Bukit Kelam menjadi salah satu tujuan wisata yang dikunjungi banyak wisatawan. Selain pemandangannya yang indah, cerita asal mula Bukit Kelam juga menarik untuk dibahas. Yuk, langsung simak ulasannya dalam artikel ini!
Asal mula Bukit Kelam menjadi cerita legendaris dari Kalimantan Barat. Keberadaan bukit batu yang menyajikan pemandangan alam mempesona ini memang mengundang banyak perhatian.
Bila belum familier dengan legendanya, kamu bisa menyimak kisah lengkap tentang Bukit Kelam dalam artikel ini. Supaya wawasanmu menjadi semakin luas, ada juga informasi mengenai unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik yang tak boleh kamu lewatkan.
Bagaimana? Sudah tak sabar ingin tahu tentang cerita rakyat asal mula Bukit Kelam dan ulasannya? Kalau begitu, langsung simak pembahasan lengkapnya dalam uraian berikut ini, ya!
Cerita Rakyat Asal Mula Bukit Kelam
Pada zaman dahulu kala, ada dua orang pemimpin dari keturunan yang memiliki kesaktian tinggi di wilayah Sintang, Kalimantan Barat. Dua laki-laki itu masing-masing bernama Sebeji dan Temenggung Marubai.
Sebeji atau biasa dikenal sebagai Bujang Beji merupakan seorang pemimpin yang memiliki sifat dengki, serakah, dan suka merusak. Ia tak suka dengan orang-orang yang mempunyai kelebihan dari dirinya. Maka dari itu, tak heran kalau laki-laki ini kurang begitu disukai.
Sementara itu, Temenggung Marubai adalah pemimpin yang rendah hati, berhati mulia, dan suka menolong. Sikapnya yang sangat berbeda dengan Bujang Beji membuat laki-laki ini lebih disegani.
Bujang Beji dan Temenggung Marubai mempunyai profesi yang sama, yakni berladang, berkebun, dan menangkap ikan. Temenggung Marubai dan pengikutnya menguasai wilayah sungai di Simpang Melawi. Sedangkan sungai di Simpang Kapuas menjadi wilayah kekuasaan Bujang Beji dan pengikutnya.
Sungai di Simpang Melawi mempunyai beragam jenis ikan dan jumlahnya lebih banyak apabila dibandingkan dengan sungai di Simpang Kapuas. Oleh sebab itu, hasil tangkapan Temenggung Marubai setiap hari terlihat lebih banyak daripada Bujang Beji.
Rupanya, Temenggung Marubai menangkap ikan dengan teknik yang ramah lingkungan. Ia menggunakan bubu (perangkap ikan) raksasa dari batang bambu dan menutup sebagian arus sungai degan batu-batu supaya ikan-ikan terperangkap dalam bubu-nya.
Setelah banyak ikan terkumpul dalam perangkapnya, Temenggung Marubai biasanya akan memilah-milah hasil tangkapannya. Ikan-ikan besar akan ia bawa pulang, sementara ikan-ikan yang masih kecil akan dilepaskannya kembali ke dalam air sungai.
Dengan melepaskan ikan-ikan kecil, Temenggung Marubai berharap bahwa ikan-ikan itu nantinya akan menjadi besar dan bereproduksi untuk memperbanyak jumlahnya. Hal itu membuat populasi ikan di sungai di Simpang Melawi akan terus terjaga.
Iri Hati yang Dirasakan oleh Bujang Beji
Hasil tangkapan ikan Temenggung Marubai yang melimpah ternyata dalam cerita rakyat asal mula Bukit Kelam menjadi alasan munculnya rasa iri dalam hati Bujang Beji. Laki-laki ini lalu memutuskan untuk menangkap ikan di sungai di Simpang Kapuas dengan cara menuba. Ia menggunakan ramuan tradisional untuk membuat racun dari akar tuba.
Pemberian racun tuba akan membuat ikan-ikan yang hidup di dalam air sungai menjadi mabuk dan menjadi lemas sehingga mudah ditangkap. Meskipun disebut sebagai racun, tapi racun tuba tidak mengakibatkan pencemaran atau pengrusakan di aliran sungai.
Sayangnya, ketika racun tuba disebarkan dalam air sungai, semua ikan akan merasakan efeknya. Akibatnya, tak hanya ikan besar yang ikut mabuk, tapi juga ikan-ikan kecil. Maka dari itu, menuba bisa memengaruhi populasi ikan jika dipakai setiap hari.
