Abu Nawas merupakan salah satu tokoh populer dari dongeng 1001 Malam. Meski terkadang konyol, tapi ada juga kisahnya yang memberi banyak pelajaran. Contohnya adalah hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir yang bisa kamu baca berikut ini.
Hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini merupakan bagian dari kisah 1001 Malam yang sudah mendunia. Maka, tak mengherankan jika kisah tersebut sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Dongeng yang menceritakan tentang seorang laki-laki yang kurang bersyukur ini sangatlah menarik dan mengandung nasihat yang baik. Jadi, selain bisa refreshing, kamu juga akan mndapatkan pelajaran berharga tentang kehidupan.
Tak hanya ringkasan hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir saja, kamu pun dapat menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik, pesan moral, hingga fakta-fakta menarik tentang kisah tersebut. Nah daripada kebanyakan basa-basi, langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya!
Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir
Alkisah, hiduplah seorang lelaki yang memiliki sifat kikir. Tak hanya pada keluarganya, tetapi pada dirinya sendiri juga begitu. Ia sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil.
Keluarga tersebut tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar. Namun entah mengapa, lelaki tersebut merasa kalau rumahnya terlalu sempit.
Sebenarnya, ia bisa saja merogoh kocek untuk memperluas rumahnya. Namun karena dasarnya kikir, ia tentu saja tidak mau melakukan hal tersebut.
Berhari-hari, dirinya memikirkan bagaimana caranya untuk merenovasi rumahnya tanpa mengeluarkan uang. Kemudian, ia memiliki ide untuk menemui Abu Nawas.
Di kampung tersebut, Abu Nawas memang dikenal sebagai orang yang cerdik. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta nasihat.
Pergi Menemui Abu Nawas
Pria kikir itu pergi ke rumah Abu Nawas. Sesampainya di sana, ia pun memberi salam, “Salam, hai Abu Nawas, semoga engkau selamat sejahtera.”
“Salam juga untukmu wahai orang asing. Ada apa gerangan engkau mendatangi rumahku yang reot ini?” tanyanya.
Laki-laki tersebut kemudian menceritakan hal yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Ia menginginkan rumah yang luas, tetapi tanpa mengeluarkan banyak biaya.
Ia meminta pada Abu untuk memberinya jalan keluar. Setelah menyimak dengan seksama apa yang dibicarakan oleh lelaki itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejenak.
Katanya, “Apabila engkau menginginkan kediaman yang lebih luas, sekarang belilah sepasang ayam jantan dan betina. Setelah itu, buatkan kandang di dalam rumahmu.”
“Tiga hari lagi, datanglah ke sini. Laporkan bagaimana keadaan rumahmu padaku,” lanjutnya.
Pria tersebut sebenarnya kurang paham mengenai korelasi rumahnya menjadi luas dengan ayam-ayam tersebut. Namun, ia akhirnya membelinya juga.
Sepulang dari rumah Abu, ia pergi ke pasar untuk membeli sepasang ayam. Setelah itu, ayam-ayam itu dibawanya ke rumah dan dibuatkan kandang di dalam.
Menambahkan Sepasang Bebek
Sesuai dengan perjanjian, pria kikir itu datang kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu menjadi tambah luas?”
Dengan sedikit kesal, lelaki tersebut menjawab, “Engkau yakin idemu tersebut memang benar? Bukannya tambah luas, tetapi rumahku menjadi kacau karena ayam-ayam itu. Tak hanya membuat rumah jadi bau, tetapi juga berantakan.”
Mendengar jawaban tersebut, Abu hanya tersenyum. Kemudian berkata, “Kalau begitu, sekarang tambahkan sepasang bebek dan buatkan kandang lagi. Kembalilah dalam tiga hari.”
Si pria kikir kaget mendengar perkataan Abu Nawas. Ia pun merutuk dalam hati karena nanti rumahnya pasti akan terlihat seperti peternakan.
Namun karena tidak berani membantah, ia lalu pergi ke pasar dan membeli sepasang bebek. Tak lupa juga, ia membuatkan kandang untuk peliharaan barunya.
