Masih ingat kisah lengkap tentang tongkat Nabi Musa as yang bisa berubah jadi ular dan membelah lautan? Jangan hanya tahu itu saja, kamu juga perlu memahami cerita lain tentang Nabi Musa as seperti yang kami rangkum berdasarkan Alquran berikut ini!
Berbicara mengenai kisah lengkap Nabi Musa as tentu perlu mencocokkannya dengan cerita yang diriwayatkan dalam Alquran. Pasalnya, nama dari salah satu rasul ulul azmi ini ternyata yang paling banyak disebut dalam Alquran, yakni sejumlah 136 kali.
Di dalam kitab suci umat Islam itu, Sang Nabi disebut sebagai manusia pilihan yang membawa bukti-bukti kebenaran dari Tuhan. Allah SWT memberinya petunjuk, kelebihan atau mukjizat yang tidak dimiliki manusia lain, serta kedudukan yang terhormat di sisi-Nya.
Lantas, seperti apa kisah Nabi Musa as yang lengkap, tapi juga cukup ringkas untuk mudah kamu pahami sejak ia lahir hingga wafat? Kalau kamu mau tahu tentang hal tersebut, simak penjelasan yang kami rangkum sebagai berikut!
Tahu mukjizat Nabi Musa alaihissalam tapi belum paham kisah sang istri yang salihah? Jika iya, temukan cerita inspiratif mengenai istri Nabi Musa yang kami paparkan secara mendalam melalui ...
Barangkali tak banyak yang tahu seperti apa kisah ibu Nabi Musa as. Kalau kamu ingin tahu cerita tentangnya dan belajar bagaimana perjuangan seorang ibu, kami menyediakan informasi penuh ...
Ingin tahu lebih banyak mengenai kisah tongkat Nabi Musa yang penuh kekuatan magis? Jangan hanya menebak-nebak, lebih baik kamu simak penjelasan seputar kelebihan tongkat tersebut dalam ...
Daripada hanya memikirkan apakah Nabi Khidir masih hidup atau tidak, sebaiknya kamu cari tahu kisah pertemuannya dengan Nabi Musa as dan pelajaran yang bisa kamu ambil darinya. Bila kamu ...
Nabi Musa as memanjatkan doa kepada Allah sebelum menghadapi Firaun. Menurut kisah, setelah itu Nabi Musa mampu membelah laut atas izin Allah dan membuat Firaun beserta pasukannya tenggelam. ...
Sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad, Allah SWT telah beberapa kali mewahyukan kalamnya untuk umat-umat nabi lain. Salah satunya kami ungkap dalam kisah Nabi Musa as menerima ...
Tongkat bukanlah satu-satunya benda yang ada dalam kisah tentang mukjizat Nabi Musa as. Ada beberapa mukjizat lainnya yang perlu untuk kamu ketahui untuk menambah wawasanmu mengenai kisah ...
Kisah Lengkap Nabi Musa As dari Lahir sampai Wafat
Menurut cerita, Nabi Musa as adalah keturunan Bani Israel yang ditugaskan Allah untuk menyelamatkan kaumnya dari penindasan Firaun. Ia juga disebut-sebut masih merupakan keturunan dari Nabi Yakub, tepatnya keturunan dari putra ketiga Yakub, yaitu Lewi.
Saat dewasa, Musa menerima kitab bernama Taurat sebagai salah satu mukjizatnya. Allah juga menganugerahkan padanya beberapa kelebihan lain yang akan kamu simak lebih lengkap dalam keterangan di bawah ini:
Saat Bayi Musa Dibuang ke Sungai Nil
Kelahiran Nabi Musa as bersamaan dengan masa pemerintahan Raja Firaun yang terkenal sadis. Ia tak segan membunuh bayi laki-laki yang lahir lantaran khawatir kekuasaannya sebagai raja akan terganggu karenanya.
Suatu ketika, lahirlah ia ke dunia. Sang ibu khawatir mengetahui anaknya adalah seorang putra, dan kebingungan bagaimana cara menyembunyikannya dari kemungkinan kejaran para pengawal Firaun. Ia tentu tak ingin putranya tewas di tangan mereka.
Di tengah kekalutan, turunlah firman Allah SWT, berbunyi, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah ia. Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul’.” (Surah Al Qashash: 7)
Dalam cerita riwayat tafsir Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa ibu Nabi Musa as memang berada di tepi Sungai Nil. Untuk itu, tidak sulit baginya menyembunyikan Musa dengan memasukkannya ke dalam peti dan membiarkannya hanyut.
