
Kalau kerap membaca dongeng 1001 Malam, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan kisah-kisah Abu Nawas yang memiliki banyak versi. Salah satunya adalah kisah Abu Nawas akan Disembelih yang lucu dan menarik tuk kamu simak. Kisah lengkapnya bisa kamu baca di artikel ini.
Jika kamu mencari cerita Abu Nawas terbaik dan yang paling terkenal, tentu jawabannya ada banyak. Nah, salah satu kisah yang menggambarkan kecerdikan seorang pria adalah Abu Nawas akan Disembelih. Kamu mungkin sudah pernah membaca kisahnya, kan?
Kalau belum, secara singkat, kisah ini menceritakan tentang Abu Nawas yang melewati sebuah kampung bernama Badui. Saat tiba di sana, tiba-tiba saja ada sekelompok pria yang menghadanginya. Mereka mengancam akan menyembelih pria bersurban itu.
Namun, berkat kecerdikannya, Abu Nawas bisa membebaskan diri. Lantas, trik seperti apakah yang ia lakukan? Kalau penasaran, tak perlu ke mana-mana lagi, mending langsung saja simak kisahnya di artikel ini. Selamat membaca!
Kisah Abu Nawas Akan Disembelih
Alkisah, pada suatu hari, Abu Nawas yang cerdik sedang menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan di Kota Baghdad. Kemudian, ia memutuskan tuk pulang ketika langit mulai senja dan adzan maghrib sebentar lagi berkumandang.
Agar cepat sampai rumah, untuk pertama kalinya, ia lewat Kampung Badui di sebuah gurun. Di kampung itu, ia bertemu dengan orang-orang yang sedang memasak bubur. Aromanya sangatlah sedap. Orang-orang juga sangat ramai
Saat hendak lewat, tiba-tiba saja ada segerombolan pria menghadanginya. Pria-pria itu menutup kepala Abu Nawas dan membawanya ke salah satu rumah warga. Meski berulang kali minta tolong, tak ada satu pun orang yang menolongnya. Setelah sampai di sebuah rumah, salah satu pria berwajah gali itu membuka penutup kepala Abu Nawas.
“Kenapa kalian menangkapku? Apa salahku? Aku hanya ingin pulang ke rumah dengan cepat. Maka dari itu aku melewati kampung ini,” ujar pria bersurban itu.
“Tentu saja kau tak punya salah apa-apa. Hanya saja, setiap orang yang lewat sini akan kami tangkap. Kami akan menyembelihmu dan menjadikanmu sebagai kaldu untuk bubur-bubur yang kami buat,” ucap salah satu pria.
“Jadi, bubur-bubur yang kalian sajikan itu adalah bubur berbahan daging manusia?” tanya Abu.
“Hahaha, tentu saja. Rasanya tak kalah nikmat dengan daging sapi atau daging unta. Kau mau mencobanya?” ucap salah seorang pria.
“Tapi, kenapa harus daging manusia? Bukankah berdosa membunuh sesama manusia?” tanyanya polos.
“Ini semua salah pemerintah yang tak mengurus kami. Daging sapi dan daging unta sangatlah mahal. Rakyat di kampung kami ini miskin,” jawab pria berwajah gali tersebut.
Akan Disembelih
Lalu, para pria di Kampung Badui mengarak Abu Nawas ke tempat penyembelihan. Dengan cepat Abu Nawas memikirkan cara agar terbebas dari penyembelihan. Karena kecerdikannya, ia pun berhasil menemukan solusi.
“Tunggu dulu, sebelum kalian menyembelihku, lihatlah betapa kurusnya tubuhku ini. Percuma saja, kalian hanya akan memakan tulang. Kalau kalian mau, besok aku akan membawakan kalian temanku yang gemuk yang bisa kalian makan selama 5 hari,” ucapnya meyakinkan.
“Kau pikir kami akan percaya dengan kata-katamu? Kau hanya menipu kami, kan?” bentak salah satu pria.
