Sedang mencari dongeng tentang kancil yang mengandung pesan moral? Jika iya, cerita dongeng Kancil dan Merak yang sombong bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan. Belum pernah membaca kisahnya? Langsung saja baca artikel ini untuk mengetahui kisahnya.
Kancil merupakan salah satu hewan yang kerap menjadi tokoh dalam dongeng kanak-kanak. Biasanya, hewan tersebut bersanding dengan binatang lainnya, seperti kura-kura, buaya, atau kerbau. Cerita yang mungkin jarang terdengar adalah dongeng Kancil dan Burung Merak. Apakah kamu sudah pernah mendengar kisahnya?
Singkatnya, dongeng ini mengisahkan tentang seekor burung merak bernama Meri yang memiliki bulu teramat indah dan memukau. Ia kerap menyombongkan keindahan bulunya sehingga membuat binatang lainnya merasa kesal. Lalu, datanglah seekor kancil bernama Kakan yang akan menyadarkan sifat buruk burung tersebut.
Bagaimanakah cara Kakan memberi pelajaran pada Meri? Penasaran? Mending langsung saja baca artikel yang mengulik cerita dongeng Kancil dan Merak beserta ulasan mengenai unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya ini! Selamat membaca!
Cerita Dongeng Kancil dan Merak yang Sombong
Di sebuah hutan yang rimba, hiduplah seekor burung merak bernama Meri. Ia memiliki bulu yang sangat lebat dan indah. Siapa pun akan terpesona melihat keindahan bulunya itu. Karena terlalu sering mendapat pujian, Meri menjadi binatang yang teramat sombong.
Pada suatu pagi yang cerah, Meri berjalan mengelilingi hutan untuk mencari buah pepaya yang matang. Ketika bertemu dengan binatang lainnya, ia selalu menyombongkan ekornya.
Kemudian, ia bertemu burung Merpati yang sedang memakan biji bunga. Burung itu menyapa Meri yang berjalan di depannya, “Hai, Meri. Kau sedang mencari apa?”.
“Aku sedang mencari buah pepaya matang. Dari tadi aku tak menemukannya. Padahal aku sudah sangat kelaparan,” ucap Meri.
“Sepertinya kamu akan kesusahan mencari pepaya matang. Kalau pun ada, tampaknya jauh dari hutan ini. Bagaimana kalau kamu memakan biji bunga ini dulu untuk mengganjal perutmu?” tanya Merpati baik-baik.
Sayangnya, niat baik burung itu mendapat penolakan dari Meri. Dengan angkuhnya, ia berkata “Mana mungkin aku memakan biji bunga itu. Nanti buluku yang indah dan lebat ini bisa rontok. Bulu ini tak sebanding dengan bulumu yang hanya berwarna putih itu.”
Setelah berkata demikian, seekor merak angkuh ini meninggalkan Merpati. Hati Merpati bersedih mendengarkan perkataan Meri yang teramat menyakiti hatinya. Ia tak menyangka ada binatang sejahat itu.
Lalu, ada seekor kancil bernama Kakan datang menghampiri Merpati yang sedang menangis. “Kenapa kau menangis, Mer? Apakah kamu sakit?” tanya Kakan.
“Tidak, Kan. Apakah buluku terlihat sangat jelek?” tanya Merpati.
“Tentu tidak. Kamu memiliki bulu yang putih dan halus bak kapas. Kamu tampak memukau. Sebenarnya, apa yang terjadi?” tanya Kakan.
Lalu, Merpati menceritakan semua kejadian yang menimpanya tadi. Ia mengatakan kalau Meri telah melukai hatinya. Mendengar cerita Merpati, Kakan merasa kesal dan ingin memberi pelajaran pada Meri. Lalu, Kakan berjalan menyusul Meri.
Baca juga: Kisah Legenda Putri Pandan Berduri dan Pangeran Jenang Perkasa Beserta Ulasannya
Bertemu dengan Kerbau
Usai menyakiti perasaan Merpati, Meri melanjutkan perjalanannya mencari buah pepaya. Ia lalu bertemu dengan seekor kerbau betina yang sedang mandi lumpur. Kerbau bernama Kebi itu menyapa Meri, “Halo, Meri. Ke mana kau akan pergi? Wajahmu tampak lelah dan kurang semangat,”
“Bagaimana aku tak lelah. Sedari tadi aku berjalan untuk mencari buah pepaya yang matang. Tapi, di hutan ini tampaknya tak ada satu pun buah yang masak,” jawab Meri.
