yang megah, wanita tua itu sembah sujud.

“Oh, Anakku, rupanya kau telah berhasil meraih apa yang kamu inginkan. Kembalilah ke dekapan ibu, Nak. Ibumu sangat rindu,” ucapnya lirih.

Wanita tua itu kemudian berteriak memanggil anaknya. “Dempu Awang! Anakku, lihatlah kemari, ini aku Ibumu,” teriak wanita tua itu.

Dempu Awang terkejut melihat ibunya semakin tua renta dan pakaiannya pun compang-camping. Ia tak kuasa menahan malu pada sang istri.

“Kanda, ibu tua itu memanggilmu. Katanya ia adalah ibumu. Apakah benar begitu?” tanya sang istri.

“Dinda, Kanda kan sudah pernah bilang jika ibuku sudah mati. Wanita tua itu pasti hanya mengaku-ngaku saja,” ucap Dempu Awang.

“Pelayan, usir wanita tua itu, aku tak ingin ia menginjakkan kaki di kapalku ini!” ucapnya kejam.

Ketika pelayan hendak menyeretnya, wanita tua itu lalu berkata, “Ini aku benar-benar ibumu, Nak. Aku bahkan telah membawakanmu makanan kesukaanmu. Kau mungkin lupa padaku karena kita sudah 10 tahun tak berjumpa. Tapi, ibu tak akan pernah lupa kepadamu, Nak,” ucap sang ibu sambil menangis.

Tak tega melihat wanita tua itu menangis, istri Dempu Awang pun angkat bicara. “Ibu, jika kau memang benar ibu dari suamiku, kemarilah, aku ingin melihat makanan yang kau bawa. Aku ingin memastikan apakah benar makanan yang kau bawa adalah kesukaan suamiku,” ucap sang Istri.

“Pelayan, bantu ibu itu naik kemari,” imbuhnya.

“Dinda! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah mengajaknya kemari!” ucap Dempu Awang.

“Suamiku, berilah kesempatan untuk ibu tua itu menjelaskan semuanya. Jikalau memang ia bukan ibumu, tak seharusnya kau mengusirnya secara kasar,” ucap sang Istri secara bijaksana.

Kutukan Sang Ibu

Legenda Batu Balai - Berdoa Sumber: Youtube – Dongeng Kita

Lalu, naiklah wanita tua itu ke atas kapal. Sang istri lalu membuka makanan yang dibawanya. Rupanya, ia memang benar membawa makanan kesukaan sang suami.

“Ia membawa makanan kesukaanmu, Kanda. Apakah wanita ini memang benar ibumu? Kau tak perlu malu pada Dinda. Janganlah kanda menjadi anak yang durhaka,” bujuk sang istri.

Bukannya luluh, Dempu Awang justru merasa semakin geram. “Kamu bukan ibuku! Aku tak punya ibu tua sepertimu. Ibuku telah lama mati!” ucap Dempu Awang.

Karena gelap mata, Dempu Awang juga mendorong ibunya hingga terjatuh berguling-guling di tangga kapal. Hati wanita tua itu sangatlah tersakiti dan hancur berkeping-keping. Ia tak menyangka bila anaknya tega berbuat keji kepadanya.

Dengan perasaan yang hancur, wanita malang itu segera meninggalkan pelabuhan lalu berjalan menuju gubuknya. Setiap mata memandanginya dan berbisik, “Kasihan wanita tua itu, ia tak dianggap oleh anaknya sendiri. Sungguh keji kelakuan Dempu Awang.”

Wanita tua itu tak kuasa melanjutkan langkahnya. Hatinya terasa sangat sakit. Ia lalu duduk dan menengadahkan kedua tangannya, “Ya, Tuhan, berilah balasan yang setimpal kepada anak hamba yang durhaka itu. Betapa kejam dirinya tak mau mengakui aku sebagai ibunya.”

Doa sang Ibu benar-benar dikabulkan oleh sang Tuhan yang Maha Kuasa. Ketika Dampu Awang hendak berlayar meninggalkan pelabuhan Mentok, tiba-tiba langit berubah menjadi mendung.