“Namaku Abu Nawas, aku tinggal di desa ujung Kota Baghdad. Jika aku berbohong, silakan mendatangiku. Kalian tak akan menyesal bila melepaskanku kali ini. Karena aku akan menepati janjiku,” ucap Abu Nawas.
Para pria di Kampung Badui itu lalu berunding sejenak. Mereka lalu memutuskan tuk percaya dengan perkataan tawanan mereka. “Baiklah, kami percaya dengan perkataanmu. Besok, bawakan kami temanmu yang gemuk itu. Maka, kau akan kami bebaskan,” ucap pemimpin kampung itu.
“Baiklah. Besok sebelum maghrib, aku akan membawa temanku kemari,” jawabnya. Mereka lalu saling berjabat tangan sebagai tanda janji. Akhirnya, Abu Nawas pun berhasil membebaskan diri.
Dalam perjalanan pulang, ia lalu memikirkan strategi selanjutnya agar benar-benar terbebas dari warga Kampung Badui. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia berhasil menemukan solusi.
“Aha! Aku mendapatkan ide. Bukankah tadi para pria di Kampung Badui mengatakan kalau baginda Raja tak peduli pada mereka. Mending aku bawa Baginda saja ke sana. Ditambah lagi, Baginda Raja sangat gemuk karena ia jarang bergerak,” ujarnya dalam hati.
“Lagian, hal yang aneh bila Baginda tak mengetahui bila ada orang yang berbuat keji dan tega membunuh serta mengonsumsi sesama manusia karena alasan ekonomi. Baginda harus tahu fakta mencengangkan ini,” imbuhnya.
Menemui Sang Raja
Keesokan harinya, Abu Nawas menemui Baginda Raja. Setelah menundukkan kepala sebagai tanda hormat, ia lalu berkata, “Tuanku, Baginda Raja yang Maha Mulia. Hamba hendak mengajak Baginda ke tempat yang memiliki makanan sangat lezat.”
“Hmm, di manakah itu? Makanan apa yang sangat lezat?” tanya Baginda Raja.
“Di Kampung Badui ada bubur yang sangat nikmat. Baginda akan menyesal bila tak mencicipinya,” jawab pria cerdik itu.
Karena suka makan, Baginda pun langsung menyetujui tuk berkunjung ke Kampung Badui. “Baiklah, aku akan datang ke sana bersama dengan para pengawal. Awas saja jika ternyata makanannya tak enak,” ucap Baginda.
“Tapi, hamba sarankan Baginda tak mengajak para pengawal. Sebab, para rakyat di kampung tersebut tak suka keramaian,” bujuk pria bersorban itu.
“Sebagai gantinya, hamba akan menemani dan melindungi Baginda ke sana,” imbuhnya.
“Baiklah, kalau begitu, ayo kita segera ke sana,” ucap Baginda.
Mereka pun berjalan ke Kampung Badui. Sesampainya di sana, Abu mengajak Baginda ke rumah warga yang kemarin hendak memenggalnya. “Baginda, tunggulah di sini sejenak. Hamba akan menemui penjual bubur itu,” ucapnya.
Kemudian, Abu masuk ke rumah itu dan menemui para pria yang ternyata sudah menunggunya. “Lihatlah, aku menepati janjiku. Kubawakan kalian orang gemuk sesuai janjiku kemarin,” ujarnya.
Para pria di kampung itu tak tahu bila pria yang mereka hadapi adalah Baginda Raja. Dengan cepat, mereka lalu menyekap Baginda Raja. Dalam hati, Abu Nawas berkata, “Jika Baginda pandai, maka ia akan menemukan cara terbebas dari para pria itu. Kalau bodoh, matilah ia disembelih.”
Upaya Baginda Membebaskan Diri
Sebelum para pria melakukan penyembelihan, Baginda pun berkata, “Tubuhku memang gemuk, tapi dagingku sedikit. Tubuhku ini kebanyakan berisi lemak. Tak enak bila dijadikan santapan.”
“Daripada menyatapku, mendingan aku bekerja saja menjadi pembuat peci. Aku bisa membuat peci yang bagus dan harganya mahal. Kalian bisa menjual peci buatanku ke orang-orang di istana. Mereka akan membelinya dengan harga mahal,” imbuh Baginda mencoba mengelabuhi warga Kampung Badui.
