Ada banyak cerita hikayat yang cukup terkenal di Indonesia, salah satunya adalah tentang Sri Rama. Pernahkah kamu mendengar atau membacanya? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel ini, yuk!
Hikayat merupakan cerita, kisah, atau dongeng yang aslinya menggunakan bahasa Melayu. Salah satu cerita hikayat yang cukup terkenal di Indonesia adalah tentang Sri Rama.
Kisahnya menceritakan tentang seorang pria yang berusaha untuk mendapatkan perempuan yang ia puja. Sayangnya, karena kecantikan sang putri, pria tersebut harus berjuang sepenuh hati melawan orang-orang yang ingin merebut putri tersebut.
Semakin penasaran dengan kisahnya, kan? Langsung saja simak cerita hikayat Sri Rama di artikel ini dan dapatkan juga ulasan seputar fakta menarik beserta unsur intrinsiknya. Selamat membaca!
Cerita Hikayat Sri Rama
Alkisah pada zaman dahulu kala, Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di sana, ia terpaksa harus bertapa dengan cara yang tidak biasa. Yaitu dengan posisi kaki digantung, kepala di bawah, dan ia harus bertahan dari segala urusan dunia selama dua belas tahun lamanya.
Setelah dua belas tahun, pada akhirnya Tuhan memberikan pengampunan untuknya. Sang Maha Esa pun kemudian mengirimkan utusannya untuk bertanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh Rawana sampai bertapa dalam posisi yang tidak biasa dan selama dua belas tahun.
Rawana pun mengungkapkan permohonannya akan empat kerajaan untuk dirinya sendiri. Satu kerajaan di dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Tuhan menyetujui permintaan itu, tapi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya adalah Rawana harus memerintah dengan penuh keadilan, dilarang melakukan pekerjaan haram, dan dilarang mengganggu anak dan istri orang.
Rawana akhirnya mendapatkan empat kerajaan yang ia inginkan itu. Di tiga dari empat kerajaannya, ia menikah dengan seorang putri. Pada kerajaan keindraan, Rawana menikah dengan Putri Nila Utama. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai putra bernama Indra Jat.
Di kerajaan di dalam bumi, Rawana menikah dengan Putri Pertii Dewi dan memiliki anak bernama Patala Maharayan. Sementara pada kerajaan di dalam laut, Rawana menikah dengan Gangga Maha Dewi dan memiliki anak yang diberi nama Gangga Maha Suri.
Di dunia, Rawana membangun sebuah negeri yang sanagat indah bernama Langkapuri. Sesuai janjinya, ia menjadi seorang raja yang adil di Langkapuri. Semua kerajaan di dunia takluk padanya, terkecuali empat negeri, yaitu Indrapuri, Biruhasa, Lekorkatakina, dan Aspaha.
Kehidupan Dasarata Maharaja, Ayah dari Sri Rama
Di sisi lain, di sebuah negeri bernama Isafa, terdapat seorang raja bernama Dasarata Maharaja yang tidak juga memiliki putra. Atas nasihat dari salah seorang brahmana, Dasarata Maharaja diminta untuk melakukan upacara Homam. Dalam upacara tersebut, kedua permasuri baginda diminta untuk memakan biji buah geliga.
Benar saja, tak berapa lama kemudian, Mandudari dan Baliadari, kedua permaisuri Dasarata pun akhirnya hamil. Setelah berbulan-bulan mengandung, Mandudari akhirnya melahirkan Rama dan Laksamana, sementara Baliadari melahirkan dua orang anak laki-laki bernama Beradan dan Citradan, juga seorang putri bernama Kikewi Dewi.
Dari kelima anak tersebut, Sri Rama dikenal sebagai anak yang memiliki paras paling elok dan terlihat gagah berani. Sayangnya, ia sering kali melakukan kenakalan yang membuat para menteri berharap agar yang melanjutkan posisi Dasarata Maharaja sebagai raja adalah Laksamana, Beradan, atau Citradan.
