Kamu mungkin pernah mendengar tentang Reog Ponorogo, kan? Kesenian asal Jawa Timur ini ternyata memiliki legenda mengenai asal-usulnya, lho. Kalau penasaran, mending kamu simak cerita asal-usul Reog Ponorogo serta ulasan menariknya di sini, yuk!
Kamu mungkin sudah sering mendengar atau membaca legenda tentang terjadinya suatu tempat. Tapi, kalau legenda asal-usul kesenian daerah apakah sudah pernah? Kalau belum, salah satu yang bisa kamu simak di sini adalah asal-usul Reog Ponorogo asal Jawa Timur ini.
Dongeng yang bercerita tentang sejarah Reog Ponorogo ini sebenarnya memiliki beberapa versi yang tokoh-tokohnya memiliki nama berbeda. Suatu hal yang lumrah mengingat kisah ini dulunya diceritakan secara lisan. Yang terpenting, inti dari kisahnya sama saja.
Lantas, seperti apa, sih, kisah dari legenda asal-usul Reog Ponorogo dari Jawa Timur ini? Daripada semakin penasaran, mending langsung cek saja di bawah ini, ya! Tak hanya ringkasan ceritanya, kamu juga bisa menambah wawasan dengan menyimak ulasan mengenai unsur instrinsik beserta fakta-fakta menariknya.
Cerita Asal-Usul Reog Ponorogo
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri cantik jelita yang berasal dari kerajaan Kediri bernama Dewi Sanggalangit. Tak hanya memiliki paras yang elok, ia juga dikenal memiliki kepribadian yang baik. Maka dari itu, banyak sekali raja maupun pangeran dari kerajaan lain yang berminat untuk menikahinya.
Sayangnya, sang putri sepertinya belum berniat untuk membangun rumah tangga. Hal tersebut membuat raja dan ratu bingung, terlebih lagi mereka sudah menginginkan untuk menimang cucu.
Pada suatu hari, raja bertanya kepada Dewi Sanggalangit. “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?” tanyanya.
“Ayahanda, sebenarnya hamba belum berniat untuk memiliki suami. Kalau ayahanda sangat mengharapkannya, baiklah hamba mau. Akan tetapi, hamba akan meminta sebuah syarat yang harus dipenuhi,” jawabnya.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai syarat tersebut, sang putri belum bisa menjawabnya. Ia pun meminta waktu untuk bersemedi dan memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Setelah tiga hari tiga malam melakukan semedi, akhirnya Dewi Sanggalangit menemukan jawabannya. Ia kemudian menemui sang ayah dan menyampaikan apa yang diinginkannya.
Syaratnya adalah sang calon suami nanti harus bisa membuat sebuah tontonan menarik berupa tarian yang belum pernah ada sebelumnya. Nantinya, juga harus dilengkapi dengan barisan kuda kembar berjumlah seratus empat puluh ekor. Tak hanya itu saja, pada tontonan tersebut nantinya juga harus ada binatang berkepala dua.
Meski merasa persyaratan tersebut cukup berat, Baginda Raja tetap mengumumkannya pada khalayak ramai. Siapa pun yang sanggup boleh mengikuti sayembara tersebut.
Ketika mendengar mengenai syarat tersebut, banyak dari raja dan pangeran yang awalnya menggebut-gebu untuk ikut lantas memilih mundur. Pada akhirnya, hanya dua orang saja yang tersisa, yaitu Raja Kelana Swandana dari Kerajaan Bandarangin dan Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya.
Singabarong Vs Kelana Swandana
Saat mengetahui bahwa kedua kandidat tersebut yang menyanggupi, sang raja awalnya begitu terkejut. Pasalnya, kedua orang ini memiliki reputasi yang bisa dibilang kurang baik. Namun, karena sayembara sudah diumumkan, maka tak ada alasan untuk membatalkannya.
Singabarong adalah seorang laki-laki bertubuh tinggi yang memiliki kepala berwujud singa. Rambutnya begitu lebat dan penuh kutu. Ia memiliki burung merak yang digunakan untuk mematuki kutu-kutunya.
Ia dikenal sebagai seorang raja begitu bengis dan kejam. Ia tak segan-segan untuk membunuh orang yang tidak mematuhi perintahnya. Selain itu, ternyata ia juga sudah memiliki banyak sekali selir. Hanya saja, ia belum memilih siapa yang menjadi permaisuri karena merasa tidak ada yang pantas, kecuali Dewi Sanggalangit.
Sementara itu, Raja Kelana Swandana memiliki wajah yang tampan dan gagah. Ia pun bisa memerintah kerajaannya dengan baik.Sayangnya, ia memiliki kekurangan, yaitu menyukai anak laki-laki.
