Cerita rakyat umumnya memiliki pesan moral positif sehingga cocok kamu ceritakan pada buah hati, anak-anak, atau saudaramu. Jika ingin mengajarkan si kecil agar tak bersikap sombong, bacakanlah cerita rakyat asal mula Cikaputrian yang ada di artikel ini.
Di Indonesia, ada banyak cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun dan tak tahu sejak kapan munculnya kisah-kisah itu. Kisah-kisahnya pun menarik dan umumnya sarat akan pesan moral. Salah satu cerita rakyat yang layak kamu simak adalah legenda asal mula Cikaputrian.
Kalau berasal dari Banten dan sekitarnya, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan cerita legenda ini. Kalau lupa atau belum tahu, ringkasan cerita asal usul Cikaputrian adalah tentang seorang putri yang cantik, tapi tamak.
Sikapnya tak sebaik dan tak seanggun wajahnya. Lalu, ada satu peristiwa yang membuatnya menyadari kesalahannya. Namun, semua itu telah terlambat. Peristiwa apakah itu? Kalau ingin tahu kisah selanjutnya, mending kamu lanjuktan baca cerita rakyat tentang asal mula Cikaputrian berikut ini. Kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang memimpin kawasan Banten. Ia memiliki seorang putri yang wajahnya teramat menawan. Kulitnya putih dan mulus.
Akan tetapi, kecantikannya itu tak tergambarkan dari perilaku dan hatinya. Ia adalah putri raja yang manja dan segala keinginannya harus terpenuhi. Tak hanya itu saja, ia juga kerap membentak dayang-dayang istana yang melakukan kesalahan, meskipun itu hanyalah kesalahan sederhana.
Keburukannya tak berhenti sampai situ saja. Sang Putri juga merupakan perempuan pemalas. Kesehariannya ia habiskan untuk merias wajah dan memandangi cermin. Kebiasaannya adalah memuji kecantikannya sendiri.
“Kamu sangatlah cantik. Lihat wajahmu, mulus dan bersih. Tak ada satu pun orang yang mampu menandingi kecantikanmu,” ucapnya pada diri sendiri sembari memandangi cermin.
Selain suka memuji diri sendiri dan merasa dirinya paling sempurna, sang Putri juga kerap menyombongkan dirinya dan menghina orang lain. Suatu hari, ia pernah bertemu dengan seorang gadis desa saat berjalan-jalan ke pasar untuk membeli hiasan rambut.
Kebetulan, gadis itu hendak membeli jepit yang sama dengan sang Putri. Lalu, perempuan sombong itu berkata, “Kau hendak membeli jepit ini juga? Mana kau pantas memakainya? Jepit ini hanya cocok untuk wanita cantik sepertiku. Gadis desa sepertimu tentu tak pantas memakainya.”
Mendengar ucapan itu, tentu saja membuat sang gadis menangis tersedu. Ia tak menyangka bila ada anak raja yang punya peringai sekejam itu.
Baca juga: Kisah Dongeng Gajah dan Semut & Ulasannya, Bukti Kesombongan Tak Ada Gunanya
Meminta Sebuah Puri
Pada suatu hari, sang Putri memiliki keinginan yang sangat berlebihan. Ia meminta kepada ayahnya sebuah puri megah yang terletak di kaki gunung.
“Ayah, aku ingin Ayah memberiku sebuah puri megah yang terletak di kaki gunung. Puri itu juga harus memiliki taman yang indah dan sebuah danau yang airnya jernih,” rengek sang Putri.
“Untuk apa Putriku yang cantik? Bukankah kau sudah memiliki puri nan megah di istana ini? Apakah belum cukup?” ucap sang Raja.
“Di istana ini pemandangannya kurang indah, Ayah. Aku ingin puri yang sejuk dan memiliki pemandangan indah,” ucapnya memaksa.
Awalnya, sang Raja menolak untuk memberikan puri kepada anaknya. Namun, sang Putri selalu memaksa dan mengancam tak akan makan dan minum bila keinginannya tak terkalbukan.
Pada akhirnya, mau tak mau, ia mengabulkan keinginan putrinya. Ia meminta ajudannya untuk segera membentul pasukan khusus agar segera membangun puri di kaki gunung.
“Tuan, apa tidak apa-apa mengabulkan keinginan Putri? Ampuni hamba, Tuan, tapi tampaknya mengabulkan permintaan tuan putri bukanlah hal yang tepat,” ucap ajudan Raja.