Mendengar kelahiran anak-anak itu, Rawana baru tahu kalau Dasarata Maharaja memiliki seorang istri yang memiliki paras sangat elok, yaitu Mandudari. Rawana pun langsung berkeinginan untuk memiliki sang putri elok tersebut.
Tanpa menunggu lama dan tanpa malu, ia mendatangi Dasarata Maharaja dan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki Mandudari. Siapa sangka kalau Dasarata Maharaja menyetujui keinginan Rawana dan langsung memberitahu Mandudari tentang hal itu.
Sebenarnya, Mandudari tak ingin menjadi istri Rawana. Namun, karena ia tak bisa menolak permintaan itu, akhirnya ia terpaksa mencari cara untuk mengelabuinya. Sebelum dijemput oleh Rawana, Mandudari masuk ke dalam sebuah bilik. Tak lama kemudian, keluarlah seorang puteri yang penampilannya sangat mirip dengan Mandudari. Meskipun begitu, rupanya ia bukanlah Mandudari, melainkan Mandudaki.
Kelahiran Sita Dewi, Jodoh Sri Rama
Putri itulah yang pada akhirnya pulang bersama Rawana ke Bukit Serendib. Awalnya, Dasarata Maharaja yang tak mengetahui akal Mandudari sempat merasa sedih karena kehilangan salah satu istrinya yang cantik jelita. Namun, tak lama kemudian kesedihan itu menghilang karena Mandudari keluar dari bilik dan menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi.
Ia juga menceritakan bahwa puteri yang dibawa pulang oleh Rawana adalah perwujudan dari daki yang ia ubah menyerupai dirinya. Oleh karena itulah namanya adalah Mandudaki. Dasarata pun langsung merasa bahagia karena istrinya tetap ada di sisinya.
Di samping itu, Dasarata juga berhasil membujuk seorang perempuan tua untuk membawanya ke istana Rawana dan menemui sang Mandudaki. Dari pertemuan tersebut, Mandudaki dikaruniai keturunan dari Dasarata Maharaja berupa putri dengan paras yang cantik jelita dan diberi nama Sita Dewi.
Setelah Sita Dewi lahir, Rawana mendapatkan laporan dari para ahli nujum kerajaannya bahwa suatu saat nanti Sita Dewi akan membunuh Rawana. Ketika mendengar hal tersebut, tentu langsung murka lah sang raja. Ia bahkan langsung berniat untuk membunuh sang putri yang masih bayi itu.
Mandudaki yang mendengar amarah Rawana berusaha untuk menenangkannya. Ia berusaha merayu agar buah hatinya tak langsung dibunuh begitu saja. Dengan penuh permohonan, ia meminta agar Sita Dewi yang masih bayi itu diletakkan di dalam sebuah peti besi kemudian dihanyutkan ke laut. Rawana pun akhirnya menyetujui permintaan itu.
Pertemuan Pertama Sri Rama dengan Sita Dewi
Di waktu yang bersamaan, seorang raja dari negeri Darwati Purwa yang bernama Maharisi Kali tengah bertapa di laut. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan sebuah peti besi yang hanyut dan berisi seorang bayi perempuan.
Maharisi Kali pun kemudian menyelamatkan Sita Dewi dan membawanya kembali ke Darwati Purwa. Ia berniat untuk merawat dan mendidik bayi yang baru ia temukan di laut itu.
Kabar tentang penemuan seorang bayi perempuan itu pun langsung tersebar ke berbagai negeri. Banyak orang yang mengetahui kalau kini Maharisi Kali memiliki seorang putri bernama Sita Dewi.
Waktu pun berlalu dengan cepat. Sita Dewi kini tumbuh menjadi seorang gadis cantik dan bertutur kata halus. Maharisi Kali pun berniat untuk mengadakan sayembara untuk memilihkan menantu untuk sang putri.
Ia mengundang setiap laki-laki dari berbagai negeri untuk datang ke Darwati Purwa. Ia menyiapkan sebuah panah ditancapkan di halaman rumahnya. Kemudian menantang siapa pun yang bisa mengangkat panah yang tertancap tersebut dan menggunakannya untuk memanah empat puluh pohon lontar dalam sekali usaha, maka nantinya akan diterima menjadi suami Sita Dewi.
