
Buat yang sering membaca dongeng 1001 Malam, mungkin kamu sudah tak asing dengan karakter Abu Nawas. Dalam, kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang ada di artikel ini, yuk simak betapa cerdik dan konyol dirinya!
Abu Nawas adalah salah satu tokoh dalam dongeng 1001 Malam. Ia kerap digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan konyol. Salah satu kisah terbaik yang menceritakan kekonyolannya adalah dongeng Abu Nawas dan Telur Unta.
Kalau kamu penyuka dongeng 1001 Malam, kisah tersebut mungkin sudah tak asing lagi bagimu. Buat yang belum baca, secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang seorang raja yang menderita suatu penyakit. Karena tak kunjung sembuh, Abu Nawas pun memberinya saran tuk memakan telur unta.
Lantas, hal apa yang akan dilakukan raja? Akankah ia percaya bahwa unta itu menghasilkan telur? Kalau penasaran dengan kisah selanjutnya, tak perlu berlama-lama lagi. Mending langsung saja simak cerita, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik Abu Nawas dan Telur untuk di bawah ini!
Cerita Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta
Alkisah, pada suatu hari, hiduplah seroang raja bernama Harun Al Rasyid. Ia merasakan sakit di sekujur tubuunya. Bahkan, untuk berjalan saja ia tak kuat. Badannya pegal-pegal dan terasa sangat lemas.
Ia lalu memanggil tabib istana tuk mengobatinya. Namun, tabib itu tak berhasil. Baginda Raja tetap saja tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal. Ia lalu memanggil satu persatu tabib di Kota Bagdad. Sayangnya, penyakitnya tak jua dapat disembuhkan. Atas saran dari pengawal istana, Baginda Raja akhirnya membuat sayembara.
“Barang siapa bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit Baginda Harun Al Rasyid akan mendapatkan hadiah berupa uang dan emas yang banyak,” ucap pengawal pada rakyat di Kota Bagdad.
Sayembara itu pun langsung tersebar luas. Banyak sekali orang dan tabib yang mencoba mengobati Baginda Raja. Sayang sekali, tak ada satu orang pun berhasil menyembuhkan sang Raja.
Hingga suatu hari, Abu Nawas mendengar sayembara itu. Ia tertarik untuk mengikuti sayembara tersebut. Padahal, sebenarnya ia tak punya kemampuan dalam mengobati.
Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Harun Al Rasyid. Betapa terkejutnya Raja melihatnya, “Hmm, rupanya kau ikut pula dalam sayembara ini.”
“Tentu saja, Baginda. Hamba ingin Baginda sehat kembali,” ucap Abu Nawas.
“Lantas, apa yang bisa kau lakukan untuk mengobati penyakitku ini? Kulihat kau tak membawa obat-obatan atau peralatan untuk menyembuhkanku,” tanya Harun Al Rasyid.
“Hamba akan mencobanya dengan cara yang berbeda dari para tabib lainnya, Baginda. Karena, tampaknya pengobatan biasa tak bisa menyembuhkan Baginda. Benar begitu, bukan?” ujarnya meyakinkan Raja.
“Baiklah, cara apa yang kau tawarkan?” tanya Raja.
“Sebelum memberikan obat, bisakah Baginda menceritakan apa yang dirasakan?” tanyanya,
“Badanku terasa pegal dan lemas. Tangan dan kakiku nyeri dan pegal-pegal. Untuk berjalan pun terasa susah. Padahal, selama ini aku tak banyak bergerak,” ujar Baginda Raja.
Abu Nawas Mencari Cara Tuk Mengobati Baginda
Setelah melakukan pemeriksaan pada tubuh Baginda, Abu Nawas tak langsung memberikan obat. Ia meminta waktu selama 2 hari untuk meramu obat terbaik. Sebenarnya, ia belum tahu rencana selanjutnya. Raja pun setuju tuk memberinya waktu dua hari.
Sepulangnya dari istana, Abu Nawas duduk di bawah pohon yang rindang. Ia memikirkan cara untuk mengobati sang Raja. Wajar saja bingung, ia bukanlah seorang tabib.
Di tengah pikirannya yang sedang kalut, ia melihat dari kejauhan seorang kakek tua yang sedang memetik buah kurma di kebun. Abu Nawas yang heran pun mendekati kakek itu.
“Kek, kau sudah tua. Kenapa malah memetik buah. Di mana anak dan cucumu?” ujarnya sambil membantu sang kakek mengambil buah-buahan.
“Bukan tanpa alasan, Nak. Kakek justru senang melakukannya. Kalau diam diri di rumah, tubuhku akan terasa pegal-pegal. Jadi, aku harus terus bergerak agar ototku tak kaku,” jawab kakek itu.
“Oh, jadi begitu rupanya,” jawabnya. Jawaban dari sang kakek membuat Abu Nawas mengetahui penyebab dari penyakit sang Raja. Ia lalu mendapatkan ide untuk mengobati sang Raja.
