
Jika butuh bacaan cerita rakyat atau legenda, tenang saja, negeri tercinta ini punya banyak kisah. Salah satunya adalah cerita rakyat Putri Ular yang berasal dari Sumatera Utara. Kisah lengkapnya bisa kamu baca di artikel ini.
Biasanya, seorang putri dalam sebuah dongeng digambarkan memiliki sikap yang lemah lembut, budiman, dan baik hati. Tapi, tidak dengan sosok putri dalam cerita rakyat Putri Ular.
Meski berwajah cantik, sifatnya sangatlah buruk. Ia dengan mudah mengucapkan kalimat kasar dan menyakitkan untuk merespon hal yang tak disukainya. Karena itu, orang-orang kerap menyebutnya putri latah.
Lantas, apa kaitannya dengan Putri Ular? Penasaran? Bila ingin tahu kelanjutan legenda Putri Ular yang berasal dari Sumatera Utara ini, lanjutkan membaca artikel berikut. Tak hanya kisahnya, di artikel ini juga telah kami rangkum unsur intrinsik dan pesan moralnya!
Cerita Rakyat Putri Ular
Pada zaman dahulu, di Simalungun, Sumatera Utara, berdirilah sebuah kerajaan mewah yang dipimpin oleh seorang Raja yang baik hati dan bijaksana. Ia memiliki seorang putri yang sangat cantik jelita. Kecantikannya pun populer hingga ke segala penjuru negeri.
Sayangnya, ia memiliki sifat yang teramat buruk. Di belakangnya, orang-orang menyebutnya sebagai putri latah. Sebab, jika ada hal yang mengganggunya, ia dengan mudah mengumpat.
Pada suatu pagi, ia meminta seorang dayang untuk membawakannya secangkir teh bunga. Karena lupa menambahkan gula, teh buatan dayang itu terasa kurang nikmat. Kemudian, sang Putri berkata, “Ish, bahkan air di sungai yang kotor lebih enak dari teh buatanmu! Kau tak perlu lagi membuatkanku secangkir teh!’
Tentu saja perkataan tersebut membuat sang dayang menangis sepanjang malam. Pada seorang dayang yang tak begitu cantik, ia pernah berkata “Lebih baik jadi orang buta daripada melihat wajahmu yang jelek itu.”
Mulutnya memang tak secantik wajahnya. Perkataannya tak sehalus kulitnya. Ratu lalu berkata, “Wahai anakku yang cantik, Ibu tadi mendengar kalau kau berkata kasar pada salah satu dayang. Kenapa kau berbuat seperti itu?”
“Memang kenapa, Bu? Wajahnya memang tak cantik. Aku muak melihatnya!” jawab sang Putri.
“Bagaimana jika kau benar-benar buta nanti? Tidakkah kau takut dengan perkataanmu?” jawab sang Ratu memberi peringatan.
Putri tak peduli dengan ucapan ibunya. Dari hari ke hari, makin banyak dayang yang sakit hati dengan perkataan Putri. Ucapan buruk dan kasarnya pun semakin sering ia lontarkan.
Seorang Raja Muda Datang Melamar
Pada suatu hari, datanglah seorang Pangeran muda dan tampan ke istana. Rupanya, ia mendengar tentang kecantikan sang Putri. Tanpa tahu sifat asli perempuan itu, ia nekat melamarnya.
Ia beserta beberapa pengawal istana menemui baginda Raja. “Kedatangan Hamba kemari adalah untuk melamar putri Baginda. Jika Baginda mengizinkan, saya akan menjadikan sang Putri sebagai permaisuri,” ucap Pangeran muda itu.
“Tentu saja aku tak keberatan. Aku yakin putriku akan bersuka cita memiliki calon suami sepertimu. Aku akan segera memberitahunya,” jawab sang Raja antusias.
Kemudian, sang Raja memberi tahu pada anaknya tentang lamaran sang Pangeran. Mereka akan menikah bulan depan. Putri teramat bahagia mendengar lamaran itu. Apalagi, calon suaminya berparas sangat tampan.
Melihat anaknya begitu bahagia, Ratu pun memperingatkan sesuatu, “Anakku, Ibu bukan bermaksud merusak kebahagiaanmu. Ibu hanya ingin kamu mengubah sikapmu. Sebentar lagi kau memiliki suami. Apa jadinya jika ia tahu bila selama ini kamu kerap berucap kasar?”
Sang Putri terdiam. “Tolonglah, Nak. Jaga ucapanmu. Berhentilah menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata tak elok,” pinta sang Ibu.
“Hmm, Ibu, aku rasa Pangeran akan mengerti segala sifat burukku,” jawab sang Putri enggan mengubah sikapnya.
Karena pernikahan akan diselenggarakan sebentar lagi, sang Putri jadi makin rajin merawat tubuhnya. Setiap hari, ia rajin mandi di danau kecil belakang istana. Ia juga mencampur air mandinya dengan bermacam-macam bunga yang harum.
Agar semakin halus, setiap hari ia menggosok kulitnya. Ia tak ingin ada noda sedikit pun di tubuhnya. Tak jarang ia meminta dayang untuk menggosok punggungnya agar tampak bersih.