Membeli Seekor Kambing
Tiga hari kemudian, laki-laki kikir tersebut kembali menemui Abu Nawas. Seperti biasa, Abu menanyakan bagaimana keadaan rumahnya.
Lalu begini jawabnya, “Abu Nawas, tolonglah jangan mengerjaiku lagi. Bukannya bertambah luas, rumahku malah semakin sempit. Sekarang juga menjadi mirip pasar unggas dengan bau yang sangat tidak enak.”
“Wah bagus sekali kalau begitu. Sekarang tambahkan seekor kambing dan buatkan kandang juga di dalam rumah. Setelah itu seperti biasa, datanglah ke sini tiga hari lagi.”
Pria kikir tersebut tentu saja merasa jengkel. Katanya, “Apakah engkau sudah gila, Abu? Beberapa hari lalu sudah ayam dan bebek, sekarang masih ditambah kambing? Memangnya tidak ada cara lain?”
“Sudahlah lakukan saja. Engkau tidak boleh membantah,” putus Abu Nawas.
Lelaki itu pun menjadi lesu. Ia sebenarnya tak mau melakukannya, tapi ini perintah Abu Nawas. Lalu, berangkatlah ia ke pasar membeli kambing seperti yang diperintahkan.
Awal Sebuah Penyelesaian
Beberapa hari kemudian, Abu Nawas sudah menyambut si pria kikir di depan rumahnya. Katanya, “Bagaimana? Apakah rumahmu sudah membesar sekarang?”
Dengan perasaan yang campur aduk, lelaki itu menjawab, “Saat ini, rumahku rasanya benar-benar seperti di neraka. Setiap hari istriku tak berhenti mengomel. Anak-anakku juga menangis.”
“Selain itu, ayam, bebek, dan kambing mengeluarkan suara bersahut-sahutan. Rumahku jadi bau, panas, dan sumpek. Jadi sekarang, tolonglah engkau jangan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh,” lanjutnya.
Kali ini, Abu Nawas tak menyuruhnya untuk membeli hewan lagi. Akan tetapi, ia menyuruh lelaki tersebut untuk menjual kambingnya ke pasar.
Sejujurnya, si lelaki kikir tidak mengerti jalan pikiran Abu Nawas. Kemarin, dirinya disuruh untuk membeli kambing, tetapi kenapa sekarang malah dijual? Tak mau terlalu memusingkannya, ia kemudian pergi melakukan apa yang telah diperintahkan.
Rumah Kembali Lega
Esok harinya, pagi-pagi sekali, pria kikir itu ke kembali ke rumah Abu Nawas. Ia berkata kalau rumahnya sekarang sudah jauh lebih baik. Suasananya menjadi sedikit lebih tenang setelah kambingnya dijual.
Setelah itu, Abu Nawas menyuruhnya untuk menjual sepasang bebeknya ke pasar. Lelaki kikir itu keesokan harinya kembali lagi.
Katanya, “Hari ini aku lebih senang. Rumahku tidak terlalu sumpek dan bau setelah bebek-bebek itu pergi. Anak-anakku juga sudah tidak sering menangis lagi.”
Selanjutnya, ia disuruh oleh Abu Nawas untuk menjual ayam-ayamnya. Kemudian, ia datang lagi besoknya.
Abu berkata, “Kulihat-lihat, wajahmu berseri-seri hari ini. Bagaimana? Apakah ada perubahan di rumahmu?”
Sambil tersenyum, pria itu menjawab, “Rumahku sekarang rasanya sanglah lega, Abu. Ayam, bebek, kambing, beserta kandang-kandangnya sudah tidak ada sehingga tidak berisik dan bau.”
“Istriku pun sudah tidak mengomel-ngomel lagi. Dan, anak-anakku juga tidak rewel lagi,” lanjutnya.
Mendengar perkataan si lelaki kikir, Abu kemudian berkata, “Engkau sekarang bisa melihat, kan? Rumahmu terasa lebih luas, padahal tidak menambahkan apa pun.”
Lanjutnya, “Ketahuilah, sebenarnya rumahmu itu sudah cukup luas. Hanya saja, hatimu sempit sehingga tak bisa melihat hal itu. Mulai sekarang, engkau harus banyak-banyak bersyukur. Di luar sana, masih banyak orang yang tidak memiliki rumah sepertimu.”