Meski begitu, hanyutnya peti yang di dalamnya terdapat bayi Musa disebut bukanlah unsur kesengajaan. Pasalnya, kala itu sang ibu lupa mengikatkan tali pada peti, sehingga peti pun hanyut terbawa derasnya aliran air sungai.
Peti berisi bayi tadi hanyut hingga ditemukan oleh dayang-dayang dari istri Firaun. Mereka memungut dan membawa peti tersebut kepada istri Firaun, Asiyah. Saat istri Firaun membukanya, ia jatuh hati pada si jabang bayi dan sangat menyayanginya.
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.” (Surah Al Qashash: 8)
Ia pun membujuk Firaun untuk memperbolehkannya merawat bayi tersebut hingga dewasa. Firaun yang sangat mencintai sang istri jelas tak dapat menolak permintaannya, walau ia tadinya gencar membunuh bayi-bayi laki-laki di negerinya.
“Dan berkatalah istri Firaun, ‘(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,’ sedangkan mereka tiada menyadari.” (Surah Al Qashash: 9)
Musa pun dirawat sepenuh hati oleh Asiyah. Sayangnya, air susunya tidak cocok untuk Musa sehingga Asiyah harus mendatangkan para ibu di antara rakyatnya untuk menyusui sang putra angkat. Di situlah kemudian Musa dipertemukan kembali dengan ibu kandungnya yang menjadi ibu susu baginya.
Kenabian Musa As Menurut Alquran
Cerita yang diriwayatkan dalam Alquran menyebutkan bahwa Nabi Musa as menerima perintah kenabiannya saat sudah berusia dewasa. Hal ini tercantum dalam Surah Al Qashash ayat 14, yang apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya, “Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Semua bermula ketika Sang Nabi pergi ke sebuah tempat bernama Kota Memphis. Di sana, ia mendapati dua orang laki-laki sedang berkelahi, satu pihak dari golongannya, sedangkan pihak lain ialah golongan Firaun yang notabene telah menjadi musuh bagi Nabi Musa.
Pihak pertama dari golongan Bani Israil datang meminta pertolongan kepadanya agar mengalahkan musuh golongan Firaun tadi. Musa setuju dan mendatangi musuh, lalu memukul orang itu hingga meninggal dunia.
“Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Firaun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, ‘Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan’.” (Surah Al Qashash: 15)
Mengetahui tangannya telah membuat seseorang kehilangan nyawa, Sang Nabi merasa menyesal dan berdoa memohon ampunan kepada Allah Taala. “Dia (Musa) berdoa, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku’. Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Surah Al Qashash: 16)
Rupanya, Firaun murka lantaran mengetahui Musa telah membunuh seorang penduduk Mesir yang merupakan pengikut Sang Raja. Sementara itu di Memphis, seorang pria mendatanginya dan memintanya pergi ke tempat lain. “Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, ‘Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu’.” (Surah Al Qashash: 20)
Untuk menghindar dari tentara Firaun, Sang Nabi pun melarikan diri menuju sebuah negeri bernama Madyan. Ia tidak ingin tertangkap oleh orang-orang suruhan Firaun yang berencana membunuhnya. Di sana, ia bertemu dengan dua perempuan yang kesulitan memberi minum ternak dan membantu mereka. Kedua perempuan itu ternyata adalah putra dari Syuaib. Kisah mereka tertulis dalam Surah Al Qashash ayat 23–28.
Setelah ternak selesai diberi minum, salah seorang dari perempuan tadi menghampiri Musa dengan malu-malu. Ternyata, ia menyampaikan pesan dari sang ayah yang mengundang Musa untuk mampir ke rumah mereka sebagai bentuk ucapan terima kasih. “Ketika (Musa) mendatangi ayahnya (Syuaib) dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia (Syuaib) berkata, ‘Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu’.” (Al Qashash: 25)
Selanjutnya, Sang Nabi ditawari untuk bekerja, tetapi Syuaib memintanya untuk menikahi salah satu anak perempuannya dengan suatu syarat. Syarat tersebut dalam Alquran disebut bahwa Syuaib mengizinkan Musa menikahi putrinya jika pemuda itu mau bekerja padanya selama delapan tahun atau digenapkan sepuluh tahun.
