Pernahkah kamu mendengar cerita legenda Putri Hijau yang berasal dari Sumatra? Kalau belum, langsung simak artikel berikut ini dan dapatkan juga ulasan menariknya!
Putri Hijau merupakan salah satu tokoh terkenal dalam cerita legenda yang berasal dari Deli, Medan. Kisahnya cukup dipercaya keasliannya karena ada banyak bukti yang ditemukan.
Selain itu, ceritanya sendiri memiliki pesan moral yang cukup baik dan bermakna mendalam. Sehingga cocok sekali diceritakan kepada keponakan, adik, atau buah hati tercinta.
Sudah nggak sabar ingin membaca ceritanya? Langsung saja simak artikel berikut! Kamu juga bisa mendapatkan ulasan menarik seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya lho!
Cerita Legenda Putri Hijau
Pada zaman dahulu kala, di daerah Medan, Deli terdapat sebuah kerajaan bernama Istana Gasip yang lokasinya berbatasan dengan Teluk Aru dan Sungai Rokan. Tak jauh dari kerajaan tersebut, terdapat Kerajaan Aceh yang tengah jaya-jayanya. Untuk menghindari pertikaian yang tak diinginkan, Kerajaan Gasip pindah ke sebuah daerah di tepi pantai Selat Malaka yang dikenal dengan nama Deli Tua.
Kerajaan tersebut diperintah oleh raja yang dikenal dengan nama Sultan Sulaiman. Ia memiliki tiga orang anak, yaitu Mambang Jazid, Mambang Khayali, dan Putri Hijau.
Masing-masing dari ketiga anak tersebut memiliki kesaktian yang berbeda. Mambang Jazid bisa mengubah dirinya menjadi seekor naga, Mambang Khayali bisa berubah menjadi meriam, sementara Putri Hijau bisa mengeluarkan cahaya hijau yang indah ketika malam bulan purnama tiba. Selain mengeluarkan cahaya hijau dari tubuhnya, Putri Hijau juga memiliki kelebihan lain, yaitu wajah yang sangat cantik dan sifat bersahaja.
Pesona Putri Hijau
Pada suatu malam bulan purnama, Putri Hijau berjalan-jalan di sekitar taman Istana Deli Tua, Medan. Dan seperti biasanya, tubuhnya memancarkan cahaya hijau yang indah dan bisa terlihat dari kerajaan tetangga, yaitu Aceh.
Cahaya indah tersebut membuat Sultan Mukhayat Syah, sang raja dari Kerajaan Aceh, terpesona. Ia langsung mengutus para pengawalnya untuk mencari tahu asal dari cahaya hijau tersebut. Setelah beberapa saat, mereka memberitahukan kalau cahaya tersebut berasal dari putri Sultan Deli yang cantik jelita.
Mendengar jawaban tersebut, Sultan Aceh berkeinginan untuk menikahi sang putri. Melalui para pengawalnya, ia mengirimkan beberapa perhiasan untuk menunjukkan keinginannya melamar Putri Hijau. Namun, lamaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh sang putri.
Hal tersebut tentu saja membuat sang sultan marah. Ia merasa sang putri sudah menghinanya dan menantangya berperang. Tanpa menunggu waktu lama, Sultan Mukhayat Syah langsung mengirimkan ratusan prajurit untuk menghancurkan Deli Tua.
Peperangan Dimulai
Peperangan antara Kerajaan Aceh dan Deli Tua pun tak dapat dihindari. Namun, ratusan prajurit yang dikirimkan dari Aceh itu rupanya justru harus menelan pil kekalahan. Tak hanya pasukan Deli lebih kuat, tapi benteng pertahanannya juga tak bisa dilewati sama sekali.
Sultan Mukhayat Syah pun mencari cara untuk bisa mengalahkan Kerajaan Deli Tua. Setelah dipikirkan matang-matang, ia menemukan sebuah strategi licik. Yaitu, dengan cara menembakkan meriam berpeluru koin emas.
Ketika meriam tersebut ditembakkan ke Kerajaan Deli Tua, para prajurit pelindung jadi sibuk memunguti koin-koin yang berserakan. Saat itu, bala tentara Sultan Mukhayat Syah langsung menyerang dan berhasil menaklukkan prajurit Deli Tua.
Mambang Khayali tidak terima dengan kekalahan kerajaannya. Ia pun langsung mengubah dirinya menjadi meriam dan menembakkan peluru secara berturut-turut ke arah musuh. Namun, karena ia menembakkan pelurunya terlalu gencar dan lama, meriam jelmaan Mambang Khayali menjadi sangat panas.
Tak lama kemudian, meriam tersebut terbelah menjadi dua dan terlempar jauh. Bagian ujungnya terbuang jauh hingga ke perbatasan Aceh, sementara pangkalnya tetap tertinggal di Deli Tua. Karena keadaan sudah kacau balau, Kerajaan Deli Tua akhirnya mengakui kekalahannya. Tak hanya itu, Putri Hijau pun ditawan oleh Sultan Mukhayat Syah.