Benar saja, ada banyak anak raja yang langsung datang berkumpul di negeri yang dipimpin oleh Maharisi Kali. Beberapa di antaranya adalah putra-putra dari Dasarata Maharaja. Rawana pun turut serta hadir dan berniat mengikuti sayembara tersebut.
Dalam perjalanan mereka menuju ke Darwati Purwa, putra-putra Dasarata Maharaja itu sudah menunjukkan keberanian dan karismanya. Khususnya Sri Rama. Ketika mereka bertemu dan berhadapan dengan Raksasa Jagina, badak, dan ular naga yang biasanya sering mengganggu perjalanan manusia, dengan gagah berani Sri Rama langsung mengalahkan mereka.
Keberhasilan Sri Rama Mendapatkan Sita Dewi
Di Darwati Purwa, sayembara itu pun sudah dimulai. Namun, tak peduli siapa pun yang mencobanya, tak ada satu pun yang berhasil memanah empat puluh pohon lontar sekaligus. Ketika Rawana mencoba, ia hanya bisa memanah tiga puluh delapan pohon saja.
Ketika giliran Sri Rama tiba, ia pun masuk ke gelanggang sayembara dengan penuh ketenangan. Ia menarik panah di halaman rumah Maharisi Kali dengan mudah, kemudian memanahkannya ke arah pohon lontar. Luar biasanya, panah tersebut berhasil menembus empat puluh pohon lontar sekaligus.
Hal tersebut tentu saja membuat semua hadirin dan anak-anak raja yang ada di sana terkejut. Tanpa banyak berbasa-basi, Sri Rama pun akhirnya dinobatkan akan menjadi istri dari Sita Dewi.
Namun, sebelum pada akhirnya diresmikan, Maharisi Kali berniat untuk menguji kesungguhan dan kearifan Rama. Ia pun menyembunyikan Sita Dewi di sebuah rumah berhala. Kemudian, ia memberitahukan pada Rama bahwa calon istrinya menghilang.
Benar saja, dengan kesungguhan dan kearifannya, Sri Rama berhasil menemukan Sita kembali dengan mudah. Bahkan, ketika dalam perjalanan pulang ia dihadang oleh empat orang pesaingnya yang merasa putus asa karena tak berhasil mendapatkan sang putri, Sri Rama bisa mengalahkan mereka begitu saja.
Hal itu tentunya semakin meyakinkan Maharisi Kali bahwa Sri Rama mungkin memang adalah jodoh terbaik yang akan bisa menyayangi dan melindungi Sita Dewi dengan sepenuh hati. Maharisi Kali pun kemudian menyiapkan upacara untuk menobatkan Sri Rama sebagai raja.
Sri Rama Diusir dari Kerajaan
Mendengar penobatan Sri Rama dan pernikahannya dengan Sita Dewi, Baliadri merasa kesal. Apalagi ketika ia mendapatkan hasutan dari salah seorang anak buahnya yang bernama Si Budak Bungkuk untuk menanyakan tentang penobatan Beradan atau Citradan sebagai raja. Rupanya Dasarata Maharaja sudah pernah menjanjikan hal itu pada Baliadri.
Dasarata Maharaja pun menepati janji tersebut dengan meminta Sri Rama, Sita Dewi, dan juga Laksamana untuk meninggalkan kerajaan. Dengan terpaksa, mereka pun akhirnya meninggalkan negeri itu dan pergi bertapa di dalam hutan.
Di dalam perjalanan menuju ke hutan, Sri Rama, Sita Dewi, dan Laksamana bertemu dengan beberapa orang kenalan Maharisi yang berhati dan berbudi baik. Di antaranya adalah Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti. Mereka pun dengan ketulusan hati berniat menjamu rombongan Sri Rama kemudian mengajak mereka untuk bertapa bersama.
