Kedua istri Nabi Ibrahim sama-sama melahirkan putra yang menjadi salah satu nabi dan rasul Allah. Siapa mereka? Kisah keduanya kami paparkan dalam cerita Nabi Ibrahim dan istri berikut ini!
Barangkali, kamu pernah mendengar nama istri Nabi Ibrahim, terlebih Siti Hajar yang melahirkan putra bernama Ismail. Namun, sudah tahukah kamu mengenai kisah Nabi Ibrahim as dan istrinya yang bernama Sarah, serta cerita cinta keduanya?
Kalau belum, kami bakal merangkumkan riwayat singkatnya di artikel ini. Melalui artikel ini, kami memaparkan kisah pernikahan Nabi Ibrahim dan dua istrinya, yaitu Sarah dan Hajar yang bisa dibilang penuh dengan ujian dan pengorbanan.
Sudah tak sabar ingin segera menyimak informasi lengkapnya, bukan? Kalau begitu tak perlu membuang-buang waktu lagi, langsung saja baca uraian yang kami rangkum di bawah ini sampai selesai dan jangan lupa petik hikmah yang ada!
Kisah Cinta Nabi Ibrahim dan Siti Sarah
Konon, Siti Sarah ialah perempuan paling cantik setelah Hawa. Kecantikannya bukan hanya tampak pada fisik, tetapi ia juga memiliki akhlak terpuji yang membuat siapa pun di dekatnya terpesona. Untuk itu, kisah cinta Nabi Ibrahim dan istri pertamanya ini memang menarik buat dibahas.
Tak cukup pada kecantikan luar dan dalam, Sarah juga dikenal sebagai wanita terbaik pada zamannya karena kecerdasannya. Lebih dari itu, ia pun amat taat pada suaminya sehingga Nabi Ibrahim sangat menyayanginya. Setelah beberapa tahun menikah, keduanya hijrah ke Mesir lantaran dakwah Sang Nabi di Babilonia tidak diterima.
Suatu hari, kecantikan Sarah yang sudah tersiar ke seantero Mesir didengar pula oleh raja di sana. Sang Raja kemudian mengundang Ibrahim dan Sarah ke istana, dan berniat menjadikan Sarah sebagai salah satu selirnya. Bahkan meski Sarah telah bersuami, raja itu akan memintanya menceraikan suaminya.
Kala menghadap Raja Mesir, Ibrahim meminta Sarah mengaku sebagai saudarinya. Ibrahim juga mengatakan bahwa wanita itu bukanlah istrinya. Sang Nabi tidak sepenuhnya berbohong lantaran Sarah sendiri memang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya, yakni sepupu.
Beruntung, karena doa dan kesabaran mereka, Sarah dibebaskan dan diperbolehkan pulang ke rumah. Malahan, ia mendapatkan hadiah seorang budak bernama Siti Hajar, yang selanjutnya diminta Sarah untuk menikah dengan Nabi Ibrahim karena sang istri belum juga mengandung setelah bertahun-tahun.
“Hai kekasih Allah, sesungguhnya Allah tidak memperkenankan aku melahirkan anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya,” kata Sarah. “Inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”
Baca juga: Kisah Nabi Yusuf As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Semakin Kagum
Ibrahim dan Siti Hajar
Nabi Ibrahim as pun menikahi Siti Hajar sesuai permintaan Sarah. Dari pernikahan tersebut, penantian panjang Nabi Ibrahim akan datangnya seorang anak akhirnya dapat terwujud. Siti Hajar hamil, dan melahirkan bayi laki-laki yang sehat dan rupawan bernama Ismail.
Kehadiran Ismail sontak membawa kebahagiaan ke dalam rumah tangga Ibrahim. Akan tetapi, ternyata kebahagian itu membuat istri pertama Ibrahim, Sarah merasa cemburu kepada Hajar dan putranya. Hingga pada suatu hari, Sarah meminta agar suaminya menjaga jarak dengan Hajar dan Ismail.
Hal ini tentu berat bagi Sang Nabi mengingat putranya masih bayi. Lalu tak lama, ia membawa Hajar dan Ismail pergi dari rumah demi menjaga perasaan Sarah, sekaligus menuruti permintaan Sarah yang tidak ingin tinggal satu atap dengan sang budak dan putranya.
Menurut kisah, Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar pergi membawa Ismail ke sebuah Lembah Bakkah atau yang sekarang dikenal sebagai Kota Mekah. Tempat tersebut sangat kering dan berpasir, hampir tidak ada tanaman atau makanan yang bisa didapatkan.
Di Lembah Bakkah (dekat Baitullah), Nabi Ibrahim meninggalkan Ismail dan istrinya untuk kembali kepada Sarah. Ia pergi dengan berat hati dan memohon kepada Allah supaya Hajar dan Ismail tidak kelaparan, serta senantiasa diberi kecukupan rezeki.
“Ya, Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Surah Ibrahim: 37)
Di sisi lain, Ismail menangis kelaparan dan Siti Hajar kebingungan. Dalam keadaan seperti itu, kaki Ismail yang menghentak-hentak tanah tiba-tiba membuat mata air bersih dan segar terpancar keluar dari sana. Lembah Bakkah juga berubah menjadi tempat yang terbilang subur.
Baca juga: Kisah Mak Lampir Sang Penguasa Gunung Merapi Beserta Ulasan Lengkapnya
Kembalinya Ibrahim kepada Sarah
Ibrahim kembali ke Sarah yang ditinggalkan seorang diri di rumah. Mereka menjalani hidup seperti sebelumnya saat masih berdua. Sampai beberapa tahun kemudian, rumah mereka didatangi tamu misterius yang membawa berita gembira.
Tamu misterius yang datang itu ternyata adalah malaikat yang diutus oleh Allah untuk mengabarkan bahwa Sarah akan diberikan keturunan. “Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Yakub.” (Surah Hud: 71)
Mendengar hal ini, Nabi Ibrahim dan Sarah jelas terkejut. Terlebih, Nabi Ibrahim dan sang istri merasa sama-sama telah terlalu tua untuk bisa memperoleh keturunan. “Dia (istrinya) berkata, ‘Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib’.” (Surah Hud: 72)
Baca juga: Kisah Cincin Nabi Sulaiman yang Ajaib dan Misterius, Kamu Wajib Tahu!
Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim dan Dua Istrinya
Itulah tadi riwayat mengharukan antara kedua istri Nabi Ibrahim as yang terkenal namanya, yakni Sarah dan Hajar. Kedua wanita kesayangan Sang Nabi itu sama-sama melahirkan keturunan yang juga menjadi seorang rasul, yakni Ismail dan Ishaq.
Dari cerita ini, kiranya kita bisa belajar tentang kesabaran dari Sarah yang menjalani penantian panjang memiliki seorang putra meski di usia renta. Sedangkan dari Hajar, kita dapat belajar ikhlas menerima ketetapan Allah dan meyakini bahwa dari sana akan ada kebaikan yang kita peroleh.