Hingga pada suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan seorang putri yang sangat cantik. Ia kemudian mengumpulkan para pejabat istana dan pendeta. Mereka pun sepakat dan berpendapat bahwa gadis tersebut dapat menghentikan kebiasan buruk rajanya.
Maka dari itu, para tetua setuju jika sang raja mengikuti sayembara Dewi Sanggalangit. Mereka percaya bahwa gadis yang ada di mimpi rajanya adalah putri dari Kediri tersebut.
Berusaha untuk Memenangkan Sayembara
Tidak ingin membuang-buang banyak waktu, kedua raja tersebut kemudian mulai berusaha untuk memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Dewi Sanggalangit. Singabarong sendiri sudah memerintahkan abdi-abdinya untuk mencari kuda kembar. Ia juga menyuruh semua seniman yang ada di kerajaannya untuk membuat tontonan yang menarik.
Namun, ternyata itu semua memang tidak mudah. Meskipun sudah berhasil mengumpulkan kuda kembar, tontonan yang menarik dan binatang berkepala dua belum didapatnya.
Singabarong mulai merasa gelisah dan khawatir, jangan-jangan sang lawan sudah bisa menyelesaikan semuanya. Kemudian, dirinya memanggil patih kepercayaannya yang bernama Iderkala.
Ia menyuruh abdinya itu untuk memata-matai Kelana Swandana. Setelah diperintah, sang patih segera berangkat ke kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang.
Selang beberapa hari kemudian, Iderkala kembali ke kerajaannya dan melaporkan semua apa yang dilihatnya. Raja Kelana Swandana ternyata sudah berhasil mengumpulkan kuda kembar beserta tontonan yang begitu menarik.
Mendengar hal tersebut, Singabarong kebakaran jenggot. Ia tentu saja tidak ingin dikalahkan. Kemudian, ia pun menyusun rencana untuk merebut semua pencapaian sang lawan. Disuruhnya sang patihnya untuk menyiapkan prajurit-prajurit yang tangguh untuk menyerang Bandarangin dan merebut semuanya.
Penyerbuan Kerajaan Lodaya
Tanpa sepengetahuan Singabarong, ternyata Kelana Swandana sudah mengetahui niat buruk sang lawan. Hal itu diketahuinya setelah mengirim mata-mata karena memiliki firasat yang kurang baik.
Raja yang tampan tersebut tentu saja marah ketika mendengar kalau Raja Lodaya akan menyerang prajuritnya dan merebut usahanya untuk memenangkan sayembara. Ia pun memutuskan untuk menyerang kerajaan lawan terlebih dahulu.
Setelah memilih prajurit-prajurit yang cakap, ia kemudian memimpin perlawanan untuk menyerang Kerajaan Lodaya. Peperangan pun tak terhindarkan.
Sementara itu, Singabarong tidak tahu kalau kerajaannya sedang diserang. Ia sedang berada di tamansari dan menyuruh si burung merak untuk mematuki kepalanya yang gatal. Kalau di sana, tidak ada seorang pun yang berani mengganggunya.
Ketenangannya pun terusik ketika mendengar ada suara ribut-ribut dari luar. Ia terbangun dengan burung merak masih bertengger di kepalanya. Sekilas, hal tersebut terlihat seperti ada dua kepala, yaitu singa dan merak.
Berubah Menjadi Hewan Berkepala Dua
Sang raja yang lengah merasa terkejut sekali ketika melihat lawannya, Raja Kelana Swandana, sudah ada dihadapannya. Pertarungan sengit antara dua raja yang hebat ini pun tak terhindarkan.
Keduanya saling mengeluarkan jurus untuk mengalahkan satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Raja Bandarangin mengeluarkan ilmunya dan membuat kepala sang lawan menyatu dengan burung meraknya.
Masih tidak mau mengalah, Singabarong mengeluarkan keris saktinya lalu menyerang. Dengan sigap, Kelana Swandana pun mengambil cambuknya yang bernama Pecut Samandiman dan mengayunkannya ke arah laki-laki berkepala singa tersebut.
Hal ini membuatnya terlempar jauh dan menggelepar hebat. Setelah itu, tubuh Singabarong menjadi lemas dan kemudian berubah menjadi seekor binatang aneh, yaitu singa berkepala merak.
Meskipun sempat kabur, Kelana Swandana dapat menangkap kembali hewan jelmaan Singabarong tersebut. Ia pun kemudian menggunakan hewan itu untuk menggenapi syarat sayembara Dewi Sanggalangit. Berita ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru negeri.
Memenangkan Sayembara dan Menikahi Dewi Sanggalangit
Sementara itu di Kerajaan Kediri, sang raja sedang merasa gundah. Ia bertanya kembali pada anak perempuannya apakah ia benar-benar bisa menerima Raja Kelana Swandana untuk menjadi suaminya.