Ada Seekor Burung
Pada suatu pagi yang lumayan cerah, seperti biasa, sang Putri mandi di danau. Ia dengan semagat menggosok-gosok tubuhnya. Dua hari lagi, upacara pernikahannya akan diselenggarakan dengan sangat mewah.
Tiba-tiba saja, ada seekor burung melintas di atas kepalanya. Karena terkejut, ia langsung melihat ke arah burung. Secepat kilat menyambar, burung itu menyambar wajah sang Putri dan mematuk hidungnya.
Hidung sang Putri terluka cukup parah. Darah berceceran di mana-mana. Ia pun menangis sejadi-jadinya. “Aduh, hidungku! Bagaimana ini,. Dasar burung sialan,” teriaknya sambil menangis dan menahan sakit. Ia lalu berlari ke istana dan menemui ibunya.
“Bagaimana ini, Bu? Hidungku pasti cacat. Padahal pernikahanku tinggal sebentar lagi. Bagaimana kalau aku terlihat jelek? Semua ini gara-gara burun nakal itu!” ucapnya tersedu-sedu.
“Tenanglah anakku, meski hidungmu terluka, wajahmu tetap nampak cantik. Kau tak perlu cemas,” ucap sang Ratu sambil memeluk anaknya.
“Mana mau pangeran itu menikahi wanita dengan hidung yang cacat, Bu! Ia pasti akan membatalkan pernikahannya. Huhuhu,” ucapnya sedih.
“Jangan khawatir putriku, luka kecil ini tak akan menjadi masalah besar. Nanti, ibu akan meminta tabib istana untuk mengobati lukamu,” ucap sang Ratu menghibur.
“Tapi, aku sangat malu, Bu. Luka ini pasti akan membekas dan berwarna hitam. Wajahku tak cantik lagi. Lalu, Pangeran tak lagi mencintaiku,” ucapnya sambil menangis.
Ibunya tak sanggup lagi berkata-kata. Ia hanya terdiam sambil mengelu-elus rambut anaknya. Setelah itu, tiba-tiba sang Putri berkata, “Mungkin lebih enak jadi ular. Kulitnya tebal dan bersisik. Luka sedikit pasti tak akan terlihat.”
Sebelum Ratu sempat menjawab, tiba-tiba langit menjadi gelap dan petir menyambar. Ratu dan Putri pun terkejut dan ketakutan. Tiba-tiba saja, sang Putri berubah wujud.
Berubah Menjadi Ular
Ratu langsung panik, “Astaga! Apa yang terjadi padamu anakku?” Sang Putri telah berubah wujud menjadi seekor ular besar dengan kulit hitam kehijauan. Kulitnya sangatlah kasar dan bersisik, seperti yang diharapkan sang Putri.
Ular itu terus-terusan meneteskan air mata. Sang Ratu tak percaya melihat kenyataan ini. “Apakah kau benar anakku? Tuhan, benarkah ini anakku?” ucap sang Ratu sambil menangis melihat ular itu.
“Anakku, bukankah Ibu sudah berulang kali peringatkan kamu untuk menjaga ucapan? Perkataan adalah doa, Nak. Sekarang lihatlah! Tuhan telah mengabulkan ucapanmu,” ucapnya sambil menangis.
Ular itu tak menjawab. Ia hanya menggelangkan kepalanya sambil mendesis. Air mata juga tak ada hentinya mengalir dari matanya. Raja dan Ratu pun meminta orang pintar untuk mengembalikan wujud asli putri mereka.
Namun, tak ada satu pun orang yang bisa melakukannya. Putri Ular lalu tinggal di sebuah gua di belakang istana. Ia tak ingin menampakkan dirinya karena sangat malu. Dalam hati ia berkata, “Maafkan aku, Ayah dan Ibu. Seandainya aku bisa memutar waktu,” ucapnya bersedih.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita rakyat Putri Ular, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Jika iya, simaklah uraian singkat seputar tema hingga pesan moral legenda Putri Ular berikut;
1. Tema
Inti cerita rakyat Putri Ular dari Simalungun adalah tentang seorang putri yang tak bisa menjaga ucapannya. Lewat kata-kata kasar, ia kerap menyakiti perasaan orang-orang yang ada di sekitarnya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada tiga tokoh utama dalam kisah Putri Ular yang merupakan cerita rakyat dari Sumatera Utara ini. Mereka adalah Raja, Ratu, dan Putri. Dalam kisah ini, sang Raja digambarkan sebagai sosok pemimpin yang arif dan suka menolong.
Sang Ratu adalah sosok ibu yang baik dan bijak. Ia kerap menasehati anaknya agar selalu menjaga ucapan. Saat anaknya tertimpa musibah, ia juga dengan sabar memeluk putrinya.
Sedangkan sifat sang Putri sangatlah buruk. Wajahnya memang rupawan, tapi cara bicaranya sungguh tak sopan. Ia kerap berkata kasar sehingga menyakiti perasaan banyak orang. Karena itulah ia mendapat teguran dari Tuhan.
