Kamu suka membaca cerita legenda sebuah tempat seperti danau, kota, atau gunung? Jika belum pernah membaca asal-usul atau legenda terbentuknya Gunung Kelud, kamu bisa langsung membaca artikel ini.
Indonesia memiliki beragam cerita rakyat atau legenda tentang suatu tempat. Salah satu legenda asal-usul yang menarik untuk disimak adalah kisah Gunung Kelud.
Kalau berasal dari Kediri atau Jawa Timur, mungkin kamu sudah tak asing lagi dengan kisahnya. Singkatnya, legenda Gunung Kelud mengisahkan tentang seorang putri yang mengingkari janjinya.
Sudah tak sabar lagi ingin membaca legenda asal-usul Gunung Kelud? Tak perlu berbasa-basa lagi, langsung saja simak kisah Gunung Kelud beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya di artikel ini!
Legenda Asal-Usul Gunung Kelud
Alkisah, pada zaman dahulu, ada seorang raja bernama Prabu Brawijaya yang memimpin Kerajaan Majapahit. Ia memiliki seorang putri bernama Dyah Ayu Pusparani. Ia dikenal sangat cantik jelita dan kulitnya halus bak sutra.
Karena kecantikannya tersebut, banyak pangeran yang datang tuk melamar. Namun, tak ada satu pun yang menjadi pilihan Dyah Ayu. Hal tersebut membuat Prabu Brawijaya merasa sedih.
“Putriku yang cantik, kamu harus segera menikah, Nak! Ayahanda semakin tua. Ayah ingin menyaksikan pernikahanmu sebelum pergi dari dunia ini. Ayah tahu, kamu tentu ingin memiliki sosok suami yang hebat,” ucap Prabu Brawijaya pada putrinya.
“Ayahanda, jujur saja, Adinda ingin memiliki suami sehebat Ayah. Supaya kelak ia bisa melindungiku seperti Ayah menjagaku selama ini. Entah kenapa, aku tak bisa memilih mana yang paling hebat di antara para pria yang melamarku, Ayah,” jawab Dyah Ayu.
Mendengar keinginan anaknya, Prabu Brawijaya merasa terharu. Ia lalu memikirkan cara agar anaknya bisa mengetahui kehebatan para pria yang melamarnya. Setelah berpikir keras, akhirnya Prabu menemukan jalan keluar.
“Anakku, bagaimana kalau Ayahanda adakan sayembara untukmu. Jadi, siapa pun yang bisa membentangkan busur Kyai Garudakayasa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima adalah pria hebat yang kan jadi suamimu. Bagaimana? Kamu setuju dengan sayembara tersebut?” ucap Prabu Brawijaya.
“Baiklah, Ayah. Adinda menyetujui saran Ayah. Semoga dari sayembara tersebut Adinda mendapatkan suami yang tepat,” jawab Dyah Ayu Pusparini.
Prabu Brawijaya menggelar sayembara tersebut karena ia yakin hanya orang hebatlah yang sanggup membentangkan busur dan mengangkat gong milik para kyai itu.
Baca juga: Kisah Legenda Ciung Wanara Asal Jawa Barat yang Seru Beserta Ulasan Lengkapnya
Pagelaran Sayembara
Para pengawal kerajaan lalu menyebarluaskan sayembara kepada seluruh rakyat dan pangeran-pangeran di kerajaan sekitar. Sayembara tersebut terbuka untuk umum, jadi siapa pun bisa mengikutinya.
Pada hari yang telah ditentukan, para pria yang ingin melamar Dyah Ayu pun berkumpul di halaman kerajaan. Prabu Brawijaya duduk di singgasananya menyaksikan para pria yang melamar anaknya.
Satu persatu pria mencoba membentangkan busur dan mengangkat gong tersebut, tapi tak ada satu pun yang berhasil. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang mengalami patah tangan, patah tulang pinggang, hingga jatuh tersungkur.