Dengan bijak, Dewi Sanggalangit menjawab, “Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.”
Beberapa hari kemudian, Raja Kelana Swandana beserta rombongannya menuju ke Kediri. Ia datang dengan diiringi seratus empat puluh kuda kembar, iring-iringan gamelan, gendang, terompet yang riuh, serta seekor binatang berkepala dua.
Kedatangan rombongan tersebut disambut baik oleh Raja Kediri. Karena melengkapi semua persyaratan, pinangannya pun diterima.
Dewi Sanggalangit kemudian menikah dengan Raja Kelana Swandana. Nah, semua persyaratan yang diajukan pada waktu sayembara kemudian digunakan sebagai iring-iringan pengantin. Di kemudian hari, itulah yang disebut dengan Reog Ponorogo.
Unsur Instrinsik dari Kisah Asal-Usul Reog Ponorogo
Bagaimana? Seru sekali, kan, cerita asal-usul Reog Ponorogo ini? Selanjutnya, di sini kamu juga bisa menyimak penjelasan mengenai unsur intrinsiknya. Mulai dari tema, tokoh dan perwatakan, alur, latar cerita, hingga pesan moral yang terkandung di dalamnya. Mari dilanjutkan membacanya!
1. Tema
Inti ceritanya adalah kecurangan tidak akan pernah melawan kejujuran. Seperti Singabarong yang hendak berlaku curang pada Kelana Swandana, tapi malah akhirnya berubah menjadi petaka bagi dirinya sendiri.
2. Tokoh & Perwatakan
Di dalam cerita legenda asal-usul Reog Ponorogo ini, ada beberapa tokoh yang menarik diulik. Beberapa di antaranya, yaitu Raja Kediri, Dewi Sanggalangit, Singobarong, dan Kelana Swandana.
Yang pertama, ada Raja Kediri yang bijak dan begitu menyayangi putrinya. Ia tidak memaksa sang putri untuk menikah dengan laki-laki pilihannya. Ia membebaskan pilihan tersebut di tangan putrinya sendiri.
Kemudian, ada Dewi Sanggalangit. Ia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan memiliki kepribadian baik. Makanya tidak heran kalau disukai banyak lelaki.
Meskipun begitu, ia tak sembarangan memilih calon suaminya. Ia menetapkan standar yang begitu tinggi. Hal itu dilakukannya supaya mendapatkan laki-laki terbaik yang memiliki sifat gigih dan pantang menyerah. Soal wajah, mungkin itu akan jadi bonus saja.
Sementara itu, Singabarong memiliki sifat yang kejam dan hati dipenuhi rasa iri. Ia rela menghalakan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Meskipun pada akhirnya, itu semua menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Terakhir, ada Raja Kelana Swandana. Ia sebenarnya adalah raja yang baik, akan tetapi memiliki kelainan karena menyukai anak laki-laki. Walaupun begitu, ia akhirnya mau berubah menjadi orang lebih baik lagi. Ia pun berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan semuanya.
3. Latar
Seperti yang sudah kamu ketahui, Reog Ponorogo berasal dari Ponorogo. Maka dari itu, latar ceritanya bertempat di Jawa Timur.
Sementara di dalam ceritanya sendiri, ada beberapa latar tempat. Contohnya, yaitu di Kerajaan Kediri, Kerajaan Bandarangin, dan Kerajaan Lodaya.
4. Alur Cerita
Cerita asal-usul Reog Ponorogo ini menggunakan alur cerita maju. Kisahnya dimulai dengan Raja Kediri yang mulai cemas sang anak, yaitu Dewi Sanggalangit tidak kunjung menerima pinangan dari laki-laki yang melamarnya.
Kemudian, sang putri mengadakan sayembara dengan syarat yang cukup berat dan hanya ada dua orang saja yang berani mengikutinya. Kedua kandidat pun berusaha untuk memenuhi persyaratan.
Meskipun hampir dicurangi, Kelana Swandana bisa mempertahankan semuanya. Ia berhasil mempersunting Dewi Sanggalangit. Pasangan tersebut kemudian hidup bahagia bersama.
5. Pesan Moral
Dari cerita rakyat asal usul Reog Ponorogo ini, ada banyak sekali pesan moral yang bisa kamu petik. Beberapa di antaranya bisa kamu baca berikut ini:
Yang pertama adalah jangan sembarangan memilih pasangan hidup hanya karena tekanan dari sekitarmu, terutama bagi wanita. Sama seperti Dewi Sanggalangit, kamu juga berhak menentukan seperti apa laki-laki yang berhak menjadi pendampingmu. Hanya saja, syaratnya mungkin tidak perlu muluk-muluk seperti yang ada di sayembara.