Namun, karena merasa tidak enak, Sri Rama menolak tawaran itu. Ia pun menyatakan bahwa ia akan meneruskan perjalanan mereka ke bukit Indra Pawanam. Setelah beberapa hari, mereka pun akhirnya sampai di bukit yang dituju itu. Namun, bukit tersebut dijaga oleh seorang raksasa purba yang berniat untuk menculik Sita.
Untungnya, dengan sigap Sri Rama berhasil menyelamatkan istrinya dan membunuh sang raksasa. Sesudah memastikan Sita Dewi dijaga di suatu tempat yang aman bersama Laksamana, Sri Rama langsung membuat tempat pertapaan di bukit Indra Pawanam itu.
Tak berapa lama kemudian, Sita Dewi dan Laksamana yang tengah beristirahat mendadak mendengar suara Sri Rama berteriak meminta tolong. Sita Dewi yang mendengar hal itu langsung meminta Laksamana untuk mengecek dan menolong Sri Rama.
Sita Dewi Diculik oleh Rawana
Laksamana menolak permintaan Sita Dewi tanpa menyebutkan apa alasannya. Siapa sangka kalau penolakan itu langsung memunculkan kecurigaan di hati Sita Dewi. Ia menduga kalau Laksamana menolak memeriksa keadaan Sri Rama karena mengharapkan saudaranya itu mati. Dengan begitu, Laksamana bisa memiliki Sita Dewi untuk dirinya sendiri.
Betapa kesalnya Laksamana ketika mendapatkan tuduhan itu. Ia pun kemudian berusaha membuktikan tuduhan itu dan pergi untuk menyelamatkan Sri Rama. Namun, sebelum beranjak menjauh, ia menggores tanah hingga membentuk sebuah batas menggunakan jari telujuknya. Tujuannya adalah sebagai perlindungan untuk Sita Dewi. Sehingga ketika ada orang jahat yang berusaha untuk melangkahi goresan itu, nantinya akan tertangkap.
Benar saja, seperti dugaan Laksamana, tak lama kemudian datanglah Rawana yang berniat untuk menculik dan memperistri Sita Dewi. Namun, ia tak bisa melakukan apa-apa untuk mendekati sang putri karena menyadari adanya garis batas di tanah yang tak mengizinkannya masuk dan mendekati Sita Dewi.
Bukan berarti hal itu membuat Rawana langsung berkecil hati. Ia pun langsung mencari berbagai macam cara untuk mengulur sang putri agar keluar dari garis batas tersebut. Setelah memikirkan beberapa saat, Rawana pun kembali dengan berpura-pura sebagai Brahmana miskin yang meminta sedekah dan bantuan dari Sita Dewi.
Sita Dewi yang sebelumya sudah diberi pesan oleh Laksamana untuk tak melewati garis di tanah itu pun mulai merasa galau dan ragu. Hingga akhirnya, ia keluar dari garis goresan yang ada di tanah demi memberikan sedekah kepada sang Brahmana palsu.
Saat itu juga, Rahwana kembali ke wujudnya semula dan langsung menculik Sita Dewi. Burung Jentayu yang melihat hal itu pun berusaha menyelamatkan sang putri, tapi sayangnya tak berhasil melakukannya. Bahkan, Burung Jentayu itu pada akhirnya justru terbunuh oleh Rahwana.
Upaya Sri Rama dan Laksamana Menyelamatkan Sita Dewi
Ketika Rama dan Laksamana akhirnya kembali, betapa terkejutnya mereka berdua karena mendapati Sita Dewi kini menghilang. Rama pun merasa sedih. Laksamana yang melihat hal itu pun merasa tak tega. Ia kemudian berusaha menyemangati saudaranya dan mengajak untuk mencari Sita Dewi.
Dalam proses pencarian itu, mereka berdua sempat bertemu dengan kakak dari Burung Jentayu yang terbunuh oleh Rawana. Sang kakak pun memberitahukan bahwa ia sempat melihat Rawanalah yang membawa pergi Sita Dewi. Namun, ia tidak mengetahui kemanakah Rawana membawa sang putri.