Baca juga: Simak Kisah Hikayat Bunga Kemuning dan Ulasan Menariknya di Sini!
Putri Hijau Ditawan
Sebelum dibawa ke Kerajaan Aceh, Mambang Jazid meminta pada sang sultan untuk memasukkan Putri Hijau ke dalam sebuah peti kaca. Kemudian ia juga memberikan persyaratan agar Sultan Aceh tak menyentuh sang putri sebelum tiba di Kerajaan Aceh. Sang sultan pun menyetujui permintaan itu.
Di sisi lain, ia meminta adiknya untuk menyiapkan kemenyan, segenggam beras, dan sebutir telur ayam. Ia memerintahkan sang adik untuk membakar kemenyan kemudian menaburkan beras dan telur di Tanjung Jambu Air. Tak lupa, sang putri juga harus menyebutkan nama Mambang Jazid sebanyak tiga kali.
Setelah menyebutkan pesan terakhir yang disetujui oleh Putri Hijau dan Sultan Mukhayat Syah itu, Mambang Jazid menghilang.
Menuju Kerajaan Aceh
Tak lama kemudian, Sultan Mukhayat Syah bersama pasukannya berlayar di Sungai Deli. Tak lupa Putri Hijau dimasukkan ke dalam sebuah kotak kaca. Kemudian ketika mereka tiba di Tanjung Jambu Air, sang putri keluar dari peti kaca kemudian melakukan perintah abangnya. Setelah menabur beras dan telur, sang putri menyebut nama kakak sulungnya sebanyak tiga kali.
“Mambang Jazid! Mambang Jazid! Mambang Jazid! Datanglah abangku!” ucap sang putri. Mendadak, air sungai yang awalnya tenang langsung bergemuruh. Langit siang hari yang awalnya terang menjadi gelap dan petir saling menyambar bersautan seolah akan turun badai. Saat itu terjadi, Putri Hijau kembali masuk ke dalam peti kaca.
Tak lama kemudian, muncullah seekor naga dari dalam sungai. Naga tersebut rupanya merupakan jelmaan dari Mambang Jazid. Sang naga kemudian mengamuk dan menghantamkan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam. Meski demikian, Sultan Mukhayat Syah masih bisa diselamatkan.
Dalam keadaan kacau itu, peti kaca yang berisi Putri Hijau terlempar dari kapal dan terapung-apung di permukaan sungai. Sang naga jelmaan Mambang Jazid kemudian mengangkat peti tersebut dan membawanya pergi jauh hingga ke Selat Malaka. Gerakan yang sangat cepat tersebut membuat Sultan Aceh tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa termenung dan mengenang Putri Hijau yang hampir saja menjadi istrinya.
Baca juga: Kisah Asli Putri Duyung Versi Hans Christian Andersen Beserta Ulasan Menariknya
Unsur Intrinsik Cerita Legenda Putri Hijau
Setelah menyimak cerita legenda Putri Hijau, kamu juga bisa mendapatkan ulasan mengenai unsur-unsur intrinsik kisahnya. Berikut ini uraiannya:
1. Tema
Tema dalam kisah Putri Hijau ini adalah tentang perjuangan. Di mulai dari perjuangan Sultan Mukhayat Syah dalam untuk menjadikan Putri Hijau sebagai pujaan hatinya, kemudian perjuangan Mambang Khayali untuk mempertahankan istananya, hingga perjuangan Mambang Jazid untuk menyelamatkan adik perempuannya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam kisah ini, ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan ceritanya. Di antaranya adalah Putri Hijau, Sultan Mukhayat Syah, Mambang Khayali, dan Mambang Jazid.
Seperti yang sudah disebutkan dalam kisahnya, Putri Hijau memiliki watak yang bersahaja. Selain disebutkan, watak tersebut juga terlihat dari sikap sang putri yang tak tergesa-gesa menerima pinangan Sultan Mukhayat Syah.
Di sisi lain, Sultan Mukhayat Syah berwatak keras kepala, mudah emosi, dan licik. Hal tersebut dapat terlihat dari upayanya untuk menjadikan Putri Hijau sebagai istrinya. Ketika ditolak, ia langsung menyerang kerajaan tempat sang putri berdiam. Kemudian saat jelas-jelas kalah, ia berlaku curang demi bisa mengalahkan Kerajaan Deli Tua.
Mambang Khayali dan Mambang Jazid memiliki watak ingin melindungi dan menjaga. Tak hanya untuk negeri tercinta, tapi juga kepada adik bungsu mereka.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam kisah ini. Di antaranya adalah Istana Gasip yang berbatasan dengan Teluk Aru dan Sungai Rokan, Kerajaan Deli Tua di tepi pantai Selat Malaka, dan taman istana tempat sang putri berjalan-jalan. Kemudian ada juga Kerajaan Aceh dan Tanjung Jambu Air tempat kapal Sultan Mukhayat Syah dihancurkan oleh naga jelmaan Mambang Jazid.
Selain latar lokasi, ada beberapa latar waktu yang disebutkan dalam ceritanya. Yaitu pagi hari, siang hari, dan malam hari ketika bulan purnama.