“Hanya ini yang aku bisa lakukan untuk membahagiakan putriku. Aku tak ingin dia kecewa. Ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Aku sangat memaklumi sifat keras kepalanya,” ucap sang raja yang merasa kasihan kepada putrinya. Sejak lahir, sang Putri belum pernah merasakan kasih sayang ibu. Sebab, sang Ratu telah meninggal sesaat setelah melahirkannya.
Tinggal di Sebuah Puri Indah
Setelah keinginannya memiliki puri terwujud, ia langsung pindah ke sana. Sang Raja memerintahkan beberapa pengawal dan dayang istana untuk menjaganya. Sang Putri merasa sangat puas dan bahagia.
“Akhirnya aku bisa menguasai puri yang indah. Apalagi ada danau indah nan jernih yang bisa kugunakan untuk mandi,” ucapnya puas.
Ia merasa ingin menguasai danau itu sendirian. Tak ada satu orang pun yang boleh memasuki danau itu. Bahkan, para dayang pun tak mendapatkan izin untuk memasuki danau.
“Aku peringatkan kepada kalian, tanpa seizinku, kalian tak boleh memasuki danau ini! Aku tak ingin kalian mencemari keindahannya. Kalau ada yang berani-beraninya masuk ke sini, aku tak segan-segan mengusir kalian. Mengerti?” ucap sang Putri mengancam para dayang dan pengawal.
“Baik, Tuan Putri, kami tak akan memasuki danau itu. Kami berjanji,” ucap salah satu dayang mewakili teman-temannya.
Setiap hari, sang Putri mandi di danau itu. Saking jernihnya, ia bisa bercermin di air danau itu. “Hmm, kecantikanku bahkan terpantul ke air ini. Luar biasa sekali,” ucapnya memuji diri sendiri.
Datang Seorang Nenek
Pada suatu pagi, ketika sang Putri sedang asyik mandi, tiba-tiba ada seorang nenek datang menghampiri danau. Tentu saja sang Putri merasa sangat terkejut. Ia terperanjat mendapati seorang nenek tua berpakaian compang camping memasuki kawasannya.
Tak diam saja, sang Putri segera beranjak dari danau dan mendatangi Nenek tua itu. Dengan kedua tangan di pinggangnya, ia berteriak pada sang Nenek tua, “Hei perempuan tua, siapa kau? Berani-beraninya datang kemari!”
Tentu saja Nenek itu merasa terkejut dengan teriakan sang Putri. Ia hanya bisa terdiam dan menatap heran pada sang Putri.
“Kenapa diam saja? Kau tak mendengar pertanyaanku? Kenapa kau datang kemari? Hah?” tanyanya dengan suara lantang. Sungguh tak sopan ucapannya kepada orang tua.
Nenek itu masih terdiam. Ia hanya memandangi sang Putri dengan tatapan melas dan keheranan. Meski begitu, perempuan tamak itu tampak tak memedulikan raut wajah Nenek yang melas.
“Dasar perempuan tua! Kau sudah tuli, ya? Atau kau bisu? Sampai-sampai kau tak menjawab pertanyaanku?” ucap sang Putri sambil melotot ke arah perempuan tua itu.
“Atau jangan-jangan, kau tuli, bisu, dan buta? Hingga kau tak tahu kalau danau ini hanya milikku seorang. Tak ada satu pun yang boleh memasukinya kecuali aku! Apalagi kau hanya perempuan tua dekil. Bisa-bisa kau mengotori danauku ini! Pergi sana!” imbuh sang Putri.
Meski mendengar segala umpatan sang Putri, Nenek itu masih terdiam. Bibirnya tampak bergetar. Tangannya mengepal. Seperti orang yang sedang menahan amarah.
Karena Nenek tua tak kunjug bicara, akhirnya sang Putri semakin naik pitam. Ia menghardik Nenek itu dengan kalimat yang teramat kasar.
“Dasar kau perempuan dekil dan bau! Kau sudah gila, ya? Tak pantas kau menginjakkan kaki di sini! Cepat kau angkat kaki dari sini! Air danauku yang jernih ini akan kotor terkena tubuhmu itu!” ucapnya.
Sang Nenek Angkat Suara
Karena sudah tak sabar, akhirnya sang Nenek angkat bicara, “Betapa sombongnya kau perempuan muda. Kau kira kau ini siapa? Pemilik semesta ini?”
