Sumatera Utara tak hanya memiliki legenda Danau Toba, melainkan juga cerita rakyat Lau Kawar yang sarat akan pesan bermakna. Jika belum familier dengan legenda itu, kamu bisa menyimaknya dalam artikel ini. Yuk!
Cerita rakyat Lau Kawar barangkali tidak sepopuler legenda Danau Toba. Namun, kisah Danau Lau Kawar sebenarnya tidak kalah bagus dan bisa kamu bagikan ke orang-orang terdekat.
Nah, jika belum familier dengan kisahnya, kamu bisa menyimak ulasan lengkap tentang Lau Kawar dalam artikel ini. Selain cerita, ada juga pembahasan mengenai unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik yang tak boleh kamu lewatkan.
Bagaimana? Sudah tak sabar ingin mengetahui cerita rakyat Lau Kawar lebih jauh? Tanpa banyak basa-basi lagi, mari simak informasi lengkapnya dalam pembahasan berikut!
Cerita Rakyat Lau Kawar
Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah desa di daerah Karo bernama Kawar. Desa Kawar dikenal dengan tanahnya yang subur. Maka dari itu, bukan sebuah kebetulan jika sebagian besar penduduk di desa itu menjadikan bercocok tanam sebagai mata pencaharian sehari-hari.
Kawasan pertanian diolah dengan cara tradisional dan mengandalkan alam. Meskipun begitu, tanahnya yang subur membuat hasil pertanian selalu melimpah ruah. Biasanya, sisa-sisa hasil panen akan disimpan ke lumbung-lumbung desa dan kemudian dibagikan ketika musim paceklik tiba.
Pada suatu hari setelah musim panen, para penduduk Desa Kawar diliputi dengan kebahagiaan karena hasil pertanian mereka meningkat dua kali lipat. Bahkan, lumbung-lumbung desa yang biasanya cukup untuk menyimpan hasil panen ternyata sampai tidak muat.
Sebagai ucapan rasa syukur, penduduk Desa Kawar kemudian menyelenggarakan upacara adat. Pelaksaan acara adat itu dihadiri oleh banyak orang dan terlihat meriah. Para penduduk mengenakan pakaian terbaik mereka dan kaum perempuan menghidangkan beragam masakan enak.
Ditinggal di Rumah Seorang Diri
Upacara adat itu semakin dimeriahkan dengan pagelaran musik khas masyarakat Karo, yakni Gendang Guro-Guro Aron. Dikisahkan dalam cerita rakyat Lau Kawar, semua penduduk desa yang menghadiri acara itu pun menari dan menikmati masakan dengan suka cita.
Namun, ternyata kebahagiaan yang sama tak dirasakan oleh seorang nenek yang tinggal di Desa Kawar. Ia tidak bisa menghadiri pesta karena kakinya lumpuh. Wanita tua ini ditinggal di rumah sendirian oleh anak, menantu, beserta cucunya yang pergi ke upacara adat desa itu.
Sang nenek hanya bisa membayangkan bagaimana kemeriahan upacara adat desa. Ia meratapi nasibnya yang tidak bisa pergi kemana-mana selain hanya rebahan di atas kasurnya. Ia juga merasa sendirian karena tak ada yang anggota keluarganya yang peduli untuk menemaninya.
Di bangunan tempat upacara adat desa dilaksanakan, para penduduk dengan senang hati menyantap masakan yang telak dimasak oleh kaum perempuan. Beragam olahan daging ayam, kambing, lembu, dan babi mereka nikmati sambil bertukar lelucon.
Kemeriahan suasana itu membuat anak, menantu, dan cucu sang Nenek lupa akan kondisi wanita tua itu di rumah. Mereka sibuk menyantap makanan dan berbincang dengan para tetangga yang hadir dalam acara tersebut.
Kelalaian Sang Anak dan Menantu, Ketidakjujuran Sang Cucu
Selanjutnya dalam cerita rakyat Lau Kawar, sang nenek dikisahkan mulai lapar dan mencari-cari makanan. Ia mengira anak ataupun menantunya telah menyiapkan makanan sebelum mereka pergi meninggalkan rumah. Namun, ternyata harapan sang Nenek hanya berakhir sia-sia karena ia tak menemukan makanan apa pun.
Saat sang Anak tengah membereskan makanannya di acara adat desa, ia baru teringat dengan kondisi ibunya di rumah. Laki-laki ini kemudian membungkus kelebihan makanan dan menyuruh anaknya untuk mengantarkan bungkusan makanan itu ke neneknya di rumah.