Perjalanan Sang Nabi dan Tenggelamnya Firaun di Laut Merah
Melalui kisah Nabi Musa as lengkap ini, kami juga memaparkan secara singkat tentang kembalinya Sang Nabi ke Mesir dan mencoba berdakwah agar penduduk di sana beriman kepada Allah. Walau sebagian penduduk Mesir meyakininya dan bersedia beriman, tidak demikian halnya dengan Firaun dan para pengikut setianya.
Mereka semua telah terlanjur menganggap Firaun sebagai tuhan. Firaun sendiri juga mengklaim segala yang ada di Mesir, termasuk sungai-sungai yang mengalir di sekitarnya adalah miliknya. Ia tak segan menghukum siapa saja yang tak percaya dan meremehkan kekuasaannya.
Hingga suatu malam, Bani Israel bersama Musa pergi untuk meninggalkan Mesir. Hal ini diketahui Firaun, lalu Sang Raja mengumpulkan tentaranya dan mengikuti ke mana Musa beserta para pengikutnya pergi.
Saat melintasi Laut Merah sementara pasukan Firaun telah dekat, konon Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke tanah dan lautan pun terbelah. Ia bersama Bani Israel melintasinya dan berhasil selamat, sementara Firaun dan bala tentaranya tenggelam lantaran air laut kembali seperti semula.
“Dan dia (Firaun) dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami siksa dia (Firaun) dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim.” (Al Qashash: 39–40)
Wafatnya Nabi Musa As
Ingin tahu kisah lengkap mengenai wafatnya Nabi Musa as? Di sejumlah hadis, terdapat riwayat tentang meninggalnya Sang Nabi meski diceritakan secara singkat. Bahwasanya, jelang kematiannya, malaikat maut mendatangi Musa dengan terang-terangan.
Saat ditemui malaikat maut, Sang Nabi malah menampar utusan Allah itu hingga matanya buta. Malaikat maut pun kembali dan mengaku pada Allah Taala, lalu penglihatannya dikembalikan seperti sedia kala.
Allah meminta malaikat maut untuk menyampaikan kepada Musa, bahwa jika ia meletakkan tangannya di atas kulit sapi, ia akan mendapat tambahan satu tahun usia untuk setiap helai rambut yang tertutupi tangannya.
Pesan itu disampaikan dan Musa bertanya, “Apa yang terjadi setelah masa tambahan usiaku berakhir?” Malaikat maut mengatakan, setelah itu Musa tentu akan meninggal dunia. Tak disangka, Musa memilih untuk meninggal saat itu juga, konon di usia 120 tahun.
Suatu hari setelah Nabi Musa as menyelesaikan perjanjian dengan Syuaib, ia mendapat petunjuk dari Allah untuk kembali ke Mesir dan menemui Firaun. Allah mengutus Sang Nabi bersama saudaranya, yang tak lain adalah Nabi Harun as untuk berdakwah di Mesir dan membebaskan Bani Israel dari perbudakan yang dilakukan Firaun.
Awalnya, Sang Nabi khawatir dirinya tidak diterima dan malah berakhir dibunuh. Terlebih, ia masih mengingat kesalahannya di masa lalu hingga dikejar-kejar tentara Firaun. “Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku,” katanya seperti tertera dalam Surah Al Qashash ayat 33.
Seketika itu, Allah berfirman sebagaimana tercantum dalam Surah Al Qashash ayat 34, berbunyi, “Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang.”
Musa dan Harun menghadap Firaun dan menyatakan diri sebagai utusan Allah. Firaun jelas tak terima karena selama ini orang-orang Mesir menganggapnya sebagai tuhan dan menyembah kepadanya. Bahkan saat Musa memperlihatkan mukjizatnya dari sebuah tongkat untuk menunjukkan kebesaran Allah, Firaun hanya tertawa lantaran menilai semua itu hanyalah sihir semata.
Kemudian, pihak Firaun menantang Musa dan Harun untuk bertanding dengan para ahli sihir di Mesir. Di suatu tempat yang ditentukan, para penyihir melemparkan tali-tali tambang dan tongkat-tongkat, lalu mengubahnya menjadi ular.
Sang Nabi tak mungkin menyerah, ia melemparkan tongkatnya yang seketika menjadi ular yang sangat besar. Ular dari tongkatnya itu memakan ular-ular buatan para penyihir. Melihat kejadian tersebut sebagai peristiwa yang tak dapat mereka kalahkan, para penyihir memercayai Musa dan beriman kepada Allah.