Lalu, para kanibal itu pun setuju dengan saran dari Baginda. Mereka lalu mengurung pemimpin istana itu di sebuah penjara. Baginda mulai membuat peci. Agar diselamatkan oleh para pengawal istana, Baginda memberikan sepucuk surat di dalam peci yang ia buat.
Surat tersebut berisi, “Hai Menteriku, tolonglah aku. Aku di Kampung Badui disekap oleh para warga di sini. Berapa pun harga peci ini, tolong belilah. Lalu, selamatkan aku.”
Setelah itu, Baginda menyerahkan peci buatannya ke salah seorang pria. “Jual saja peci ini ke para menteri di istana. Mereka pasti menyukainya,” ucap Baginda.
Di satu sisi, istana sedang gempar karena Baginda Raja tak kunjung kembali. Para pengawal istana telah mencari, tapi tak kunjung bisa menemukan sang Raja. Mereka tak pernah menyangka bila Raja mengunjungi Kampung Badui.
Menjual Peci ke Istana
Keesokan harinya, salah satu pria dari Kampung Badui datang ke istana. Ia menemui salah satu menteri dan menjual peci yang dibawanya.
Karena indah, menteri itu pun tertarik tuk membelinya. “Wah, peci ini nampak sangat mengagumkan dan mewah. Siapa yang membuatnya? Seleranya pasti sangatlah tinggi,” ucap Menteri Kerajaan.
“Tentu saja bagus, aku akan membawanya lagi besok bila kamu mau peci yang lain,” ujar pria itu.
“Baiklah, besok bawakan aku peci yang lain, ya. Aku akan membelikan ayahku. Ngomong-ngomong, dari mana asalmu?” ujar sang Menteri.
“Hamba dari Kampung Badui, Tuan. Kalau begitu, hamba pamit undur diri,” jawab sang penjual peci.
Saat sedang mencoba peci, sang Menteri Kerajaan kaget karena di dalam peci itu terdapat sepucuk surat dari Baginda Raja. Kemudian, Menteri Kerajaan itu meminta para pengawal untuk mendatangi Kampung Badui.
Mereka berhasil menemukan dan menyelamatkan Baginda Raja. Masyarakat Badui tak menyangka bila yang mereka tangkap adalah seorang Raja. Atas perintah Raja, orang-orang di Kampung Badui dibunuh karena perbuatan mereka sangat jahat.
Keesokan harinya, Baginda Raja memerintahkan para pengawal untuk menangkap Abu Nawas. Ia hendak menghukum mati pria yang telah menjebaknya itu.
Abu Nawas ditangkap ketika sedang sholat. Setelah salam, ia langsung dibawa para pengawal untuk menemui Sang Raja. Begitu melihat wajah pria yang telah menjebaknya, wajah sang Raja sangat marah.
Pengakuan Abu Nawas
“Hai kau lelaki picik! Bisa-bisanya kau mempermainkanku. Apa maksudmu menjadikanku sebagai tumbal untuk rakyat di Kampung Badui. Perbuatanmu sangatlah tidak pantas! Kau pantas untuk dihukum mati!” teriak Raja.
Dengan sikap tenang, Abu Nawas pun menundukkan kepalanya dan berkata, “Ya, Tuanku Baginda Raja yang bijak, sebelum Baginda menjatuhkan hukuman mati pada hamba, perkenankan hamba menyampaikan beberapa hal.”
“Baiklah! Cepat katakan! Waktumu tak lama,” jawab Baginda.
“Ya, Tuanku Baginda Raja, sebenarnya alasan hamba menyerahkan Baginda kepada penjual bubur itu untuk menunjukkan kenyataan pahit di negeri yang Baginda pimpin. Sebab, bila tak mengalaminya langsung, bisa saja Paduka tak percaya dengan perkataan hamba. Padahal, semua kejadian yang terjadi di negeri ini adalah tanggung jawab Baginda sebagai seorang pemimpin,” ucapnya bijak.