Anak itu pun menuruti perintah ayahnya. Ia membawa bungkusan makanan itu dengan hati-hati. Sayangnya, di tengah-tengah perjalanan, anak itu merasa lapar dan akhirnya membuka bungkusan makanan yang ia bawa.
Di dalam bungkusan itu, terdapat masakan daging panggang yang menggiurkan. Anak itu pun menyantap bungkusan makanan itu dengan lahap dan hanya menyisakan tulang-tulang. Ia lalu melanjutkan perjalanan ke rumah dan memberikan bungkusan itu kepada neneknya.
Setelah cucunya pergi, sang Nenek membuka bungkusan makanan kiriman anaknya dengan suka cita. Namun, yang ia temukan hanyalah tulang belulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya. Wanita tua ini merasa sedih dan kecewa karena anaknya menganggap dirinya seperti binatang yang hanya diberi sisa makanan.
Terbentuknya Danau Lau Kawar
Dengan wajah yang berlinang air mata, sang Nenek kemudian berdoa kepada Tuhan supaya mengutuk anak dan menantunya itu. Wanita tua ini tidak tahu jika cucunyalah yang telah menyantap makanan titipan orangtuanya untuk sang Nenek.
Namun, nasi telah menjadi bubur. Setelah sang Nenek melontarkan kutukannya untuk anak dan menantunya, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat. Langit yang tadinya cerah berubah menjadi mendung gelap dan kemudian turun hujan dengan lebatnya.
Para penduduk desa yang masih berada di acara adat yang semula bersuka cita tiba-tiba menjadi panik. Para anak kecil menjerit penuh isak tangis, sementara orang-orang dewasa berusaha mencari tempat untuk berlindung diri.
Air hujan yang tak kunjung mereda itu lama-lama menenggelamkan rumah-rumah di Desa Kawar. Desa yang sebelumnya damai dan sejahtera itu berubah menjadi danau. Tak satupun penduduk desa yang berhasil menyelamatkan diri.
Danau itu kemudian dikenal sebagai Lau Kawar yang artinya adalah danau air tawar. Begitulah akhir dari cerita rakyat terbentuknya Danau Lau Kawar yang berasal dari Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Baca juga: Kisah Pangeran Indera Bangsawan yang Bijak dan Pandai Bertarung Beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Cerita Lau Kawar
Kamu sudah mengetahui tentang kisah lengkap terbentuknya Lau Kawar. Nah, informasi menarik tentang unsur-unsur intrinsik yang berkaitan dengan cerita rakyat tersebut sepertinya tak boleh kamu lewatkan. Simak uraiannya dalam penjelasan berikut:
1. Tema
Inti cerita dari legenda Lau Kawar adalah kesalahpahaman. Bila saja sang Cucu berkata jujur pada neneknya, barangkali wanita tua itu tidak akan salah paham dan mengutuk anak beserta menantunya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita rakyat Lau Kawar adalah sang Nenek, Anak, Menantu, dan Cucu. Sang Nenek digambarkan sebagai wanita tua yang lumpuh, tidak bisa mandiri, dan mudah salah sangka.
Sementara itu, sang Anak adalah laki-laki yang sebenarnya peduli dengan orangtuanya dan sosok yang bertanggung jawab. Namun, ia juga digambarkan sebagai seseorang yang pelupa. Sang Menantu sendiri adalah seorang wanita yang patuh pada suami.
Karakter sang Cucu dalam legenda di atas digambarkan sebagai anak kecil yang patuh kepada orangtuanya. Sayangnya, ia tidak berkata jujur kepada neneknya yang akhirnya berujung pada kutukan bencana alam tersebut.
3. Latar
Latar atau tempat kejadian yang disebutkan dalam kisah pembentukan Lau Kawar adalah rumah sang Nenek dan tempat di mana upacara adat desa dilaksanakan.
4. Alur
Berdasarkan cerita rakyat Lau Kawar di atas, dapat disimpulkan bahwa alur kisahnya termasuk dalam alur maju atau progresif. Legenda diawali dengan pengenalan Desa Kawar yang memiliki tanah yang subur dan hasil panen melimpah.
Selanjutnya, dongeng dari Kabupaten Karo itu menceritakan tentang seorang Nenek yang tidak bisa menghadiri upacara adat desa. Konflik terjadi ketika sang Nenek menjumpai bungkusan makanan kiriman anaknya berisikan tulang-belulang.