Hasil tangkapan Bujang Beji dengan cara menuba memang menunjukkan jumlah yang melimpah di awal. Namun, lama-kelamaan, ikan-ikan yang berhasil ditangkap laki-laki ini semakin jumlahnya berkurang karena tidak ada yang sempat berkembang biak.
Bujang Beji membandingkan tangkapan ikannya dengan Temenggung Marubai yang selalu terlihat melimpah. Rasa iri dan dengki semakin kuat dalam hati laki-laki ini. Ia lalu mencari untuk menghabisi populasi ikan-ikan di sungai di Simpang Melawi.
Setelah beberapa hari berpikir, Bujang Beji akhirnya menemukan sebuah cara paling baik, yakni dengan menutup aliran hulu sungai di Simpang Melawi. Dengan cara itu, ikan-ikan akan terkumpul di hulu dan tidak mudah ditemukan di sepanjang sungai bagian hilir.
Baca juga: Dongeng tentang Tupai dan Ikan Gabus beserta Ulasannya, Kisah tentang Persahabatan Sejati
Rencana untuk Menutup Aliran Hulu Sungai
Bujang Beji lalu memutuskan untuk mengangkat puncak Bukit Batu di Nanga Silat, Kabupaten Kapuas Hulu. Laki-laki ini memikul puncak Bukit Batu yang besar itu dengan mengandalkan kesaktiannya yang tinggi. Ia mengikat puncak bukit dengan tujuh lembar daun ilalang agar tidak mudah jatuh dalam perjalanan.
Bujang Beji mendengar suara tertawa perempuan saat berjalan menuju hulu sungai Simpang Melawi. Ternyata, diceritakan dalam legenda asal mula Bukit Kelam bahwa suara tawa itu berasal dari para dewi di kahyangan yang tengah memperhatikan tingkah laku Bujang Beji.
Ketika sampai di persimpangan Kapuas dan Melawi, Bujang Beji mencoba mendongak ke atas. Sayangnya, belum sempat ia melihat siapa saja para dewi kahyangan yang menertawakannya, tanpa sengaja kakinya ternyata menginjak duri.
“Aduh, sakit!” jerit Bujang Beji dalam kesakitan sambil berjingkat-jingkat. Akibatnya, tujuh lembar daun ilalang yang digunakan untuk menahan puncak bukit di bahunya tiba-tiba putus. Puncak bukit batu pun lalu terjatuh dan tenggalam di sebuah rantau yang dikenal sebagai Jetak.
Melihat puncak bukit bawaannya jatuh tidak sesuai dengan lokasi yang ia inginkan, Bujang Beji mendongak ke atas kahyangan dan melontarkan ancaman kepada para dewi. Ia menghentakkan kakinya yang terkena duri ke salah satu bukit di dekatnya.
Untuk mencongkel Bukit Batu yang terbenam dalam Jetak, Bujang Beji kemudian mengangkat sebuah bukit yang bentuknya memanjang. Sayangnya, Bukit Batu itu telah melekat pada Jetak dan tidak bisa dicongkel.
Bukit panjang yang digunakan oleh Bujang Beji bahkan sampai patah menjadi dua. Niat Bujang Beji untuk menutup aliran hulu sungai di Simpang Melawi pun akhirnya mengalami kegagalan.
Balas Dendam Bujang Beji untuk Para Dewi Kahyangan
Amarah Bujang Beji dalam cerita asal mula Bukit Kelam dikisahkan menjadi memuncak dan ia bersumpah untuk membalas dendam pada para dewi di kahyangan yang menggagalkan rencananya. Untuk mencapai kahyangan, laki-laki ini menanam pohon kumpang mambu.
Pohon kumpang mambu yang ditanam oleh Bujang Beji mengalami pertumbuhan yang cepat dalam beberapa hari. Pohon ini memiliki tinggi yang menjulang dan puncaknya sampai tidak tampak bila dilihat dari bawah.
Untuk melancarkan rencananya pergi ke kahyangan, Bujang Beji melakukan upacara sesajian adat yang dikenal sebagai bedarak begelak. Upacara ini bertujuan untuk memberikan makan kepada seluruh binatang dan roh jahat agar tidak menghalangi perjalanan Bujang Beji.
Sayangnya, tidak semua binatang dapat menikmati sesajian yang telah disiapkan oleh Bujang Beji. Sebut saja kawanan beruang dan sampok (rayap). Para binatang itu murka karena merasa diremehkan oleh Bujang Beji.
Pada suatu malam, kawanan beruang dan sampok kemudian melakukan pertemuan. Mereka saling berdiskusi untuk mencari cara menggagalkan rencana Bujang Beji agar tidak bisa ke kahyangan.