Keesokan harinya, Abu Nawas kembali menemui Baginda Raja. “Hai, belum dua hari kenapa kau sudah menghadapku. Apakah kau sudah menyiapkan obat untukku?” tanya Raja.
“Maafkan hamba, Baginda. Kali ini hamba tak dapat membawa obat yang dapat baginda minum. Obat yang bisa menyembuhkan Baginda adalah telur unta. Baginda harus mencarinya sendiri. Jika tidak, khasiatnya akan menghilang,” terang Abu Nawas.
“Kalau itu saranmu, baiklah. Aku akan mencarinya sendiri. Tapi, jika aku tak berhasil sembuh, kau akan aku hukum,” ujar Raja.
Saat pagi tiba, Harun Al Rasyid dengan sekuat tenaga bangun dari tempat tidurnya untuk mencari telur unta di pasar. Ia bertanya dari satu penjual ke penjual lain, namun tak ada satu pun yang menjualnya.
Sebenarnya, para pedagang merasa heran, dalam hati mereka bertanya, “Bukankah unta itu beranak bukan bertelur?”. Namun, mereka tak berani mengatakan hal tersebut pada baginda Raja.
Baginda Mencari Telur Unta
Setelah berkeliling kota, Raja tak menemukan satu pun penjual telur unta. Setelah itu, ia bertemu dengan seorang nenek. “Nek, tahukah kau di mana pedagang yang menjual telur unta?” ujarnya.
Nenek itu pun terkejut. Ia lalu menjawabnya dengan jujur, “Kalau pun kau mencarinya hingga ujung dunia, kau tak akan bisa menemukannya.” Sambil tertawa kecil, ia berkat, “Unta itu tidak bertelur. Ia beranak.”
Setelah mendengar jawaban tersebut, Harun Al Rasyid pun merasa dibodohi oleh Abu Nawas. Ia merasa geram dan marah. Tak sabar rasanya ingin menghukum pria itu. Namun, ia terlalu lelah. Sesampainya di istana, ia langsung tertidur pulas.
Keeseokan harinya, bagindar Raja merasa segar bugar. Penyakit yang ia derita hilang begitu saja. Meski begitu, ia tetap ingin menghukum Abu Nawas. Ia tak terima pria itu telah membohonginya.
Ia lalu memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Abu Nawas ke istana. Tak lama kemudian, pria itu menghadap sang Raja.
“Bagaimana, Tuanku? Apakah engkau telah menemukan telur unta sesuai yang telah hamba ajarkan?”
“Berani-beraninya kau telah mempermainkanku!” ujar Baginda marah.
“Apa maksud Baginda?” ujar Abu Nawas.
“Beraninya kau menyuruhku mencari telur unta! Padahal, ia tak bertelur tapi beranak!” ujar Baginda kesal.
“Tentu saja Baginda tak akan menemukannya, sebab tak ada satupun unta yang bertelur di dunia ini. Tapi, sekarang hamba hendak bertanya, apakah badan Baginda masih pegal-pegal?” ujarnya.
“Tidak. Aku sudah tidak merasakannya,” jawab Baginda.
“Apakah tangan dan kaki Baginda masih merasa nyeri?” tanya Abu Nawas.
“Tentu tidak. Aku bahkan semalam tertidur pulas,” jawab Baginda Raja.
“Itu berarti, hamba tak bersalah, kan? Hamba berhasil menyembuhkan Baginda,” jawab Abu Nawas dengan santai.
Mendengar hal itu, Harun Al Rasyid pun tak jadi kesal. Ia justru tertawa tergeleng-geleng mendengar Abu Nawas. Kini, ia rajin bergerak agar tak pegal-pegal lagi.
Unsur Intrinsik
Usai membaca kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang lucu di atas, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi. Langsung saja simak ulasan singkatnya di artikel ini!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kercedikan Abu Nawas. Terinspirasi dari seorang kakek yang memetik buah di pohon, ia mendapatkan ide tuk menyembuhkan penyakit sang Raja. Meskipun idenya terdengar konyol, yang penting raja berhasil sembuh dan sehat.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam cerita ini. Siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan Harun Al Rasyid. Seperti kisah-kisah lainnya, Abu Nawas selalu digambarkan sebagai pria yang cerdik dan konyol.
Harun Al Rasyid digambarkan sebagai raja yang pemalas. Sebab, penyakit pegal-pegal yang ia rasakan karena jarang bergerak. Hal itu menandakan bahwa ia kerap berdiam diri di istana. Selain itu, ia juga memiliki sifat mudah percaya. Buktinya, ia langsung mengikuti saran Abu Nawas untuk mencari telur unta.
Selain tokoh utama, cerita ini juga memiliki tokoh pendukung yang turut mewarnai kisahnya. Mereka adalah Kakek pemetik buah yang menginspirasi Abu Nawas dan seorang Nenek jujur yang memberitahu baginda bahwa unta tidak bertelur.