Kemarahan dan kekecewaan yang dirasakan sang Nenek membuat kutukan bencana alam menerpa Desa Kawar. Akhir cerita menjelaskan bahwa desa yang mulainya terkenal makmur itu berubah menjadi danau air tawar.
5. Pesan Moral
Setidaknya ada beberapa pesan moral yang dapat diambil dari legenda terbentuknya Danau Lau Kawar. Pertama, untuk selalu berkata jujur walaupun kebenaran itu bisa menyakitkan orang lain.
Kedua, jangan mudah berprasangka buruk kepada orang lain. Carilah kebenaran informasinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Kesalahpahaman bisa saja merusak silaturahmi yang telah kamu jalin selama bertahun-tahun.
Terakhir, bila kamu merawat orang sakit, lakukan dengan sepenuh hati. Jangan sampai kamu lalai karena hal itu bisa saja berisiko dan akan memperparah keadaan. Dalam kisah di atas, kekecewaan sang Nenek tidak akan berujung pada kutukan jika saja dari awal sang Anak dan Menantu telah menyiapkan makanan untuk wanita tua itu.
Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan sampai kamu lupakan unsur ekstrinsik dalam kisah tersebut. Salah satu unsur ekstrinsik yang bisa kamu temukan adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, misalnya saja nilai moral, sosial, dan budaya.
Baca juga: Kisah Asal Mula Kota Banjarmasin dan Ulasannya, Bukti Ketulusan akan Mengalahkan Kebatilan
Fakta Menarik
Setelah mengetahui cerita rakyat Lau Kawar beserta unsur intrinsiknya, kini kamu perlu mengetahui beberapa fakta menariknya. Berikut ini adalah ulasannya:
1. Pembentukan Secara Ilmiah
Danau Lau Kawar memiliki luas sekitar 200 hektare dan termasuk dalam kawasan ekosistem Leuser, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi danau ini berada di kaki arah barat laut Gunung Sinabung.
Secara ilmiah, Lau Kawar terbentuk akibat dari runtuhan lereng bagian barat laut Gunung Sinabung yang memiliki bentuk setengah lingkaran. Di tengah lingkaran kemudian terbentuk cekungan karena proses erosi bertahun-tahun yang lama-kelamaan terisi air hingga menjadi danau. Kedalaman Danau Lau Kawar diperkirakan 40–50 meter.
2. Dijadikan sebagai Kawasan Berkemah
Pemandangan indah yang tersaji di sekitar Danau Lau Kawar menjadikan daratan di pinggiran danau sering menjadi tempat berkumpul para turis. Selain itu, lokasinya yang dekat dengan Gunung Sinabung membuat tempat ini menjadi kawasan berkemah bagi para pendaki.
Kemah-kemah yang didirikan di pinggiran danau menjadi tempat beristirahat para pendaki yang hendak melakukan pendakian Gunung Sinabung. Namun, jika status Gunung Sinabung tidak stabil dan mengeluarkan awan panas, maka kawasan berkemah yang biasanya ramai akan menjadi sepi.
3. Memiliki Beragam Versi
Cerita rakyat terbentuknya Danau Lau Kawar sebenarnya memiliki beragam versi. Selain terjadi karena kutukan sang Nenek yang merasa dihina oleh anak dan menantunya, ada juga yang berpendapat bahwa danau itu terbentuk karena tangisan seorang ibu akibat melihat dua anaknya terus berkelahi.
Menurut versi tersebut, dua anak yang bertengkar masing-masing memiliki nama Sinabung dan Sibayak. Sinabung dan Sibayak sendiri merupakan nama dua gunung di Sumatera Utara yang sering menjadi destinasi bagi para pendaki gunung.
Baca juga: Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Menariknya
Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Lau Kawar di Atas?
Begitulah kira-kira ringkasan legenda Danau Lau Kawar beserta unsur-unsur intrinsiknya yang dapat kami rangkum. Kamu bisa membagikan kisah dari Sumatera Utara di atas kepada si kecil ataupun keponakan untuk semakin meramaikan suasana kumpul keluarga.
Selain artikel ini, masih banyak artikel menarik yang berisikan cerita-cerita bagus lainnya di PosKata. Beberapa di antaranya adalah asal mula Nagari Minangkabau, legenda Lok Si Naga, kisah Pulau Kemaro. Selamat membaca!