Hujan turun sanga deras disertai angin topan dan petir yang menyambar. Gelombang laut setinggi gunung mengantam kapal Dempu Awang hingga terbelah menjadi dua. Kapal itu lalu karam ke dasar laut.

Setelah cuaca mereda, tampaklah sebuah batu besar di tempat kapal megah itu karam. Rupanya, batu besar itu merupakan penjelmaan dari Dempu Awang. Sementara istrinya menjelma menjadi kera putih. Lalu, para warga menyebutnya sebagai Batu Balai karena di samping batu itu terdapat sebuah balai tempat para pemimpin mengadakan musyawarah.

Baca juga: Kisah Tukang Sepatu dan Liliput Beserta Ulasan Lengkapnya, Dongeng yang Mengajarkan Tentang Kebaikan dan Ketulusan Hati dalam Menolong Orang Lain

Unsur Intrinsik

Seusai membaca cerita legenda Batu Balai, kurang lengkap rasanya bila kamu belum membaca unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;

1. Tema

Tema atau inti cerita dari legenda Batu Balai adalah tentang anak yang durhaka. Harta membuatnya gelap mata sehingga ia tidak mengakui ibunya sendiri. Ia juga bersikap kasar pada sang ibu.

2. Tokoh dan Perwatakan

Ilustrasi Wanita Tua

Ada tiga tokoh utama dalam cerita legenda Batu Balai dari Bangka Belitung ini. Mereka adalah Dempu Awang, ibunya, dan istrinya.

Ibunya digambarkan sebagai wanita tua renta yang miskin dan tak punya apa-apa. Meski begitu, ia giat bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

Awalnya, Dempu Awang adalah pemuda yang rajin bekerja dan baik hati, serta berbakti pada ibunya. Namun, karena gila harta dan kekayaan, ia malah menganggap ibunya sendiri telah mati. Ia malu mengakui ibunya yang sudah tua dan compang-camping.

Tokoh utama berikutnya adalah istri Dempu Awang. Ia adalah sosok penyayang suami dan bersikap bijaksana. Di saat Dempu Awang bersikukuh tidak mengakui ibunya, ia dengan bijak memberi tahu Dempu Awang untuk jangan berbohong dan jangan malu.

3. Latar

Karena merupakan asal usul atau legenda, tentu saja latar tempat dari cerita ini disebutkan secara spesifik, yaitu di Batu Balai, Bangka Belitung. Lebih tepatnya berada di Tanjung Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.

4. Alur Cerita Legenda Batu Balai

Alur cerita dari legenda Batu Balai adalah maju alias progresif. Cerita bermula dari seorang pemuda bernama Dempu Awang yang pekerja keras tak mau lagi hidup miskin di desa Mentok.

Ia ingin merantau untuk mengubah nasibnya. Pergi ke pulau seberang untuk mencari uang, ia meninggalkan ibunya yang sudah tua renta seorang diri.

Sang ibu setiap hari menunggu kepulangan anaknya sambil berdoa agar Tuhan memberika kesehatan pada sang anak. Bertahun-tahun ia menunggu, tapi sang anak tak kunjung pulang.

Padahal, pamitnya hanya merantau untuk 6-12 bulan saja. Selama hampir dari 10 tahun, tiba-tiba datanglah kapal megah ke pelabuhan Mentok. Rupanya, kapal megah itu milik Dempu Awang.

Ia datang bersama istrinya. Sang ibu yang mengetahui kepulangan sang anak langsung datang dengan membawa makanan kesukaan anaknya. Namun, Dempu Awang justru tak mengakui sang ibu.

Bahkan, Dempu Awang tega mendorong ibunya hingga jatuh terguling-guling di tangga kapal. Dengan hati yang hancur berkeping-keping, sang ibu mendoakan agar anaknya mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.

Lalu, Tuhan mengabulkan doanya. Kapal Dempu Awang terhempas dan terbelah menjadi dua oleh gelombang laut yang amat tinggi. Belahan kapal lalu karam di tepi laut mengenai balai tempat para pemimpin bermusyawarah.

Kapal itu lalu berubah menjadi batu. Konon, batu itu adalah jelmaan dari Dempu Awang. Sedangkan istrinya menjelma menjadi seekor monyet putih.