3. Latar
Ada beberapa latar tempat yang digunakan dalam cerita ini. Secara general, latar tempatnya adalah di Kota Baghdad. Secara spesifik, ada beberapa latar tempat yang digunakan, seperti istana, pasar, di bawah pohon rindang, dan perkebunan.
4. Alur Cerita Abu Nawas dan Telur Unta
Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta memiliki alur maju. Cerita bermula dari seorang raja yang menderita penyakit pegal-pegal pada badannya dan nyeri pada kaki dan tangannya. Ia mengundang tabib istana, tapi penyakitnya tak hilang
Setelah itu, ia juga mengundang beberapa tabib di kota. Namun, hasilnya nihil. Penyakitnya tak kunjung hilang. Sepanjang hari, ia merasakan pegal-pegal dan nyeri. Sampai akhirnya, sayembara pun ia buat. Barangsiapa yang bisa menyembuhkan penyakit Raja, maka hadiah berupa emas dan uang akan ia dapatkan.
Orang-orang pun berbondong-bondong datang ke istana untuk mencoba mengobati Raja. Sayangnya, belum ada yang berhasil. Sayembara itu pun sampai ke telinga Abu Nawas. Meski bukan tabib, ia ingin mencoba mengobati baginda Raja. Ia pun bergegas ke istana. Setelah medengar keluh kesah sang Raja, Abu Nawas minta waktu selama dua hari untuk mencari obat.
Sebenarnya, Abu Nawas merasa bingung memikirkan solusi atas permasalahan sang Raja. Saat memikirkannya di bawah pohon, ia melihat seorang kakek memetik buah. Kakek itu berkata kalau hanya berdiam diri di rumah, tubuhnya akan terasa pegal-pegal.
Dari situlah Abu Nawas mendapatkan inspirasi untuk menghilangkan penyakit Baginda Raja. Keesokan harinya ia kembali ke istana dan mengatakan pada Raja untuk mencari telur unta.
Ia harus mencarinya sendiri. Sebab, bila yang mencari orang lain, maka khasiatnya akan menurun. Dengan polosnya, Baginda Raja memercayai perkataan Abu Nawas. Ia pergi ke pasar untuk mencari telur unta.
Dari satu penjual ke penjual lain, telur unta tak dapat ia temukan. Lalu, ia bertemu dengan seorang nenek. Ia bertanya pada nenek itu, di mana bisa menemukan telur unta. Sang nenek pun terkejut. Namun, dengan jujur ia menjawab bahwa unta tak bertelur melainkan beranak.
Sontak hal itu membuat Baginda Raja marah besar. Meski demikiaan, penyakitnya berhasil sembuh. Sebab, obat dari penyakitnya hanyalah sering bergerak agar otot-otot tidak kaku.
5. Pesan Moral
Apa saja pesan moral dari cerita dongeng ini? Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik, salah satunya adalah jangan jadi orang pemalas. Jarang bergerak akan membuat otot-ototmu kaku dan jadi mudah merasa pegal-pegal.
Pesan kedua adalah jadilah orang yang solutif seperti Abu Nawas. Ia tak serta merta memberi obat pada sang Raja. Namun, ia mencari dulu akar permasalahannya. Setelah itu, barulah ia mencari solusi.
Tidak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Di antaranya adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, seperti nilai budaya, sosial, dan moral.
Fakta Menarik
Tak banyak yang bisa diulik dari cerita dongeng Abu Nawas dan Terlu Unta ini. Meski demikian, ada satu fakta yang harus kamu baca. Apakah itu? Berikut ulasan singkatnya;
1. Versi Lain
Pada umumnya, suatu dongeng memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Dongeng ini memiliki versi cerita lainnya. Secara garis besar, kisahnya tetap sama, yaitu tentang kecerdikan Abu Nawas dalam menyembuhkan sang Raja.
Bedanya, ketika sang Raja bertemu dengan sang nenek, ia tak hanya menanyakan soal telur unta saja. Tapi, ia turut membantu sang nenek membawakan kayu bakar hingga ke rumah nenek itu. Karena membawa kayu bakar yang cukup berat itulah penyakit pegal-pegal sang Raja menghilang.
Artinya, sang Raja dalam versi ini tidak melulu memiliki sifat pemalas. Tapi, ia juga baik hati karena telah menolong seorang nenek yang sedang membawa kayu bakar.
Hibur Teman-Temanmu dengan Kisah Lucu Abu Nawas dan Telur Unta di Atas
Demikianlah kisah Abu Nawas dan Telur Unta beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Apakah kamu suka dengan kisahnya? Kalau iya, jangan ragu tuk membagikannya dengan teman-temanmu.
Jika mau baca kisah menarik lainnya, langsung saja cek situs Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada kisah tentang Batu dan Pohon Ara, persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi, Pengembara dan Sebuah Pohon, serta masih banyak lagi. Selamat membaca!