“Bukankah Raja yang adil dan bijak sebaiknya mengetahui seluruh perbuatan rakyatnya. Untuk itu, hamba mengajak Paduka pergi ke Kampung Badui. Lagipula, hamba sudah bisa menduga bila Baginda adalah pemimpin cerdas sehingga pasti bisa lolos dari jeratan mereka. Demikian Tuanku, jika perkataan hamba ini salah, silakan hukum hamba. Bila hamba tak bersalah, tapi tetap mendapatkan hukuman, hamba tidak akan ikhlas sehingga dosa akan menjadi tanggung jawa Tuanku di akhirat kelak,” imbuh Abu Nawas.
Setelah mendengar ucapan tersebut, hilanglah amarah Baginda Raja. Dalam hati, ia membenarkan seluruh ucapan pria itu. Selama ini, ia merasa belum sepenuhnya memperhatikan rakyatnya. Sehingga, Kampung Badui pun terlantar dan menjadi kanibal.
“Baiklah, akan kuampuni segala perbuatanmu. Tapi, berjanjilah kau tak mengulangi lagi perbuatanmu,” perintah Baginda Raja.
Abu Nawas pun mengganggukkan kepala dan pamit dari istana. Setelah kejadian tersebut, Baginda menjadi pemimpin yang semakin peduli pada rakyatnya. Ia tak ingin ada masyarakat yang terlantar.
Unsur Intrinsik
Usai membaca kisah Abu Nawas akan Disembelih di atas, kamu mungkin butuh ulasan terkait unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut penjabaran singkatnya;
1. Tema
Teman atau inti cerita dari kisah 1001 Malam ini adalah tentang kecerdikan seseorang untuk menyelamatkan dirinya dari bahaya. Dongeng ini juga mengisahkan tentang kelalaian seorang Raja dalam memimpin negerinya sehingga ada rakyat terlantar yang sangat miskin. Saking miskinnya, mereka tak mampu membeli kebutuhan pangan dan akhirnya membuat bubur berbahan daging manusia.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam kisah 1001 Malam ini, yaitu Abu Nawas dan Baginda Raja. Abu Nawas digambarkan sebagai pria yang banyak akal sehingga ia mampu meloloskan diri dari para pria yang hendak memenggalnya.
Baginda Raja juga merupakan pemimpin yang cerdik. Buktinya, ia bisa dengan cepat mencari cara agar para rakyat di Kampung Badui tak memotong kepalanya. Selain itu, ia juga digambarkan sebagai Raja yang kurang adil karena tidak tahu bila ada rakyatnya yang hidup terlantar dan saling membunuh sesamanya.
Selain kedua tokoh tersebut, ada pula karakter pendukung yang turut mewarnai kisah ini. Mereka adalah para pria gali di Kampung Badui dan menteri Kerajaan.
3. Latar
Kisah ini menggunakan beberapa latar tempat. Secara general, kisah Abu Nawas akan Disembelih ini terjadi di Kota Baghdad. Secara spesifik, konflik kisah ini berlangsung di Kampung Badui dan di salah satu rumah warga. Kisah ini juga menggunakan latar tempat di istana kerajaan.
4. Alur
Alur cerita kisah Abu Nawas akan Disembelih ini adalah maju. Cerita bermula dari Abu Nawas yang hendak pulang ke rumah setelah seharian jalan-jalan. Ia hendak melewati Kampung Badui agar lekas sampai rumah.
Namun, ketika melewati kampung itu, ada sekolompok pria yang menyekapnya. Ia dibawa ke sebuah rumah dan kepalanya hendak dipotong. Kemudian, dagingnya akan dijadikan bubur.
Dengan kecerdikannya, Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya terlalu kurus dan dagingnya sedikit. Sebagai ganti dirinya, ia esok akan membawa temannya yang lebih gemuk. Awalnya, para pria itu tak percaya. Namun, pada akhirnya, Abu dapat meyakinkan mereka.