5. Pesan Moral

Pesan moral utama dari legenda Batu Balai adalah jangan menjadi anak yang durhaka. Anak yang durhaka akan mendapatkan ganjaran atau balasan setimpal atas perbuatannya.

Berbakti kedua orang tuamu, seperti mereka membesarkan dan menyayangimu. Jangan menyakiti hatinya apalagi sampai berbuat kasar kepadanya.

Pesan berikutnya adalah jangan malu dengan kondisi orang tuamu. Mereka mungkin tampak lusuh. Namun, itu semua karena mereka terlalu sibuk mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Selain unsur intrinsik, cerita legenda Batu Balai ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral

Baca juga: Cerita Dongeng tentang Ayam Jago yang Baru Mendapatkan Tugas dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pengingat untuk Teliti Sebelum Bekerja

Fakta Menarik

Sebelum mengakhiri artikel tentang legenda Batu Balai ini, simak dulu fakta menariknya yang tela kami paparkan di bawah ini, yuk!

1. Menjadi Tempat Wisata

Legenda Batu Balai - Batu Balai Sumber: Portal Kabupaten Bangka Barat

Meski hanya berupa batu besar dan menyimpan legenda tentang seorang anak durhaka, Batu Balai rupanya menjadi salah satu destinasi wisata di Bangka Belitung. Tak hanya bisa berswafoto dengan Batu Balai, di tempat wisata tersebut juga terdapat pemandangan yang indah.

2. Kisah Anak Durhaka

Anak yang tega atau durhaka kepada ibunya sendiri ternyata tak hanya terjadi di legenda Batu Balai saja. Pada 22 September 2021, Jepara dihebohkan oleh berita seorang gadis berusia 17 tahun yang tega membunuh ibunya sendiri.

Alasannya pun sangat sederhana, yaitu sang ibu menegurnya lantaran terlalu sering menonton televisi. Di China, ada seorang pria yang tega menyuruh ibu kandungnya yang berusia 60 tahun untuk duduk di bagasi mobil. Alasannya karena ia ingin anak-anaknya duduk dengan lega di kursi belakang.

Baca juga: Cerita Fabel Si Kancil dan Beruang Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Binatang Cerdik yang Berusaha Menyelamatkan Para Burung di Hutan

Bagikan Cerita Legenda Batu Balai ke Teman-Temanmu

Demikianlah cerita legenda Batu Balai dari Bangka Belitung beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Kamu suka dengan kisahnya? Kalau suka, bagikan legenda ini kepada teman-temanmu, ya!

Buat yang butuh cerita dongeng lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Selain legenda Batu Balai, ada pula kisah Batu Menangis, cerita rakyat Tanjung Penyusuk, cerita Datu Pujung, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!

← Cerita Rakyat Pulau Kapal dari Bangka Belitung Beserta Ulasan Lengkapnya, Cerita Tentang Anak Miskin yang Menjadi Saudagar Kaya Tapi Durhaka pada Orang Tuanya
Cerita Dongeng Danau Angsa & Ulasan Menariknya, Kisah Pembuktian Cinta Sejati akan Mengalahkan Sihir Jahat →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Rinta Nariza

Rinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya.

Editor
Khonita Fitri

Seorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Cerita Rakyat Bangka Belitung

  • Legenda Si Kelingking dari Bangka Belitung, Kisah Seorang Pria Bertubuh Kecil Tapi Sangat Kuat
  • Legenda Si Penyumpit dan Putri Malam dari Bangka Belitung Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Seorang Pemuda yang Mendapatkan Berkah Tak Terduga Karena Kebaikan dan Ketulusan Hatinya
  • Cerita Rakyat Pulau Kapal dari Bangka Belitung Beserta Ulasan Lengkapnya, Cerita Tentang Anak Miskin yang Menjadi Saudagar Kaya Tapi Durhaka pada Orang Tuanya
  • Legenda Tanjung Penyusuk Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Seorang Putri yang Bertabiat Buruk dan Semena-Mena Kepada Orang Lain
  • Legenda Bujang Katak dari Bangka Belitung dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Seorang Pemuda Baik Hati dan Pemberani yang Berwajah Tidak Sempurna
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosKata.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.