“Tampaknya di ujung sana ada kura-kura bernama Kori yang memiliki ladang pepaya. Kau ke sana saja. Barangkali ia punya pepaya yang matang,” ucap Kebi pada Meri.
“Benarkah? Baiklah aku akan mengunjungi Kori. Tapi, tempatnya sangat jauh, ya?” tanya burung yang sombong itu.
“Iya, Kori tinggal sangat jauh dari sini. Bagaimana kalau kamu beristirahat dan mandi dulu bersamaku, Mer? Setidaknya, tubuhmu bisa segar kembali dan kamu makin bersemangat melanjutkan perjalanan,” ucap Kebi memberikan tawaran.
“Aku mandi di air yang penuh lumpur dan menjijikkan ini? Apa kau sudah gila? Nanti buluku bisa kotor dan bau. Sudahlah, aku langsung menuju tempat Kori saja,” ucap burung yang sombong.
Lagi-lagi, ia menyakiti hati binatang lain. Kebi lalu mentas dan membersihkan tubuhnya. Saat itu, datanglah Kakan yang bertanya padanya, “Kebi, apakah kau melihat Meri?”.
“Tentu saja, dia baru saja lewat sini. Ia sedang berjalan menuju tempat tinggal Kori. Ada apa kau mencarinya? Oya, Kan, apakah aku tampak menjijikkan karena setiap haru aku bermandikan air lumpur?” tanya Kebi.
“Hmm, aku ada urusan dengan burung yang sombong itu. Kau tak menjijikkan, Kebi. Justru kau tampak manis karena tubuhmu yang berwarna coklat itu. Kenapa kau menanyakan itu?” tanya si kancil.
“Tadi, aku mengajak Meri untuk mandi bersamaku. Tapi, ia menolakku dan berkata kalau tubuhku bau dan menjijikan. Sungguh, hatiku sangat sedih mendengarnya. Belum ada satu pun yang pernah berkata sejahat itu padaku,” jawab Kebi dengan raut wajah kecewa.
Bertemu dengan Kura-Kura
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Meri sampai juga di tempat Kori. Ia melihat kura-kura itu sedang menikmati pepaya yang matang dan nampak lezat. Tanpa basa-basi, Meri langsung menghampiri kura-kura dan meminta pepaya padanya.
“Kori, apakah kau punya pepaya matang lagi? Aku lapar dan aku menginginkannya,” tanya Meri.
“Oh, hai Meri! Aku tak punya pepaya matang lainnya. Hanya ini yang aku punya. Itu pun setengahnya sudah hampir membusuk. Kalau kamu mau, marilah makan buah ini bersama-sama,” jawab Kori memberi penawaran.
Sebenarnya, Meri tak ingin makan bersama Kori. Ia tak bisa berbagi makan dengan binatang lain. Baginya, hal itu sangatlah menjijikkan. Namun, karena lapar, ia terpaksa makan bersama Kori.
“Baiklah, Kori. Aku akan makan bersamamu,” jawab Meri sembari memakan pepaya ini. Ia lalu menyingkirkan bagian yang hampir membusuk ke dekat Kori. Meri tak ingin pepaya busuk itu mengenai bulunya yang indah.
“Bagaimana, Meri, buah ini rasanya sangatlah manis, bukan? Kalau pepaya yang lain sudah masak, datanglah kemari. Aku kan memberimu beberapa buah,” ucap Kori yang baik hati.
Lalu, tanpa sengaja Kori menginjak bagian buah yang hampir membusuk. Wajar saja, bagian itu sangat dekat dengan kaki Kori. Sialnya, buah pepaya yang hampir busuk tersebut memuncratkan air sangat banyak dan mengenai bulu Meri.
Meri berteriak histeris, “Aaaa tidak! Kau telah mengotori buluku yang sangat indah ini, Kori! Kau sangat tega kepadaku!”.
“Maafkan aku, Mer. Sungguh aku tak sengaja melakukannya. Akan kubantu membersihkan bulumu,” ucap Kori merasa bersalah.
“Tak usah! Tanganmu akan membuat buluku semakin kotor. Sudahlah! Aku akan membasuh buluku dengan air sungai,” bentak Meri.