Kemudian, mereka juga bertemu dengan Sugriwa yang diusir oleh saudaranya sendiri, Balya, dari kerajaannya. Sugriwa bersedia membantu Sri Rama dan Laksamana untuk mendapatkan Sita Dewi kembali, tapi dengan satu syarat. Syaratnya adalah, mereka berdua harus membantu Sugriwa mendapatkan kerajaannya kembali.
Benar saja, Sri Rama dan Laksamana pun akhirnya berhasil mengalahkan Balya dan merebut kembali kerajaan itu hingga bisa jatuh ke tangan Sugriwa. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Balya sempat berpesan kepada mereka berdua untuk menjaga istrinya dan kedua orang anaknya yang bernama Anggada dan Anila.
Tak hanya itu, Balya pun menceritakan bahwa ia mengenal seseorang yang bisa membantu Sri Rama untuk merebut kembali Sita Dewi dari tangan Rawana. Orang yang dimaksud adalah saudaranya yang bernama Hanuman.
Tanpa menunggu lama, Sri Rama dan Laksamana pun menemui Hanuman dan menyatakan keinginannya. Untungnya, Hanuman bersedia membantu mereka berdua untuk merebut sang putri dari tangan Rawana.
Upaya Hanuman Membantu Sri Rama Menyelamatkan Sita Dewi
Untuk bisa menjalankan rencananya, Hanuman menyamar sebagai seorang Maharisi atau pemuka agama kemudian datang ke istana Rawana. Sesampainya di sana, ia menemui Sita Dewi dan menceritakan tentang asal-usul yang mengenaskan. Karena merasa iba, Sita Dewi menawarkan untuk mengangkat sang Maharisi sebagai anaknya.
Sebagai anak angkat Sita Dewi, Hanuman yang menyamar sebagai Maharisi diperbolehkan tinggal di istana Rawana juga. Namun, di sana ia sering berlaku kurang ajar. Salah satunya dengan memakan habis buah mempelam yang ada di dalam istana.
Akibatnya, Hanuman pun ditangkap dan berniat dibakar oleh Rawana. Namun, sebelum ia sempat terbakar, ia langsung melompat ke sana kemari hingga menyebarkan api tersebut ke seluruh lingkungan istana dan menyebabkan kebakaran besar.
Melihat hal itu sebagai sebuah kesempatan, Hanuman berniat membawa Sita Dewi untuk kembali ke sisi Sri Rama. Namun, Sita Dewi menolak tawaran dari Hanuman itu. Sang putri beralasan bahwa ia tak ingin disentuh oleh lelaki lain selain Rama, dalam hal ini lelaki lain yang dimaksud adalah Hanuman. Kemudian alasan kedua adalah, ia ingin Sri Rama memiliki kehormatan berlebih karena berhasil menyelamatkannya sendiri.
Sri Rama dan Laksamana sendiri sebenarnya sedang berusaha membangun sebuah jembatan titian yang bisa membawa mereka ke kerajaan Rawana. Untuk menggagalkan upaya tersebut, Rawana memerintahkan salah satu putranya yang bernama Gangga Mahasura.
Gangga Mahasura sendiri memiliki rencana menggagalkannya dengan cara mengirimkan ikan dan ketam. Namun, sebelum kedua paket tersebut sempat dikirimkan, dengan cepat Hanuman langsung menghancurkannya.
Peperangan antara Sri Rama dan Rawana
Rawana dan Gangga Mahasura yang mengetahui hal itu pun langsung marah. Mereka langsung mengumpulkan para saudara dan menteri untuk mencari cara lain yang harus mereka ambil. Khususnya jika pada akhirnya Sri Rama datang dan menyerang kerajaan mereka.
Bibusanam, salah satu menteri yang sudah berumur, mengusulkan agar Sita Dewi dikembalikan dengan baik-baik kepada Sri Rama. Dengan begitu, bisa dipastikan Rama tak akan menyerang kerajaan mereka.
Namun, mendengar usul tersebut justru membuat Rawana semakin terbakar amarah. Bahkan, ia sampai berniat untuk membunuh Bibusanam saat itu juga. Untungnya, sang menteri yang sudah berumur itu berhasil melarikan diri.