4. Alur
Kisah putri yang bisa mengeluarkan cahaya berwarna hijau dari tubuhnya ini memiliki alur cerita maju atau progresif. Ceritanya bermula dari Sultan Mukhayat Syah yang melihat cahaya hijau indah dari kejauhan kemudian membuatnya jatuh cinta pada Putri Hijau. Ia pun kemudian berniat menikahi sang putri, tapi ditolak.
Konflik mulai terjadi ketika sang sultan marah dan menyerang Kerajaan Deli Tua. Dengan kelicikannya, ia berhasil menang dan menangkap Putri Hijau. Pada akhirnya sang putri berasal diselamatkan oleh kakak sulungnya, Mambang Jazid.
5. Pesan Moral
Setidaknya ada beberapa pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita legenda Putri Hijau ini. Yang pertama adalah jangan terlalu mudah atau cepat dalam mengambil keputusan. Hal tersebut bisa merugikan diri sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Sultah Aceh yang langsung marah ketika ditolak. Ia beranggapan kalau Kerajaan Deli telah mengajaknya berperang dan mengutus ratusan prajurit untuk menyerang kerajaan tersebut. Namun, pada akhirnya justru pasukannya sendiri yang kalah.
Selain itu, ketika kamu mengalami kegagalan, jangan putus asa. Lakukan usaha sebaik mungkin untuk mendapatkan kesuksesan atau sesuatu yang kamu inginkan. Sama seperti ketika Sultan Aceh dikalahkan oleh pasukan Kerajaaan Deli. Ia pun berusaha mencari cara untuk bisa mengalahkan Kerajaan Deli. Meskipun cara yang ia lakukan itu termasuk licik dan tidak benar, tapi setidaknya ia tidak langsung menyerah begitu saja.
Selain intrinsik, dari cerita legenda Putri Hijau ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Seperti nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang sesuai dengan lingkungan sekitar.
Baca juga: Cerita Sang Kancil dan Cicak Badung yang Suka Mencuri Beserta Ulasan Lengkapnya
Fakta Menarik tentang Cerita Legenda Putri Hijau
Selain cerita dan unsur intrinsiknya, dalam artikel ini kamu juga bisa mendapatkan fakta menarik di balik legenda Putri Hijau. Berikut ini ulasannya:
1. Makam Putri Hijau
Jika berdasarkan cerita legenda di atas, Putri Hijau diceritakan akhirnya dilarikan ke dalam laut oleh kakak sulungnya. Meskipun begitu, rupanya di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, terdapat komplek pemakaman yang diberi nama Makam Putroe Ijoe.
Di dalam kompleks tersebut, ada beberapa nisan berukuran unik yang tertata rapi. Salah satunya merupakan nisan dari seorang putri bernama Putri Hijau, istri dari Raja Umar S. Abdul Jalil Johor dan ibunda dari Radja Hasjim. Apakah putri tersebut sama seperti yang disebutkan dalam legenda?
Beberapa warga sekitar, termasuk Dr. Husaini Ibrahim, dosen Ilmu Sejarah di FKIP Unsyiah, mempercayai bahwa putri yang dimakamkan tersebut merupakan Putri Hijau yang diceritakan dalam sejarah. Meskipun ia tak menepis bahwa cerita legenda Putri Hijau itu memiliki banyak versi yang berbeda, termasuk dari Bengkulu atau Tanah Karo.
2. Meriam Puntung di Kabupaten Karo
Salah satu hal yang membuat para warga sekitar percaya pada cerita legenda Putri Hijau ini adalah keberadaan meriam puntung yang terdapat di Desa Suka Nalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Kabarnya, meriam tersebut merupakan perwujudan Mambang Khayali yang terpisah.
Berdasarkan penuturan seorang juru kunci, pecahan meriam tersebut merupakan bagian dari meriam di halaman Istana Maimun, yang dipercaya sebagai Kerajaan Deli Tua dalam cerita legenda Putri Hijau. Bagian moncongnya yang terbang ternyata terbawa hingga ke Desa Sukanalu.
Kini, tempat penyimpanan meriam puntung tersebut menjadi sebuah tempat wisata. Para pengunjung yang datang biasanya diminta untuk mengangkat meriam tersebut. Konon katanya, hanya orang berhati tulus saja yang bisa mengangkatnya.
Baca juga: Cerita tentang Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha yang Dijamin Bikin Siapa Saja Terharu
Sudah Puas Membaca Cerita Legenda Putri Hijau di Artikel Ini?
Demikianlah ringkasan cerita legenda Putri Hijau yang bisa kamu baca. Kamu bisa juga menceritakan kisahnya sebagai dongeng pengantar tidur untuk adik, keponakan, sepupu, atau buah hati tersayang. Sesudahnya, kamu bisa mengajarkan pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya.
Sudah puas membacanya, belum? Kalau belum, langsung saja cek cerita-cerita lainnya di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisah Ande-Ande Lumut, asal usul Telaga Warna, juga dongeng Pangeran Kodok. Selamat membaca!