“Apa yang harus kita lakukan untuk menghalangi Bujang Beji, Raja Beruang?” tanya Raja Sampok kepada Raja Beruang dalam pertemuan mereka.
“Bagaimana kalau kita robohkan pohon kumpang mambu milik Bujang Beji?” usul Raja Beruang. Raja Sampok kemudian menanyakan cara yang bisa digunakan untuk merobohkan pohon yang besar dan tinggi itu.
“Kita kerahkan saja kawanan beruang dan sampok untuk menggerogoti akar pohon ketika Bujang Beji sedang memanjatnya,” jawab Raja Beruang. Seluruh kawanan sampok dan beruang yang hadir dalam pertemuan itu mengangguk setuju.
Kematian Bujang Beji dan Penamaan Bukit Kelam
Tibalah hari di mana Bujang Beji untuk memanjat pohon kumpang mambu. Laki-laki ini memanjat dengan tenang dan percaya bahwa tak akan ada hewan atau roh jahat yang mengganggunya.
Namun, sebelum Bujang Beji sempat mencapai kahyangan, pohon yang ia panjat tiba-tiba goyang dan terdengar suara batang pohon patah. Ternyata, kawanan sampok dan beruang telah berhasil menggerogoti akar pohon kumpang yang dipanjat Bujang Beji.
Bujang Beji berteriak minta tolong bersamaan dengan tumbangnya pohon kumpang mambu. Sayangnya, takdir berkata lain. Ia mati setelah jatuh badannya remuk karena jatuh dari pohon kumpang mambu yang tinggi menjulang itu.
Batang pohon itu terhempas di hulu sungai Kapuas, tepatnya di antara Danau Luar dan Danau Belidak. Gagallah usaha Bujang Beji untuk membalaskan dendamnya kepada para dewi di kahyangan.
Temenggung Marubai beruntung karena terhindar dari bencana yang direncanakan oleh Bujang Beji. Populasi ikan di sungai di Simpang Melawi tetap melimpah dan bisa ditangkap untuk kebutuhan sehari-hari.
Konon, tubuh Bujang Beji oleh masyarakat sekitar kemudian dibagi-bagi untuk dijadikan sebagai jimat kesaktian. Puncak bukit Naga Silat yang lepas dari pikulan Bujang Beji dinamai sebagai Bukit Kelam.
Sementara itu, bukit panjang yang digunakan untuk mencongkel oleh Bujang Beji disebut sebagai Bukit Liut. Bukit yang menjadi tempat pelampiasang Bujang Beji saat kakinya terkena duri dinamai Bukit Rentap.
Begitulah akhir dari legenda asal mula Bukit Kelam. Cerita yang berasal dari Kalimantan Barat ini terus disampaikan secara turun-temurun agar tetap lestari.
Baca juga: Cerita Nabi Musa As Membelah Laut dalam Sudut Pandang Alquran & Ilmu Pengetahuan
Unsur Intrinsik Kisah Asal Mula Bukit Kelam
Nah, sebelumnya kamu telah mengetahui cerita lengkap terbentuknya Bukit Kelam dalam informasi di atas. Selanjutnya, ada ulasan menarik tentang unsur-unsur intrinsik ceritanya yang perlu kamu simak. Yuk, cek pembahasan berikut!
1. Tema
Tema atau inti cerita dari kisah asal mula Bukit Kelam adalah tentang sifat iri yang dimiliki oleh manusia. Dalam cerita itu, dikisahkan bahwa Bujang Beji tidak terima bila Temenggung Marubai selalu mendapatkan hasil ikan yang melimpah.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang dikisahkan dalam cerita rakyat dari Kalimantan Barat ini. Mereka adalah Temenggung Marubai, Bujang Beji, raja sampok, raja beruang, dan para dewi kahyangan.
Temenggung Marubai dijelaskan sebagai pemimpin yang bijaksana, peduli dengan lingkungan, murah hati, dan tidak serakah. Sementara itu, Bujang Beji adalah sosok yang mudah iri, dengki, dan sombong.
Raja Sampok adalah pimpinan dari kawanan rayap yang tinggal di sekitar Simpang Melawi dan Simpang Kapuas. Hewan ini diceritakan sebagai karakter yang mudah tersinggung. Watak yang sama juga ditunjukkan oleh raja beruang.
Karakter para dewi kahyangan sendiri hanya dijelaskan secara sekilas. Dalam kisah tersebut, mereka digambarkan sebagai sosok-sosok yang mudah merendahkan niat manusia.