Keesokan harinya, Abu Nawas membawa Baginda Raja ke Kampung Badui. Raja tak tahu bila ternyata dirinya dijadikan tawanan menggantikan Abu Nawas. Lalu, para pria gali di Kampung Badui menyekap Baginda Raja.
Saat hendak disembelih, Raja mengatakan bahwa tubuhnya tak enak. Ia memang gemuk, tapi dagingnya sedikit, karena lemaknya sangat banyak. Lalu, ia menawarkan diri untuk membuat peci yang indah dan dapat dijual ke menteri kerajaan dengan harga mahal.
Lalu, Baginda membuat peci dan menyelipkan surat minta pertolongan ke para menteri kerajaan. Kemudian, surat itu diterima oleh salah satu menteri yang membeli peci itu. Dengan sigap dan cepat, para menteri langsung menyergap Kampung Badui dan menyelamatkan Baginda Raja.
Atas perintah Raja, mereka lalu membunuh rakyat Kampung Badui karena telah bersikap keji. Tak hanya itu, Raja juga hendak memberi hukuman mati pada Abu Nawas. Untuk membela dirinya, Abu dengan tenang mengatakan bila alasan ia membawa Raja ke Kampung Badui adalah untuk menunjukkan betapa bringasnya rakyat di sana.
Ia juga menambahkan bila seorang Raja ada baiknya mengetahui keadaan rakyat-rakyatnya. Mendengar ucapan tersebut, Baginda Raja merasa tertampar. Ia pun melepaskan Abu dan bersikap lebih baik lagi kepada rakyatnya.
5. Pesan Moral
Kira-kira, pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik dari kisah Abu Nawas akan Disembelih ini? Tentu saja ada beberapa amanat. Pertama, dalam kondisi apa pun, membunuh adalah tindakan keji yang tak seharusnya dilakukan.
Pesan berikutnya, jadilah pemimpin yang adil, bijaksana, dan mengabdi pada rakyat. Jangan seperti Baginda Raja dalam kisah ini yang mengabaikan rakyatnya sehingga ada yang terlantar dan hidup miskin.
Tidak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam kisah Abu Nawas akan Disembelih ini. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, contohnya adalah nilai budaya, moral, dan sosial.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel yang mengulik kisah Abu Nawas akan Disembelih ini, kurang lengkap rasanya bila belum membaca fakta menariknya. Langsung saja simak ulasan singkat berikut ini;
1. Ada Versi Lain
Ada beragam versi cerita dari dongeng 1001 Malam berjudul kisah Abu Nawas akan Disembelih ini. Secara garis besar, kisahnya sama, yakni tentang seorang pria cerdik bernama Abu Nawas yang berusaha membebaskan diri dari mara bahaya.
Bedanya terletak di detail cerita. Ada versi yang menceritakan bahwa Abu Nawas tak hanya ditangkap tapi juga dipenjara selama beberapa hari. Ia bahkan sempat diberi makanan bubur yang dagingnya manusia.
Karena tak makan selama beberapa hari, tubuhnya pun semakin kurus. Setelah itu, ia menawarkan temannya yang gemuk untuk menggantikan dirinya. Tentu saja orang gemuk lebih punya banyak daging.
Teman gemuk yang ia maksud ternyata adalah Baginda Raja. Setelah membujuk dan merayu Raja, mereka pun ke Kampung Badui. Lalu, rakyat di sana menyekap dan memasukkan Baginda ke penjara. Beruntung Raja punya trik tersendiri untuk membebaskan dirinya.
Sudah Puas dengan Kisah Abu Nawas Akan Disembelih Ini?
Demikianlah artikel yang mengulik tentang kisah Abu Nawas yang akan Disembelih beserta ulasan singkatnya. Kamu puas dan suka dengan kisahnya? Kalau suka, jangan ragu tuk membagikannya ke teman-temanmu.
Apabila ingin membaca kisah dongeng lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena di Poskata.com. Ada banyak kisah yang bisa kamu baca. Misalnya saja dongeng Melati yang Baik Hati, legenda Hantuen, cerita rakyat Tambun Bungai dari Dayak, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!