Mengetahui fakta tersebut membuat Prabu Brawijaya cemas, “Adinda, bagaimana ini, belum ada satu pun pria hebat yang mampu melakukan syarat yang Ayah berikan,” ucap Brawijaya.
“Tenang Ayah, masih ada beberapa peserta yang belum mencobanya. Kita bersabar dulu saja,” ucap Dyah Ayu menenangkan ayahnya.
Betapa sedih hati Brawijaya, karena ternyata tak ada satu pun pria yang dapat membentangkan busur dan mengangkat gong itu. Saat Prabu Brawijaya hendak menutup sayembara, tiba-tiba ada satu pemuda berkepala lembu yang menghampirinya.
“Ampun, Gusti Prabu! Apakah hamba diperkenankan mengikut sayembara ini?” pinta pemuda itu.
“Hai, Pemuda aneh! Siapa namamu?” tanya Prabu Brawijaya.
“Nama hamba Lembu Suro, Prabu. Saya sangat ingin mengikuti sayembara ini,” ucap pria aneh berkepala lembu itu.
Prabu Brawijaya sebenarnya tak ingin pria aneh itu mengikuti sayembara ini. Namun, ia tak ingin orang-orang menganggapnya tak adil. Setelah berpikir sejenak, Prabu akhirnya mengizinkan Lembu Suro mengikuti sayembara. Ia beranggapan bila Lembu Suro tak akan berhasil membentangkan busur dan mengangkat gong sakti.
“Baiklah! Kamu boleh mengikuti sayembara ini,” ucap Prabu Brawijaya.
Berhasilkah Lembu Suro Memenangkan Sayembara?
Ketika Lembu Suro menghampiri gong Kyai Sekardelima, semua orang yang hadir tampak tegang, terutama sang putri. Dalam hati, ia tak ingin menjadi istri pemuda berkepala lembu itu.
Tak ada yang bisa menduga, ternyata Lembu Suro berhasil mengangkat gong sakti itu hanya dengan satu tangan saja. Semua orang bersorak dan bertepuk tangan. Namun, Prabu Brawijaya dan putrinya tampak cemas. Mereka masih berharap Lembu Suro gagal membentangkan busur Kyai Garudayaksa.
Setelah berhasil mengangkat gong, Lembu Suro lalu mengambil busur sakti milik Kyai Garudayaksa. Ia memegang busur itu dan berhenti sejenak sembari mengumpulkan tenaga. Lalu, “Bang!”, ia berhasil dengan mudah membentangkan busurnya.
Semua orang pun bersorak-sorai. Mereka kagum dengan kekuatan pria berkepala lembu tersebut. “Lembu Suro! Lembu Suro!” teriak orang-orang.
Dyah Ayu Puspitasari panik. Ia tak ingin memiliki suami seperti Lembu Suro. “Ayah, Adinda tak mau punya suami berkepala lembu. Tolong Dyah, Ayah!” rengek Dyah Ayu pada Prabu Brawijaya.
Mendengar ucapan anaknya, Prabu Brawijaya langsung terkulai karena telah mengecewakan putrinya. Akan tetapi, ia juga harus menepati janjinya untuk menjaga martabat sebagai seorang raja. Dengan demikian, Dyah Ayu tetap harus menikah dengan Lembu Suro.
Syarat dari Dyah Ayu
Karena tak ingin menikah dengan Lembu Suro, Dyah Ayu mengajukan permohonan yang tak mungkin bisa dikabulkan. Permohonan tersebut adalah saran dari Mak Inang yang selama ini menjaga Dyah Ayu.
“Lembu, sebelum menikahiku, tolonglah buatkan sumur di Gunung Kelud. Namun, sumur itu harus selesai dalam waktu semalam saja,” ucap Dyah Ayu.
Tanpa pikir panjang, Lembu Suro menyanggupi syarat tersebut. Saat sore tiba, ia langsung ke puncak Gunung Kelud dan menggali tanah dengan tanduknya. Dalam waktu singkat, ia berhasil menggali tanah yang cukup dalam.