Bahkan setelah kepergian Bibusanam, anak Rawana yang lain, seperti Inndra Jat dan Kumbakarna justru mengusulkan hal yang sama. Mereka menganjurkan agar sang raja mengembalikan Sita Dewi pada pasangannya. Sekali lagi, Rawana tetap bersikeras dan menolak usulan itu. Ia lebih memilih untuk menghadapi peperangan saja.
Benar saja, peperangan pun akhirnya berlangsung. Satu demi satu putra Rawana gugur di medan perang. Hingga akhirnya Rawana sendiri terpaksa harus turun secara langsung dan melawan pasukan Rama. Setelah melakukan peperangan yang sengit menggunakan panah, pada akhirnya Rawana pun tewas di tangan Sri Rama. Dengan demikian, akhirnya berakhirlah peperangan tersebut.
Sri Rama pun kemudian masuk ke dalam kota Langkapuri dan menemui Sita Dewi. Namun pada awalnya Sri Rama menolak untuk menerima kembali istrinya itu. Ia khawatir jika sang putri sudah dijamah oleh Rawana.
Sang putri pun tidak gentar dan membuktikan bahwa ia masih menjaga kesuciannya dengan cara duduk di dalam api yang menyala. Ketika terbukti bahwa Sita Dewi masih menjaga kesuciannya, ia pun akhirnya bisa berkumpul kembali dengan pria yang ia puja.
Unsur Intrinsik Cerita Hikayat Sri Rama
Sudah puas membaca ringkasan cerita hikayat Sri Rama di atas? Kini ketahui juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, mulai dari tema, tokoh sekaligus perwatakan, latar, alur, sekaligus pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya. Berikut adalah ulasannya:
1. Tema
Tema atau inti kisah dari cerita hikayat Sri Rama yang satu ini adalah tentang kesetiaan, kerja keras, dan pengorbanan. Hal tersebut dapat terlihat dari upaya Sri Rama dalam mendapatkan Sita Dewi. Kemudian ketika sang putri diculik, ia tetap setia dan berusaha melakukan segala macam cara untuk bisa kembali mendapatkan pujaan hatinya itu.
Kesetiaan itu juga bisa dilihat dari sifat Sita Dewi yang berusaha menjaga kesuciannya demi suaminya ketika ia berada di dalam tahanan Rawana.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dari cerita hikayat Sri Rama ini yang memiliki watak atau karakteristik yang cukup menarik. Di antaranya adalah Sri Rama, Sita Dewi, Rawana, Dasarata Maharaja, Laksamana, dan Hanuman.
Sri Rama yang merupakan putra dari Dasarata Maharaja dan suami dari Sita Dewi ini digambarkan merupakan pemuda yang berparas elok, gagah berani, bijaksana, patuh, dan menghormati kedua orang tuanya. Tak hanya itu, dalam cerita hikayat ini, Sri Rama memiliki kesaktian yang bisa membuatnya memanah empat puluh pohon sekaligus dan melawan pasukan Rawana hingga akhirnya bisa mendapatkan gadis pujaannya kembali.
Sita Dewi adalah putri dari Mundadaki yang berparas elok dan diasuh oleh Maharisi Kali. Ia adalah perempuan setia yang tetap berusaha untuk menjaga kesuciannya meskipun sudah diculik oleh Rawana sekalipun.
Rawana adalah seorang raja yang hatinya dipenuhi dengan ankara murka. Ia selalu ingin menang sendiri, suka menganiaya, dan berkhianat. Meskipun begitu, ia tetap memiliki sifat positif, yaitu gigih dalam berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, ia sampai rela bertapa dengan posisi terbalik selama dua belas tahun lamanya demi bisa menguasai empat kerajaan.
Dasarata Maharaja adalah seorang raja yang baik hati dan pemurah. Buktinya adalah ketika Rawana berusaha untuk mengambil istrinya, ia memberikannya secara sukarela. Ia juga seseorang yang menepati janji, di mana ketika Baliadri menagih janjinya untuk mengangkat salah satu anaknya sebagai raja, Dasarata Maharaja pun memenuhi janji tersebut.