Ternyata, sedari tadi Kakan telah sampai di tempat Kori. Ia bersembunyi di balik semak-semak dan memamntau pergerakan Meri. Ia tampak kesal ketika Meri membentak Kori yang baik hati itu.
Memberi Pelajaran
Lalu, Kakan mendapatkan ide untuk memberi pelajaran pada Meri. Ia mengambil batang pohon yang berada di dekatnya. Batang itu ia balurkan pada getah pohon yang lengket. Setelah itu, ia meletakkan batang itu di tengah jalan menuju sungai.
Saat berjalan menuju sungai, Meri hanya fokus pada ekornya yang terkena pepaya busuk. Ia terus-terusan menggerutu karena bulunya tampak kotor. Tanpa sengaja, ia menginjak jebakan yang telah Kakan siapkan.
“Astaga! Kenapa ada batang pohon bergetah di sini!” teriak Kori. Ia berusaha melepaskan kakinya dari kayu itu, tapi tak kunjung berhasil. Kayu itu lalu menempel pada ekor Meri.
Ia teriak minta tolong, “Tolong! Tolong aku! Kaki dan ekorku terjebak, tolong!”.
Sebenarnya, Kakan menyaksikannya sedari tadi, tapi ia diam saja. Saat Meri sudah lemah, barulah Kakan mendekatinya. Dengan sisa kekuatannya, Meri meminta tolong pada kancil.
“Kan, tolong bantu aku. Lepaskan kayu ini dari ekor dan kakiku,” ucap Meri.
“Hmm, tampaknya, jika kayu ini dicabut akan membuat bulumu tampak tak cantik lagi. Apakah tak masalah?” tanya Kakan.
“Tak mengapa, Kakan. Cabut saja batang pohon ini dari tubuhku,” ucap Meri.
“Tentu mencabutnya bukanlah hal mudah, Mer. Aku akan membantumu. Tapi, ada syaratnya. Kamu harus meminta maaf pada Kori, Kebi, dan Merpati. Kau telah menyakiti perasaan mereka melalui sikapmu yang sombong,” ucap Kakan.
“Baiklah, Kan. Aku akan meminta maaf pada mereka. Aku menyesal telah menjadi burung yang sombong. Peristiwa ini adalah balasan dari perbuatanku,” ucap Meri menyesali sikapnya.
Kancil lalu membantu Meri mencabut batang pohon yang menempel pada kaki dan ekornya itu. Kini, bulu Meri tak seindah dulu. Ada beberapa bulu yang tercabut dan masih menempel di batang pohon.
Setelah itu, ia datang menghampiri Mori, Kebi, dan Merpati. Ia berjanji tak akan menjadi binatang yang sombong lagi. Sejak saat itu, mereka pun hidup rukun dan berbahagia.
Baca juga: Kisah Asal Mula Burung Ruai dan Ulasannya, Cerita Mengharukan dari Putri Bungsu Kerajaan
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita Kancil dan Merak ini, mungkin kamu juga penasaran dengan unsur intrinsiknya, seperti tema, tokoh, atau pesan moralnya. Berikut adalah ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita Kancil dan Merak adalah tentang kesombongan yang berujung petaka. Tokoh antagonis dalam kisah ini adalah seekor merak bernama Meri. Karenanya, seekor kancil berusaha memberi pelajaran padanya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam cerita ini, yakni kancil bernama Kakan dan merak bernama Meri. Kakan adalah tokoh protagonis yang cerdas. Ia berhasil memberi pelajaran pada tokoh antagonis yang sikapnya sangatlah sombong, yaitu Meri.
Selain mereka berdua, ada pula beberapa tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita ini. Mereka adalah Merpati, Kebi (kerbau), dan Kori (kura). Para hewan tersebut menjadi korban dari kesombongan Meri.
3. Latar
Latar tempat dari dongeng ini adalah sebuah hutan yang rimba. Lebih tepatnya berada di tempat Kebi mandi, rumah Kori, dan terakhir adalah sungai tempat Meri akan membasuh bulunya. Sementara itu, cerita ini menggunakan latar waktu pagi dan siang hari.
4. Alur Cerita Kancil dan Merak yang Sombong
Kebanyakan cerita dongeng memang memiliki alur maju. Begitu pula dengan cerita Kancil dan Merak ini. Cerita berawal dari seekor merak yang kelaparan. Ia lalu berkeliling hutan untuk mencari makanan kesukaannya, yaitu pepaya yang sudah matang.