Mengetahui hal tersebut, Dyah Ayu merasa panik. Ia tak menyangka bila Lembu Suro berhasil membuat sumur yang teramat dalam. Ia lalu merengek lagi pada Prabu Brawijaya, “Ayah, bagaimana ini? Apakah Adinda harus menikah dengannya?” ucap Dyah Ayu sambil menangis.
Prabu Brawijaya tak ingin membuat anaknya kecewa untuk kedua kalinya. Tanpa pikir panjang, ia meminta para pengawal istana untuk menimbun sumur dan Lembu Suro dengan bebatuan.
“Pengawal! Timbun sumur itu dengan tanah dan bebatuan sekarang juga!” seru sang Prabu.
“Tapi, Tuan. Di bawah masih ada Lembu Suro,” ucap salah satu pengawal.
“Aku tak peduli! Dia harus mati!” seru Prabu Brawijaya.
Tak satu pun pengawal yang berani membantah. Mereka pun segera melaksanakan perintah sang raja. Lembu Suro terkejut karena tanah dan bebatuan jatuh menimpanya.
“Tolonngg!…Tolong!…Tolong! Jangan timbun aku dalam sumur ini!” teriak Lembu Suro meminta tolong.
Para pengawal tak menghiraukan teriakan pria berkepala lembu itu. Mereka tetap menimbun sumur itu dengan bebatuan dan tanah. Dalam sekejap, Lembu Suro terkubur dalam Gunung Kedul.
Sumpah Serapah
Sebelum akhirnya meninggal, ia berteriak sangat keras sehingga terdengar dari luar, “Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung.”
Bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi, “Wahai orang-orang Kediri, suatu saat akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung menjadi daerah perairan dalam.”
Karena sumpah penuh amarah itu, warga dan raja pun ketakutan. Ia lalu memerintahkan para pengawal untuk membangun sebuah tanggul pengaman yang kokoh di sekitar Gunung Kelud. Tanggul tersebut telah berubah menjadi Gunung Pegat.
Setiap Suro, Prabu Brawijaya juga menyelenggarakan ritual selametan yang disebut larung sesaji untuk mendoakan Lembu Suro. Karena sumpah serapah tersebut, warga meyakini jika Gunung Kelud meletus, maka itu adalah amukan Lembu Suro sebagai pembalasan dendam atas perbuatan Prabu Brawijaya dan putrinya.
Baca juga: Cerita Rakyat Asal-Usul Gunung Semeru Beserta Ulasan Menariknya
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita legenda asal-usul Gunung Kelud di atas, kamu mungkin jadi penasaran dengan unsur intrinsiknya. Berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari legenda asal-usul Gunung Kelud ini adalah tentang pengkhianatan. Lebih tepatnya tentang seorang raja yang mengingkari janji karena tak ingin menikahkan putrinya pada pemuda berkepala lembu.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam legenda asal-usul Gunung Kelud ini, terdapat tiga tokoh utama. Mereka adalah Prabu Brawijaya, Dyah Ayu Pusparini, dan Lembu Suro.
Prabu Brawijaya merupakan ayah yang baik dan sangat menyayangi anaknya. Maka dari itu, ia rela membunuh seorang pemuda hanya karena tak ingin anaknya kecewa.
Meski memilki wajah yang cantik nan rupawan, Dyah Ayu tak punya hati nurani. Ia bahkan tak menepati janjinya kepada Lembu Suro yang telah berjuang untuk mendapatkan dirinya. Sementara Lembu Suro sendiri adalah pria perkasa yang bisa melakukan apa pun.
3. Latar
Sudah terlihat jelas bila cerita ini mengambil latar tempat di Gunung Kidul dan kerajaan. Sementara untuk latar waktunya adalah pagi dan sore hari.
4. Alur Cerita Legenda Asal-Usul Gunung Kelud
Kalau menyimak kisah legenda ini dengan seksama, kamu tentu bisa menebak bila alurnya adalah maju. Cerita bermula dari keresahan sang raja karena anaknya tak kunjung menikah.
