Pelajaran hidup tidak hanya dapat diperoleh dari tokoh-tokoh terkenal masa kini. Kamu juga bisa memperolehnya dari kisah Nabi Sulaiman dan semut yang cerita tentangnya kami paparkan di artikel berikut!
Barangkali sudah banyak orang yang familier dengan cerita Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis. Akan tetapi, mungkinkah mereka juga familier dengan kisah Nabi Sulaiman dan semut yang tercatat pula dalam Alquran? Belum tentu.
Bisa jadi, sebagian orang di luar sana tak mengetahui secara lengkap riwayat yang menyebutkan hubungan antara Sulaiman dan semut. Padahal, banyak pelajaran tentang kehidupan yang dapat diambil dari kisah tersebut, lho!
Kamu mau tahu seperti apa detailnya? Kalau begitu tak perlu berbasa-basi lagi, kami menyediakan beberapa kisah yang menceritakan soal Nabi Sulaiman dan seekor semut maupun bangsa semut di bawah ini! Selamat membaca.
Cerita Nabi Sulaiman dan Semut yang Takut Terinjak
Lantaran berbicara dengan binatang menjadi salah satu mukjizat dari Nabi Sulaiman, teranglah ia dapat mendengar percakapan semut dan bisa berkomunikasi dengan mereka. Misalnya dalam kisah di mana Nabi Sulaiman dan rombongannya hendak melintas di tempat yang jadi habitat hidup kaum semut.
Dikisahkan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman melakukan perjalanan bersama bala tentara yang sangat banyak, yang terdiri dari manusia, bangsa jin, dan burung-burung. Jin dan manusia berbaris secara teratur di rombongan depan dan belakang Sang Nabi.
Rombongan di depan bertugas menjaga agar tidak ada yang melewati batas, sedangkan yang di belakang mengantisipasi agar tidak ada anggota pasukan yang tertinggal. Sementara itu, burung-burung terbang memayungi rombongan, sehingga tidak terpapar terik matahari.
Di tengah perjalanan, rombongan melewati lembah yang rupanya dihuni oleh banyak sekali semut. Pemimpin semut, Jirsan yang berasal dari Bani Syishibban kemudian berkata pada semut-semut yang lain supaya berlindung di sarang masing-masing.
Berkatalah semut tersebut seperti yang tertera dalam Surah An Naml ayat 18, berbunyi, “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Tak disangka, perkataan pimpinan semut itu didengar oleh Nabi Sulaiman. Ia sempat tertawa, tetapi kemudian mengucap syukur kepada Allah yang memberinya kemampuan istimewa dapat mengerti bahasa binatang dan mendengarnya walau dari jarak yang jauh.
Seketika itu, ia pun berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh” (An Naml: 19).
Mendengar semut-semut panik dan ketakutan akan kehadirannya bersama para pasukan, ia batal melintasi lembah. Nabi Sulaiman meminta para pasukannya untuk mencari jalan lain, sehingga para semut tetap aman di dalam sarang.
Semut dan Sebutir Biji Gandum
Cerita berikutnya tentang Nabi Sulaiman dan semut ada hubungannya dengan sebutir biji gandum. Yaitu, di mana pada suatu hari Sang Nabi bertanya pada seekor semut mengenai seberapa banyak makanan yang didapatkannya dalam satu tahun.
“Wahai semut! Berapa banyak engkau memperoleh rezeki dari Allah dalam jangka satu tahun?” tanya Sulaiman. “Sebutir biji gandum,” jawab semut yang ternyata membuat Sulaiman penasaran apakah sebutir gandum cukup untuk hidup selama setahun.
Akhirnya, rasul yang merupakan putra dari Nabi Daud itu pun membawa si semut pulang, lalu memasukkannya ke dalam botol untuk dipelihara. Di dalam botol, Sang Nabi kemudian juga memasukkan sebutir biji gandum untuk bekal si semut setahun ke depan.
Satu tahun pun berlalu. Nabi Sulaiman melihat semut yang dipeliharanya di dalam botol, dan ia terkejut mendapati biji gandum yang pernah diberikannya masih tersisa separuh. Ia lantas bertanya, “Mengapa kamu hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya?”
Mendengar pertanyaan Sulaiman, semut menjawab dengan hati-hati. Ia mengaku menyisakan biji gandum untuk berjaga-jaga kalau-kalau Sulaiman melupakannya. Hal ini menunjukkan bahwa si semut tidak ingin bergantung kepada manusia, melainkan hanya kepada Allah.
“Selama ini aku bertawakal kepada Allah. Aku yakin Allah tidak akan melupakanku,” terangnya. “Tapi, ketika aku berusaha pasrah bergantung kepadamu, aku tidak yakin apakah kamu masih ingat kepadaku setahun ke depan dan memberiku sebiji gandum lagi. Karena itulah, aku hanya memakan sebagiannya saja, sebagai persiapan bekal untuk tahun berikutnya.”
Semut yang Berdoa Meminta Hujan
Kisah tentang Nabi Sulaiman dan semut yang meminta hujan diriwayatkan dari Imam Ibnu Abu Hatim berdasarkan kitab Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm. Di situ Ibnu Abu Hatim berkata bahwa ayahnya pernah menceritakan kisah tersebut padanya.
Di dalam riwayat itu disebutkan, suatu hari Nabi Sulaiman keluar dari istananya untuk berdoa meminta hujan. Di luar, ia melihat seekor semut berbaring terlentang dan semua kakinya diangkat menghadap langit. Semut tersebut berdoa:
“Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami sangat memerlukan guyuran air (hujan)-Mu. Jika Kau tidak mengguyuri kami (dengan air hujan-Mu), Kau akan membuat kami binasa.”
Dalam riwayat lain, doa yang diungkapkan berbunyi, “Ya Allah, sesungguhnya kami salah satu dari makhluk-Mu yang sangat memerlukan rezeki-Mu. Maka, jangan Kau binasakan kami sebab dosa-dosa anak cucu Adam (manusia).” (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarîkh Madînah Dimasyq)
Sang Nabi mendengar perkataan si semut, lalu memintanya pergi tanpa mengusirnya. “Pulanglah, sudah ada (makhluk lain) selain kalian yang berdoa meminta hujan,” demikian kata Nabi Sulaiman as.
Puas Membaca Riwayat tentang Semut dan Nabi Sulaiman?
Demikian tadi uraian mengenai kisah Nabi Sulaiman dan semut yang di dalamnya mengandung banyak nasihat. Salah satunya ialah untuk bertawakal kepada Allah, dan tidak berharap maupun menggantungkan hidup selain kepada-Nya.
Kiranya, cerita seputar semut dan Nabi Sulaiman ini dapat kamu bagikan kepada orang-orang terdekat agar mereka juga bisa memetik pelajaran dari sana. Bila perlu, kamu bisa pula membagikan artikel ini di jejaring sosial, sehingga lebih banyak orang yang mengetahui dan mengerti hikmahnya.