Dalam perjalanannya mencari buah, ia bertemu dengan tiga binatang, yakni Merpati, Kobi, dan Kori. Sikap angkuh Meri telah membuat tiga binatang itu sakit hati. Mengetahui teman-teman baiknya sakit hati, kancil bernama Kakan tak diam saja.
Ia lalu mengatur strategi untuk memberi pelajaran pada Meri. Saat burung merak sibuk membersihkan bulunya, Kakan meletakkan batang pohon bergetah di tengah jalan. Tanpa sengaja, Meri menginjak batang itu dan mengenai ekornya.
Kancil hendak menolongnya, tapi ada syarat yang harus Meri penuhi, yaitu meminta maaf pada ketiga temannya yang sakit hati. Sejak saat itu, Meri tak lagi menyombongkan keindahan bulunya.
5. Pesan Moral
Bisakah kamu menebak pesan moral yang terkandung dalam cerita Kancil dan Merak ini? Tentu bukan hal sulit untuk menjawabnya, bukan? Ya, amanat dari kisah ini adalah jangan bersikap sombong atas apa pun yang kamu miliki saat ini.
Sejatinya, apa yang kamu miliki sekarang hanyalah titipan dari Tuhan. Jadi, daripada memamerkannya, mending kamu syukuri apa yang telah Tuhan berikan padamu. Selain itu, jagalah setiap lisan yang terucap dari bibirmu. Sebelum berkata, pikirkan baik-baik apa yang akan keluar dari mulutmu. Jangan sampai ucapanmu itu melukai perasaan orang lain.
Selain intrinsik, ada pula unsur ekstrinsik yang tersimpan dalam cerita dongeng Kancil dan Merak ini. Di antaranya adalah nilai moral, sosial, dan budaya tentang tanggung jawab.
Baca juga: Kisah Ikan Sakti Sungai Janiah dan Ulasan Menariknya, Ketika Anak Tak Menuruti Perintah Ibunya
Fakta Menarik
Setelah membaca dongeng cerita ini dan unsur intrinsiknya, apakah kamu jadi penasaran dengan fakta menariknya? Kalau penasaran, berikut ulasan singkat yang bisa kamu simak;
1. Memiliki Beragam Versi
Cerita dongeng hewan ini memiliki beberapa versi. Dalam versi yang lain, Merak sering membuka lebar-lebar ekornya untuk memamerkan keindahan bulunya. Binatang-binatang lain memuji keindahannnya meski sebenarnya mereka merasa kesal dengan kesombongannya.
Suatu hari, Merak memamerkan ekornya itu kepada seekor kancil. Namun, respon yang ia dapat tak begitu memuaskan. Sebab, Kancil berkata kalau ekor Merak tak begitu cantik alias biasa saja.
Mendengar itu, burung yang sombong ini tentu tak diam saja. Ia terus-terusan mengikuti Kancil dan berharap bisa mendapatkan pujian darinya. Karena merasa terganggu, Kancil berkata pada hewan sombong itu bahwa ada pemburu yang sedang gencar-gencarnya mencari bulu burung merak.
Kalau ia terus-terusan membuka ekornya lebar-lebar, maka pemburu itu akan dengan sangat mudah mencabut bulunya. Merak pun percaya pada perkataan itu. Lalu, ia tak mau lagi membuka lebar-lebar ekornya.
2. Diangkat Menjadi Tayangan Animasi
Karena memiliki kisah yang menarik dan sarat akan pesan moral, ada banyak tayangan animasi yang mengangkat cerita Kancil dan Merak. Kamu bisa dengan mudah menyaksikannya di YouTube. Ada pula beberapa video berbahasa Inggris untuk kamu yang ingin mengajarkan bahasa asing pada si kecil.
Baca juga: Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu
Segera Bacakan Cerita Kancil dan Merak Pada Si Kecil
Demikianlah artikel yang mengulik cerita dongeng Kancil dan Merak yang sombong. Kamu suka ceritanya? Tentu suka, dong, karena kisahnya sangat menarik dan sarat akan pesan moral sehingga bisa kamu sampaikan pada anak, keponakan, atau adikmu yang masih anak-anak.
Kalau ingin membacakan dongeng lainnya, langsung saja telusuri kanal Ruang Pena di PosKata.com. Ada kisah tentang Merpati dan Semut, Kelinci dan Kura-Kura, serta Monyet dan Buaya. Selamat membaca!