Selanjutnya, dari Singobarong kamu bisa mengambil pelajaran supaya tidak menyombongkan diri dan iri dengan pencapaian orang lain. Apalagi, sampai berbuat curang untuk merebut milik orang lain. Kalau hal tersebut bukan takdirmu, mau bagaimana pun usahamu, kamu tidak akan mendapatkannya.
Dan yang terakhir, tidak ada tenggat waktu untuk berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Raja Kelana Swandana mungkin memiliki kekurangan, tapi ia mau dan berusaha untuk memperbaikinya.
Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupa juga untuk memperhatikan unsur ekstrinsik yang membangun cerita legenda Reog Ponorogo. Unsur ekstrinsik tersebut biasanya berhubungan dengan latar belakang masyarakat, penulis, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Fakta Menarik Seputar Reog Ponorogo
Setelah menyimak ringkasan cerita dan unsur intrinsiknya, di sini kamu juga bisa menemukan fakta-fakta menarik tentang Reog Ponorogo ini. Penasaran seperti apa? Langsung saja cek kelanjutannya di bawah ini!
1. Versi Lain dari Asal-Usul Reog Ponorogo
Selain kisah yang telah kamu baca di atas, rupanya Reog Ponorogo memiliki versi cerita lain yang berkembang di masyarakat. Kalau yang ini, mengisahkan tentang pemberontakan dari abdi kerajaan Majapahit bernama Ki Ageng Kutu.
Ki Ageng merasa marah karena kepemimpinan Raja Majapahit saat itu, yaitu Bhre Kertabhumi begitu dipengaruhi oleh istrinya yang berasal Tiongkok. Terlebih lagi, sang raja juga melakukan tindak korupsi. Ia menilai mungkin kerajaan tak akan bertahan lama.
Sang abdi dalem kemudian keluar dari istana. Ia kemudian mendirikan perguruan untuk mengajari anak-anak berbagai ilmu dengan harapan bisa membangkitkan kejayaan Majapahit.
Dari sinilah, kemudian ia menyindir kerajaan dengan mengadakan pertunjukan seni reog. Karena kalau melakukan perlawanan menggunakan senjata, tentu saja pengikutnya akan kalah.
Raja Bhre Kertabumi pun mengetahui hal tersebut kemudian mencekalnya. Pertunjukan reog tetap boleh dilakukan, tetapi dengan menggunakan alur cerita baru dengan menambahkan tokoh-tokoh dari cerita rakyat Pononorogo seperi Dewi Songgolangit dan Kelana Swandana.
2. Berkaitan dengan Ilmu Kanuragan
Kesenian yang satu ini pernah dikaitkan dengan hal-hal yang mistis. Pasalnya, topeng barong yang pakai memiliki bobot yang cukup berat, yaitu sekitar 60 kg dan hanya diangkat dengan menggunakan gigi. Bagi orang normal, hal tersebut mungkin terlihat begitu mustahil.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Sugiyanto yang merupakan Ketua Paguyuban Reog Singo Mangku Joyo asal Surabaya mengatakan bahwa kesenian ini memang menggunakan ilmu kanuragan. Para pemain reog dibekali ilmu tersebut sehingga bisa mengakat topeng yang memiliki beban begitu berat.
Ilmu tersebut dipelajari secara terus menerus dan dengan latihan yang teratur. Karena kalau tidak, ilmu tersebut tidak akan bisa digunakan dengan baik.
3. Begitu Mendunia, Hingga Diakui oleh Negara Tetangga
Pada awalnya, reog hanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti khitanan, pernikahan, festival, dan hari besar nasional. Lalu kemudian, kesenian diangkat menjadi ikon budaya dari Kabupaten Ponorogo sudah dipentaskan di banyak negara.
Saking populernya, kesenian ini pernah diberitakan diklaim oleh negara tetangga, yaitu Malaysia pada tahun 2007 lalu. Namun ternyata, itu hanyalah kesalahpahaman semata. Duta Besar Malaysia pada saat itu sudah menyampaikan klarifikasinya.
Sudah Puas Menyimak Cerita Asal-Usul Reog Ponorogo?
Demikianlah legenda mengenai asal-usul Reog Ponorogo yang bisa kamu simak di sini. Semoga setelah membacanya, kamu bisa mengambil nilai-nila positif yang terkandung dalam kisah tersebut.
Nah, buat kamu yang masih ingin menyimak cerita rakyat lainnya, mending langsung cek saja artikel lain di PosKata. Contohnya saja ada Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang, Roro Jonggrang, dan masih banyak laigi. Pokoknya rugi banget kalau kamu sampai melewatkannya, deh!