Akhirnya, pria kikir tersebut memahami dan paham dengan apa yang dilakukan oleh Abu Nawas selama ini. Ia pun merasa sangat malu. Dalam hatinya, ia berterima kasih karena sudah diingatkan akan betapa pentingnya bersyukur.
Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir
Gimana? Seru banget, kan, ringkasan cerita Abu Nawas dan lelaki kikir di atas? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menemukan penjelasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah ini.
1. Tema
Inti cerita atau tema hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini adalah tentang bersyukur. Di kehidupan nyata, kamu bisa jadi sudah sering menjumpai sosok seperti lelaki kikir ini. Atau, kamu mungkin adalah salah satunya?
2. Tokoh dan Perwatakan
Pada hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir ini, hanya ada dua tokoh yang akan dibahas secara lebih detail. Yang pertama tentu saja adalah Abu.
Abu Nawas merupakan sosok yang cerdik dan bijaksana. Ia tidak mau hanya menyuruh dan menasihati orang lewat kata-kata saja, tetapi juga tindakan. Itulah mengapa, ia menyuruh lelaki kikir untuk melakukan hal seperti membeli ayam, bebek, dan kambing.
Selanjutnya, si lelaki kikir. Ia merupakan orang yang kurang bersyukur dan sangat pelit. Meskipun begitu, ia adalah orang yang penurut dan mau berbesar hati mengakui kesalahan.
3. Latar dari Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir
Secara umum, latar tempat dari kisah tersebut adalah di daerah Persia atau Arab. Namun secara spesifiknya, kamu juga bisa menemukan latar tempat terjadinya cerita tersebut, yaitu rumah si lelaki kikir, pasar, dan rumah Abu Nawas.
4. Alur
Sementara itu, alur dari cerita Abu Nawas dan lelaki kikir ini menggunakan alur maju. Di sini, penulis menceritakan peristiwa dari awal munculnya permasalahan hingga selesainya.
5. Pesan Moral
Ada beberapa amanat atau pesan moral yang bisa kamu ambil dari dongeng Abu Nawas dan lelaki kikir ini. Salah satunya adalah harus banyak-banyak bersyukur.
Kamu harus bijak dalam bersikap. Sesekali jangan hanya melihat ke atas saja, tetapi juga ke bawah. Di luar sana, masih banyak sekali orang yang mungkin tidak seberuntung dirimu.
Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai.
Baca juga: Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna
Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir
Setelah menyimak penjelasan unsur ekstrinsik, berikut ini ada fakta menarik tentang hikayat Abu Nawas yang sayang jika dilewatkan.
1. Mengenai Sosok Abu Nawas
Sosok Abu Nas ini memang terkenal sekali. Namun ,pernahkah kamu bertanya-tanya apakah sosoknya nyata atau tidak?
Jawabannya adalah nyata. Dalam bukunya yang berjudul Abu Nawas A Genius of Poetry, Philip Kennedy menyatakan kalau sosok tersebut bernama asli Abu Ali al-Hasan bin al-Hakami yang lahir pada tahun 756 Masehi di Persia.
Ia adalah seorang penyair dan penulis cerita. Kebanyakan kisah-kisah lucu tentangnya merupakan pengalaman hidupnya sendiri.
Sayang sekali, hidupnya berakhir mengenaskan. Ia meninggal setelah dianiaya oleh keluarga bangsawan yang iri padanya.
Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas dan Lelaki Kikir Ini?
Itulah tadi ringkasan cerita, unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari hikayat Abu Nawas dan lelaki kikir. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, ya!
Kalau masih kurang, kamu bisa membaca petualangan Abu Nawas yang lainnya. Contohnya adalah Abu Nawas merayu Tuhan, Abu Nawas dan Botol Ajaib, Abu Nawas dan Keledai, dan lain-lain.
Tak hanya itu saja, kamu pun dapat menyimak legenda nusantara, dongeng Barat, serta kisah para nabi di sini. Pokoknya lengkap banget, deh! Baca terus PosKata, yuk!