Laksamana merupakan putra ketika dari Dasarata. Ia memiliki watak halus, setia, dan tak pernah mengenal rasa takut. Dengan setia, ia menemani saudaranya dalam menjalani pengasingan. Kemudian, ia juga membantu saudaranya untuk membebaskan kembali Sita Dewi.
Hanuman adalah siluman kera putih yang suka menolong dan rela berkorban. Ia bersedia membantu Sri Rama dan Laksamana dalam upaya untuk membebaskan Sita Dewi dari Rawana.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam cerita hikayat Sri Rama ini. Di antaranya adalah bukit Serendib tempat Rawana bertapa selama dua belas tahun lamanya. Kemudian empat kerajaan Rawana, yakni di keinderaan, bumi, dalam laut, dan dunia alias Langkapuri. Ada juga laut tempat Maharisi Kali bertapa dan bertemu dengan Sita Dewi yang masih bayi. Kemudian ada juga istana miliki Rawana, Negeri Darwati Purwa yang dipimpin oleh Maharisi Kali, dan bukit Indra Pawanam tempat Sri Rama berniat untuk bertapa.
4. Alur
Struktur atau alur yang digunakan dalam teks cerita hikayat Sri Rama ini adalah alur maju. Di mana kisahnya dimulai dari Rawana yang dibuat ke bukit Serendib dan terpaksa harus bertapa selama dua belas tahun lamanya dalam keadaan terbalik.
Di sisi lain, terdapat Dasarata Maharaja yang memiliki putra bernama Sri Rama. Selain itu, di saat yang bersamaan Mandudaki yang diperistri Rawana memiliki seorang putri bernama Sita Dewi. Rawana yang mendapat kabar kalau Sita Dewi nantinya akan menghancurkan kerajaannya pun kemudian berniat untuk membunuh sang putri.
Untuknya, Mandudaki berhasil meyakinkan suaminya untuk membuang sang putri ke laut saja. Bayi Sita Dewi yang dibuang ke laut itu pun ditemukan oleh Maharisi Kali pun ahirnya dibawa ke Darwati Purwa dan dididik hingga dewasa. Setelah tumbuh besar, Maharisi Kali mengadakan sebuah sayembara untuk memilihkan menanti untuk sang putri.
Dari sayembara tersebut, Sri Rama pun akhirnya menjadi pemenangnya. Namun, ketika ia akan diangkat menjadi raja, Baliadri menuntut janji Dasarata Maharaja untuk mengangkat anaknya sebagai raja. Pada akhirnya, Sri Rama, Sita Dewi, dan Laksamana pun dibuang ke dalam hutan.
Di hutan, Rawana berhasil menculik Sita Dewi dan membawanya kembali ke istananya. Laksamana dan Sri Rama pun harus mencari cara untuk bisa menyelamatkan sang putri. Untung, pada akhirnya upaya itu pun berhasil dilakukan. Sri Rama pun bisa kembali bergabung kembali dengan Sita Dewi.
5. Pesan Moral
Cerita hikayat Sri Rama ini memiliki pesan moral yang bisa diajarkan kepada buah hati atau sepupu nya tersayang. Di antaranya adalah untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaanmu pada pasangan, seperti yang dilakukan oleh Sita Dewi. Kemudian, bisa juga mengajarkan tentang kerja keras ketika ingin meraih sesuatu yang kamu inginkan.
Selain unsur intrinsik, ada juga beberapa unsur ekstrinsik yang bisa kamu dapatkan dari cerita hikayat Sri Rama ini. Yakni hal-hal dari lingkungan sekitar yang membantu membangun berlangsungnya ceritanya, seperti nilai moral, budaya, sosial, dan agama.
Fakta Menarik tentang Cerita Hikayat Sri Rama
Sudah puas membaca ulasan unsur intrinsik seputar cerita hikayat Sri Rama? Kini jangan lupa baca juga beberapa fakta menarik tentang kisahnya yang telah kami siapkan khusus hanya untukmu!