“Apa katamu? Lancang sekali mulutmu. Kau tak tahu siapa aku ini?” sang Putri langsung menyela. “Kau tak tahu sekarang sedang berhadapan dengan siapa?” imbuhnya.
“Tentu saja aku mengenalmu! Siapa orang di desa ini yang tak tahu Putri sombong sepertimu! Tingkah lakumu sungguh tak menggambarkan seorang anak raja. Padahal, ayahmu adalah orang yang sangat budiman dan suka menolong. Kenapa anaknya bisa bersikap begitu keji?” ucap sang Nenek murka.
“Apa pedulimu? Kalau tahu aku ini anak raja, kau harusnya sadar diri. Tak boleh kau bertindak semaumu di hadapanku! Sekarang, angkat kakimu dari sini! Atau kau mau kupanggilkan pengawalku?” ucap sang Putri.
“Sebelum aku angkat kaki, ketahuilah satu hal. Gara-gara kau membuat danau di sini, warga desa sekitar kaki gunung kesulitan mendapat air. Harusnya, air ini mengalir ke warga-warga sekitar. Tapi kau malah membendungnya dan menjadikannya sebagai danau. Sungguh tamak dan egois sekali dirimu. Tanpa memandang orang lain, kau malah asik dengan kesenanganmu sendiri. Apa kau layak disebut putri raja?” ucapnya.
“Apa peduliku? Salahkan mereka yang hidup miskin!” ucap perempuan itu dengan kasar.
Sang Nenek Memberi Kutukan
Setelah mendengar segala umpatan dan hinaan dari sang Putri, wanita tua itu mulai tak tahan lagi. Ia lalu mengucapkan kata-kata yang akan membuat sang Putri tersadar.
“Engkau memang putri Raja, tapi ingatlah, tak seharusnya kau mengumbar umpatan. Di mata Tuhan, engkau tetaplah manusia biasa. Ucapan kasar itu tak seharusnya muncul dari mulut manusia. Mulutmu seperti mengandung bisa mematikan. Hanya ular hitam saja yang memiliki mulut seperti itu,” ucap sang Nenek mengumpat.
Tak selang lama setelah sang Nenek mengucapkan kalimat tersebut, tiba-tiba langit berubah menjadi mendung. Awan gelap menutupi seluruh cahaya matahari.
Kemudian, muncul cahaya menyilaukan mata dari langit. Petir juga tiba-tiba datang menggelegar menghantam tubuh sang Putri. Seketika, tubuh sang Putri terpental dan berubah wujud.
Ternyata, Nenek tua itu bukanlah orang biasa. Ia mengutuk sang Putri menjadi seekor ular hitam berbisa.
“Ini adalah buah dari kesombonganmu! Karena kesombonganmu, tak seharusnya kau menjadi manusia. Kau lebih pantas menjadi seekor ular berbisa. Maka, selamanya kau akan menjadi ular,” ucap sang Nenek.
Sang Putri yang telah menjelma menjadi ular hitamu itu nampak sangat sedih. Air matanya tak berhenti bercucuran. Ia merasa menyesal telah menjadi orang sombong. Ia terus-terusan minta maaf, tapi yang terdengar hanyalah suara desisan ular.
Karena tak bisa kembali ke wujud aslinya, ular hitam berbisa itu pun sembunyi di dalam danau yang kerap ia gunakan mandi. Kabar terkutuknya sang Putri pun telah tersebar luas. Sang Raja hanya bisa menangisi anaknya. Para warga lalu menyebut danau tempat persembunyian ular hitam sebagai Cikaputrian yang artinya danau tempat sang Putri mandi.
Baca juga: Gajah yang Baik Hati, Cerita Penuh Pesan Moral untuk Anak-Anak Beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik
Cerita rakyat asal mula telaga Cikaputrian ini cukup menarik dan sarat akan makna, bukan? Sekarang, saatnya kamu menyimak unsur intrinsik dari cerita ini. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut uraian singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari salah satu legenda yang menjelaskan tentang keberadaan suatu tempat di Banten ini adalah tentang kesombongan seorang putri. Akibat sikapnya, ia pun terkutuk menjadi seekor ular hitam.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam cerita rakyat asal mula Cikaputrian, yaitu sang Putri dan Nenek. Tokoh antagonisnya tentu sudah jelas, yaitu sang Putri.