Lalu, ia memutuskan untuk menggelar sayembara, yakni siapa pun yang bisa membentangkan busur Kyai Garudakayasa dan mengangkat gong Kyai Sekardelimi akan menjadi menantunya.
Sayangnya, hanya 1 pemuda yang bisa memenuhi syarat tersebut, yaitu Lembu Suro. Karena memiliki wajah yang aneh, raja tak rela menikahkan putrinya dengan pria itu. Pada akhirnya, raja meminta pengawal untuk membunuhnya.
5. Pesan Moral
Ada 2 pesan moral yang dapat dipetik dari legenda asal-usul Gunung Kelud ini. Pertama, janganlah mengingkari janjimu. Jika telah mengucap janji, kamu harus menepatinya.
Kedua, janganlah menilai orang dari luarnya saja. Lembu Suro memang memiliki tampang yang tak lazim karena menyerupai seekor sapi. Tapi, ia adalah pria kuat, pantang menyerah, dan baik hatinya. Tak seharusnya raja membunuhnya hanya karena memiliki wajah tak rupawan.
Selain intrinsik, asal-usul Gunung Kelud ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Seperti nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang sesuai dengan lingkungan sekitar.
Baca juga: Legenda Asal Usul Munculnya Selat Bali Beserta Ulasan Menariknya
Fakta Menarik
Usai membaca cerita dan mengulik unsur intrinsiknya, apakah kamu penasaran dengan beberapa fakta menarik Gunung Kelud? Jika iya, simak ulasan berikut;
1. Memiliki Beragam Mitos
Tampaknya, Indonesia memiliki beragam gunung yang punya cerita mitosnya masing-masing. Gunung Kelud sendiri mempunyai beragam mitos yang dipercaya oleh penduduk sekitarnya.
Mitos pertama adalah soal kutukan Lembu Suro. Warga meyakini bila terjadi letusan dari gunung yang berlokasi di Kediri ini merupakan amarah dari Lembu Suro.
Kedua, para warga sekitar memiliki keyakinan bahwa gunung ini biasa meletus 20 tahun sekali. Ketiga, orang-orang meyakini bila keris Mpu Gandring yang terkenal sakti dan memiliki aura jahat terkubur di kawah gunung ini. Karenanya, tak sedikit orang yang mencoba mencari keris ini.
2. Ritual saat Bulan Suro
Dalam legenda asal-usul Gunung Kelud di atas, telah diceritakan bila Prabu Brawijaya selalu mengadakan ritual larung sesaji tiap Suro untuk memohon perlindungan. Pada era modern ini, ternyata warga juga masih melakukan tradisi larung sesaji . Tujuannya adalah sebagai bentuk rasa syukur dan memohon perlindungan pada Tuhan.
3. Pernah Mengalami Erupsi Selama 45 Hari
Sejarah mencatat Gunung Kelud sempat menggemparkan warga Kediri dan sekitarnya karena pernah mengalami erupsi selama 45 hari yang berlangsung sejak 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990.
Saking dahsyatnya, peristiwa tersebut mengeluarkan lahar dingin sampai sejauh 24 kilometer dan melewati 11 sungai.
Baca juga: Kisah Legenda Putri Hijau dari Labuhan Deli Beserta Ulasan Menariknya
Sudah Puas Membaca Legenda Asal-Usul Gunung Kidul?
Demikianlah kisah legenda asal-usul Gunung Kidul beserta ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Apakah kamu sudah puas dengan kisah yang kami rangkum? Bila menyukainya, kamu bisa menceritakan kisah ini pada si kecil.
Kalau kamu penasaran dengan kisah yang lainnya, langsung saja kepoin PosKata.com kanal Ruang Pena. Ada beragam kisah nusantara seperti asal-usul Gunung Merapi, Danau Toba, Kebo Iwa, dan lain-lain. Selamat membaca!