3. Latar
Legenda Putri Ular menggunakan dua latar tempat, di istana dan danau. Cerita kebanyakan terjadi di istana. Lalu, sesekali sang Putri ke danau untuk mandi. Kejadian buruk yang menimpanya terjadi di danau.
4. Alur Cerita Rakyat Putri Ular
Kisah Putri Ular berawal dari seorang Putri cantik jelita yang suka berkata kasar. Ia kerap menyakiti perasaan para dayang lewat ucapannya yang kasar. Suatu hari, ada seorang Pangeran yang melamarnya. Tentu saja pangeran itu tak tahu sikap asli calon istrinya itu.
Agar tampil mempesona di hari pernikahannya, sang Putri setiap hari pergi ke danau untuk mandi. Tiba-tiba saja ada seekor burung mematuk hidungnya hingga berdarah-darah.
Di pelukan ibunya, sang Putri menangis tersedu-sedu. Ia khawatir wajahnya tak cantik lagi. Seberapa pun usaha sang Ratu menenangkan, tetap saja anaknya menangis tiada henti.
Hingga akhirnya, sang Putri berkata kalau lebih baik ia menjadi ular saja. Alasannya karena ular berkulit tebal sehingga tak mudah terluka. Dan, “Duar!” petir menyambar dengan kerasnya. Ajaib! Sang Putri lalu berubah menjadi seekor ular besar berwarna hitam kehijauan.
Ratu menangis penuh penyesalan. Begitu pun dengan Putri Ular. Ia tak ada hentinya meneteskan air mata. Dari situ saja sudah terlihat bahwa ia sangat menyesali segala sikap buruknya. Namun, nasi sudah jadi bubur. Penyesalan memang selalu datang terakhir.
5. Pesan Moral
Pesan moral apakah yang bisa kamu petik dari cerita rakyat Putri Ular ini? Tentunya ada beberapa amanat. Salah satu pesan utamanya adalah jaga ucapanmu. Bila tidak bisa berkomentar baik, lebih baik diam saja. Sebab, ucapanmu bisa saja menyakiti hati orang lain.
Pesan berikutnya adalah jangan lupa bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan padamu. Jangan seperti sang Putri yang tak bersyukur dan asal bilang ingin jadi ular hanya karena hidungnya dipatuk burung.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita rakyat Putri Ular ini juga dapat ditemukan beberapa unsur ekstrinsiknya. Yakni hal-hal di luar cerita seperti nilai sosial, budaya, dan moral yang melengkapi kisahnya.
Baca juga: Cerita Rakyat Asal-Usul Ikan Pesut Mahakam dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran Bagi Orang Tua
Fakta Menarik
Tak banyak fakta menarik yang bisa diulik dari cerita rakyat ini. Hanya ada satu fakta yang bisa kamu simak ulasan singkatnya berikut;
1. Ada Versi Cerita Lainnya
Legenda Putri Ular memiliki beberapa versi cerita lain. Secara garis besar kisahnya masih sama, yang membedakan adalah akhir ceritanya. Salah satu versi memiliki happy ending.
Setelah sang Putri berubah menjadi ular, ia mengasingkan diri di sebuah gua belakang istana. Para dayang istana dengan setia menemaninya. Meski sempat kesal dengan sikap sang Putri, mereka tetap menyayanginya.
Setiap hari, dalam hati Putri Ular meminta maaf pada Tuhan dan meminta agar hidupnya kembali seperti semula. Ia berjanji tak akan menyakiti perasaan orang lain dengan perkataannya.
Hingga suatu hari, salah satu dayang istana yang berjaga di depan gua mengalami musibah. Ia diserang oleh ular buas yang datang mendekati gua itu. Dengan sigap, Putri Ular keluar gua dan melakukan serangan balik untuk melindungi dayangnya.
Setelah pertempuran sengit antara ular liar dan sang Putri, akhirnya pertandingan pun berakhir. Sang Putri berhasil memenangkan pertarungan. Hanya saja, tubuhnya melemah. Ia terkapar lemas di tanah. Para dayang panik dan menangis. Mereka takut jika sang Putri tak sanggup bertahan hidup.
“Duar!” Petir pun tiba-tiba menyambar dan sang Putri kembali ke wujud aslinya. Ia lalu kembali ke istana dengan jiwa yang baru. Sedikit pun ia tak pernah berucap kasar yang menyakitkan.
Perluas Wawasan dengan Membaca Cerita Rakyat Putri Ular
Demikianlah artikel yang membahas tentang cerita rakyat Putri Ular beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Kamu sudah cukup puas dengan kisah yang kami sampaikan?
Semoga cerita rakyat dari Sumatera Utara ini dapat memperluas wawasanmu, ya. Kalau kamu suka dengan kisah Putri Ular, bagikan kepada teman-teman atau saudaramu, yuk!
Teruntuk yang butuh cerita lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena pada situs Poskata.com. Ada banyak cerita rakyat Nusantara, seperti legenda Malin Kundang, Keong Mas, Aji Saka, dan masih banyak lagi.