Walau sempat menolak kembali ke Mesir untuk menemui Firaun, Musa dikaruniai keberanian oleh Allah sehingga ia bersedia kembali memenuhi takdirnya. Bahkan karena tak digubris oleh Firaun, ia berani menantang Sang Raja untuk adu kekuatan antara mukjizatnya dan sihir para penyihir hebat di Mesir.
Hal tersebut menunjukkan betapa Sang Nabi tidak lantas menyerah begitu saja setelah mendapatkan penolakan dari Firaun dan pengikutnya. Nyatanya setelah berhasil memenangkan tantangan, para penyihir yang semula menolak percaya pada Musa justru menjadi bagian dari umatnya yang beriman kepada Allah.
2. Gemar Membantu yang Lemah dan Membutuhkan
Dalam kisah lengkap Nabi Musa as di atas, ada cerita mengenai dirinya membantu orang yang lemah dan membutuhkan. Pertama, ketika Sang Nabi bertemu dua orang pria yang tengah berkelahi, di mana salah satunya ialah rakyat jelata yang memohon bantuannya untuk membuat seorang yang lain berhenti mengganggunya.
Seseorang yang lain itu rupanya adalah sosok yang zalim. Musa pun memukul orang yang zalim terhadap salah satu rakyat jelata dari Bani Israel tadi hingga pria itu meninggal dunia. Setelahnya, Sang Nabi memohon ampun kepada Allah.
Kedua, yakni sewaktu sampai di Negeri Madyan. Di sana, ia bertemu kerumunan orang di dekat sumber air, tetapi di antara mereka ada dua orang wanita yang kesulitan memberi minum ternak mereka. Musa membantu mereka, bahkan mendapatkan pekerjaan dari ayah dari wanita tadi, yaitu Syuaib.
3. Tekun dalam Menuntut Ilmu
Dikisahkan bahwa Nabi Musa as menuntut ilmu kepada seorang guru yang saleh. Alquran tidak menyebutkan nama dari guru tersebut, tapi menurut para ulama ahli tafsir, guru itu bernama Khidir.
Suatu hari saat bertemu pertama kali, Khidir sempat menolak menjadikan Musa sebagai muridnya karena khawatir pemuda itu tidak sabar jika mengikutinya. Kala itu, Musa bersikeras dan diizinkan dengan syarat tidak menanyakan apa pun selama perjalanan sampai Khidir menjelaskannya sendiri.
Khidir dan Musa naik perahu, lalu tiba-tiba Sang Guru melubangi perahu yang dinaiki. Karena menurut Musa perbuatan itu akan membahayakan penumpang, ia protes, tapi perkataannya tidak dihiraukan oleh Khidir.
Berikutnya, mereka berdua berpapasan dengan seorang anak yang tiba-tiba malah dibunuh oleh Khidir. Terakhir, di sebuah pemukiman sewaktu mereka beristirahat, Khidir melihat tembok rumah yang hampir roboh dan menegakkannya. Musa sempat menyarankan agar gurunya itu meminta upah, tetapi justru tidak dihiraukan.
Begitu keduanya akan berpisah, barulah Khidir menjelaskan alasan di balik setiap perbuatannya tadi kepada Musa. Ia merusak perahu orang-orang miskin supaya tidak dirampas oleh orang kaya yang berniat merampas perahu mereka.
Lalu, ia membunuh seorang anak karena menurutnya bocah itu dapat menjerumuskan kedua orang tuanya dalam kekafiran dan kesesatan. Dan terakhir, alasannya bersedia menegakkan dinding rumah yang hampir roboh karena di dalamnya terdapat harta simpanan dari dua anak yatim yang ayahnya merupakan orang saleh.
Bagaimana? Sudahkan kamu mengambil hikmah dari cerita hidup lengkap Nabi Musa as yang kami rangkum di atas? Ada baiknya, kamu tak hanya membaca kisahnya di sini, tetapi juga menghayati riwayatnya yang tertulis dalam Surah Al Qashash.
Siapa tahu dengan begitu, kamu dapat memetik pelajaran lain terlepas dari keteladanan Musa. Bahkan, kamu akan menemukan riwayat-riwayat nabi dan rasul lainnya dengan membaca Alquran, seperti yang juga kami rangkum kisahnya di artikel mengenai Nabi Yusuf, Sulaiman, Ibrahim, dan masih banyak yang lain.
TIM DALAM ARTIKEL INI
Editor Elsa Dewinta
Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.