3. Latar
Latar atau tempat kejadian di mana legenda asal mula Bukit Kelam terjadi terdapat di beberapa lokasi. Sebut saja daerah Simpang Melawi, Simpang Kapuas, kahyangan, dan Bukit Batu.
4. Alur
Alur dari cerita rakyat terbentuknya Bukit Kelam sendiri termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Kisah dimulai dengan perkenalan dua pemimpin sakti yang sifatnya berkebalikan, yakni Temenggung Marubai dan Bujang Beji.
Selanjutnya, masalah muncul ketika Bujang Beji merasa iri dengan hasil tangkapan Temenggung Marubai. Puncak konflik terjadi ketika Bujang Beji gagal menutup aliran hulu sungai dan hendak membalaskan dendamnya kepada para dewi kahyangan.
Namun, pada akhirnya takdir tidak memihak Bujang Beji karena ia menghembuskan napasnya yang terakhir setelah jatuh dari ketinggian. Jatuhnya laki-laki ini akibat dari perbuatan kawanan sampok dan beruang yang menggerogoti akar pohon dan membuat pohong yang tinggi menjulang itu tumbang.
5. Pesan Moral
Pesan moral dari cerita rakyat asal mula Bukit Kelam adalah untuk tidak menjadi pribadi yang iri terhadap orang lain. Selain itu, kamu diajari untuk tidak menjadi seseorang yang sombong dan merasa paling berkuasa.
Jika Bujang Beji mau belajar dari Temenggung Marubai, barangkali ia tidak akan sampai mengorbankan nyawanya hanya demi lebih terlihat superior. Dari Temenggung Marubai, kamu dapat belajar menjadi pribadi yang bijaksana dan selalu bersyukur.
Tak hanya unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa disimpulkan berdasarkan kisah terbentuknya Bukit Kelam. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, termasuk nilai sosial, budaya, dan moral.
Baca juga: Legenda Si Jampang dan Ulasan Menariknya, Jagoan untuk Wong Cilik Asal Betawi
Fakta Menarik
Kisah terbentuknya asal mula Bukit Kelam dan unsur-unsur intrinsiknya telah kamu simak. Namun, rasanya tak lengkap kalau kamu tidak sekalian tahu tentang apa saja fakta-fakta menarik dari cerita rakyat asal Kalimantan Barat ini. Yuk, simak!
1. Batu Terbesar di Dunia
Bukit Kelam atau juga dikenal sebagai Gunung Kelam merupakan batuan monolit raksasa yang tingginya sekitar 1002 mdpl atau kira-kira 900 meter dari permukaan tanah. Hal itu menjadikan Bukit Kelam sebagai batu tertinggi dan terbesar di dunia.
Menurut penelitian, diperkirakan bahwa Gunung Kelam merupakan batu meteor yang jatuh ke bumi di masa silam. Alasannya, unsur pembentuk batu memiliki kesamaan dengan unsur bebatuan meteor.
2. Menjadi Destinasi Wisata
Secara resmi, Bukit Kelam dijadikan sebagai tujuan wisata alam di Kalimantan Barat pada tahun 2002. Harga tiketnya sendiri tergolong terjangkau karena pada hari biasa dikenakan biaya sebesar 15 ribu rupiah dan 20 ribu rupiah di hari libur.
Wisatawan dari dalam maupun luar negeri sering mengunjungi kawasan wisata Gunung Kelam. Untuk wisatawan internasional, kebanyakan datang dari kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian.
3. Kekayaan Alam yang Melimpah
Gunung Kelam menyimpan kekayaan flora yang melimpah. Bahkan, bukit ini menjadi tempat tumbuhnya tanaman endemik anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan kantong semar (Nepenthes clipeata).
Baca juga: Kisah Terbentuknya Danau Lau Kawar dan Ulasannya, Salah Sangka yang Berujung Petaka
Cerita Asal Mula Bukit Kelam sebagai Dongeng Pengantar Tidur
Demikian ringkasan kisah terbentuknya Bukit Kelam dari Kalimantan Barat yang dapat kami rangkum. Semoga saja pesan-pesan bijak yang terkandung di dalamnya dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain artikel ini, kamu bisa menyimak cerita rakyat yang juga tak kalah keren di PosKata. Beberapa di antaranya adalah legenda Nyi Roro Kidul, kisah munculnya Batu Gantung Danau Toba, dan cerita rakyat Ikan Sakti Sungai Janiah. Selamat membaca!