Ia memiliki sifat yang sombong, kejam, egois, manja, dan tak punya hati nurani. Bahkan, ia dengan berani membentak seorang nenek-nenek. Tentu saja hal itu tak pantas untuk ia lakukan.
Sementara sang Nenek adalah tokoh protagonis dari kisah ini. Ia adalah sosok misterius yang mampu mengutuk putri sombong menjadi seekor ular hitam.
Ada pun tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita ini adalah sang Raja, ajudannya, dan beberapa dayang istana. Sang Raja memiliki sifat yang penyayang anak, tapi sedikit berlebihan. Sebab, ia menuruti segala keinginan anaknya. Sementara sang ajudan dan beberapa dayang tak terlalu banyak disebutkan dalam cerita.
3. Latar
Cerita rakyat dari Banten ini menggunakan beberapa latar tempat. Awal cerita berlatar di istana kerajaan. Kemudian, cerita ini menggunakan latar tempat puri megah di kaki gunung.
4. Alur Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian
Cerita rakyat asal mula Cikaputrian ini memiliki alur maju. Cerita bermula dari seorang putri yang manja dan sombong meminta puri megah di kaki gunung kepada ayahnya. Ia juga minta danau di sekitar puri.
Meski sempat menolak sang ayah kemudian menuruti keinginan anaknya. Dengan sikapnya yang sombong, ia menggunakan puri dan segala fasilitasnya dengan semena-mena. Ia bahkan melarang orang lain memasuki danaunya.
Hingga suatu hari, ada nenek-nenek yang menghampiri danau. Kemudian, sang Putri marah-marah dan mengumpat kepada Nenek itu. Setelah adu mulut, sang Nenek lalu mengutuk tuan Putri menjadi seekor ular hitam.
Meski minta maaf, sang Putri terlambat untuk menyesalinya. Ia malu dengan kondisinya dan memutuskan untuk bersembunyi di dasar danau. Para warga lalu mengenal danau itu dengan nama Cikaputrian yang artinya danau tempat putri mandi.
5. Pesan Moral
Pesan moral apakah yang bisa kamu petik dari cerita rakyat asal mula Cikaputrian? Tentu ada beberapa, salah satunya adalah janganlah menjadi perempuan manja dan angkuh. Jadilah wanita mandiri dan tak merepotkan orang lain.
Pokoknya, dari segala sikap sang Putri ada baiknya tak kamu tiru. Niscaya, orang yang berbuat buruk akan mendapatkan ganjarannya. Bersikap baik dan sopanlah kepada sesama ciptaan Tuhan.
Tak hanya unsur intrinsik, cerita rakyat asal mula Cikaputrian juga mempunyai unsur ekstrinsik. Sebut saja seperti kepercayaan masyarakat setempat dan budaya yang berkembang di tengah-tengahnya.
Baca juga: Kisah Asal Usul Kota Malang Beserta Ulasan Menariknya yang Wajib Kamu Tahu!
Fakta Menarik
Cerita rakyat dari Banten ini memiliki beberapa fakta menarik. Penasaran? Berikut ulasan singkatnya;
1. Keberadaan Danau Cikaputrian Menjadi Misteri
Meski mengangkat cerita dari asal mula sebuah tempat, cerita rakyat Cikaputrian ini tak diketahui secara pasti keberadaannya. Banyak yang mengatakan bila danau ini telah tertimbun tanah. Ada pula yang menyebutkan bila danau ini menghilang secara misterius.
2. Memiliki Versi Cerita Lain
Cerita rakyat memang kebanyakan memiliki beberapa versi. Tak terkecuali cerita rakyat asal mula Cikaputrian. Secara garis besar mungkin kisahnya masih sama, yakni tentang putri sombong yang dikutuk menjadi seekor ular hitam.
Namun, ada satu cerita yang menyebutkan bahwa bukan nenek-neneklah yang mengutuk sang Putri. Kutukan itu datang begitu saja. Banyak yang mempercayai kalau kutukan itu datang dari Dewa.
Bacakan Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian Pada Anak-Anak
Inilah akhir dari cerita rakyat asal mula Cikaputrian dari Banten beserta unsur intrinsik dan fakta menariknya. Kamu suka dengan kisahnya? Karena mengandung pesan moral, ada baiknya bila kamu membagikan kisahnya dengan anak-anak.
Buat yang butuh kisah lainnya, langsung saja kepoin situs Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada dongeng asal mula Telaga Warna, legenda Kali Gajah Wong, cerita Batu Rantai, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!