1. Aslinya Berasal dari Ajaran Agama Hindu
Naskah asli dari cerita rakyat hikayat Sri Rama ini rupanya berasal dari ajaran dalam agama Hindu di India. Kisah kepahlawanannya banyak dituturkan dalam sastra Hindu Kuno yang dikenal juga dengan nama Ramayana. Kisah tersebut tersebar mulai dari Asia Selatan hingga ke Asia Tenggara.
Kisah tersebut pada akhirnya banyak diadaptasi sesuai dengan kebudayaan setempat. Ada yang dalam bahasa Sanskerta, Jawa, Bali, Malaysia, Filipina, hingga T hailand. Biasanya, dalam setiap versi ada sedikit perubahan baik dalam detail kisahnya atau nama karakternya. Namun, secara umum, kurang lebih kisahnya tetaplah sama.
2. Ada Berbagai Macam Versi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, cerita hikayat Sri Rama ini sudah diadaptasi di berbagai macam daerah. Setiap daerah biasanya agak mengubah sedikit detail atau nama-nama karakter dari kisahnya. Terkadang, deskripsi pakaian atau senjata yang digunakan untuk berperang atau sayembara pun diubah, sesuai dengan dearah yang dimaksud.
Ada yang menyebutkan kalau Sri Rama adalah titisan Dewa Wisnu yang turun ke bumi demi menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang saleh. Sebagai jelmaan dari dewa, terkadang ada yang menyebutkan kalau Sri Rama memiliki kulit yang berwarna biru, tidak seperti manusia pada umumnya.
Pada versi lain, ada yang menyebutkan kalau sayembara yang dilakukan untuk mendapatkan Sita Dewi tidak sampai memanah empat puluh pohon dalam satu kali panah. Namun, yang perlu dilakukan orang-orang adalah dengan membengkokkan busur milik Dewa Siwa.
Sebagai seorang jelmaan dewa, tentu saja Sri Rama berhasil membengkokkannya. Tak hanya itu, ia bahkan berhasil mematahkan busur itu menjadi tiga. Ketika busur itu dipatahkan, mendadak muncul suara besar yang menggelegar layaknya buruh.
Kemudian perbedaan lain terdapat pada momen ketika Rawana berusaha menculik Sita Dewi, pada beberapa versi ada yang menyebutkan kalau proses itu berhasil karena salah satu patih Rawana yang bernama Marica berubah menjadi kijang dan menarik Sita Dewi keluar dari persembunyiannya.
3. Diadaptasi Menjadi Sendratari
Di Indonesia sendiri, kisah hikayat Sri Rama ini juga diadaptasi menjadi sebuah cerita yang lebih dikenal dengan Ramayana. Kalau ingin mengetahui kisahnya, kamu tak hanya bisa membacanya di sebuah buku saja, tapi juga bisa menikmatinya dalam bentuk sendratari atau pertunjukkan yang menggabungkan tarian dan drama, tapi tanpa dialog.
Sendratari Ramayana itu sering ditampilkan di dekat Candi Prambanan di Pulau Jawa, Indonesia. Penampilan itu pertama kali dipentaskan pada tahun 1961. Biasanya, pementasan yang dilakukan di panggung terbuka itu digelar setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Pementasan itu biasanya dibagi menjadi empat episode. Episode pertama menceritakan tentang hilangnya Sita Dewi, episode dua tentang Hanuman, episode tiga menceritakan usaha Raama dalam membangun jembatan ke Alengka, dan episode terakhir menceritakan tentang api suci Sita Dewi. Tertarik untuk menyaksikannya secara langsung?
Sudah Puas Membaca Cerita Hikayat Sri Rama?
Demikianlah cerita hikayat Sri Rama yang telah kami siapkan khusus hanya untukmu. Kisahnya cukup menarik untuk diceritakan pada buah hati atau keponakan tersayang, kan? Kamu pun juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur menarik dan fakta menariknya.
Kalau masih ingin mencari kisah-kisah lain yang tak kalah menariknya, langsung saja cek artikel di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan fabel hewan, kisah nabi, dongeng putri, hingga cerita 1001 malam.