
Pertempuran di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 menggerakkan rakyat di wilayah Indonesia yang lain untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. Salah satunya adalah Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api yang terjadi pada bulan Maret 1946.
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan salah satu pertempuran melawan pasukan Sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Perang untuk mempertahankan kedaulatan tersebut meletus pada tanggal 24 Maret 1946.
Salah satu penyebabnya adalah kedatangan Sekutu yang ingin menguasai Bandung. Karena tak mau terjajah lagi, rakyat pun melakukan tindakan ekstrem untuk mengusir pasukan bangsa asing itu dari wilayah tempat tinggal mereka.
Lantas, perbuatan ekstrem apakah tersebut dan mengapa pertempuran itu dikenal sebagai Peristiwa Bandung Lautan Api? Kalau penasaran mengenai jawabannya, mending langsung cek saja selengkapnya di bawah ini, yuk!
Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Peperangan Bandung Lautan Api
Sumber: Wikimedia Commons
Yang menjadi penyebab umum terjadinya perlawanan di daerah-daerah setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan adalah kedatangan pasukan Belanda yang membonceng Sekutu. Pada awalnya, tujuan mereka datang ke sini adalah untuk melucuti pasukan Jepang.
Hal tersebut berkaitan erat dengan Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Akan tetapi, rupanya Belanda memiliki rencana tersendiri yaitu kembali menguasai Indonesia.
Sebelum peristiwa tersebut, Inggris dan Belanda sudah membuat kesepakatan. Isinya adalah Inggris akan membantu Belanda untuk mendapatkan wilayah Hindia kembali. Karena itu, Inggris menyetujui pasukan Belanda (NICA) untuk bergabung dengan pasukan Sekutu datang ke Indonesia.
Pasukan Belanda dan Sekutu tiba di Jakarta pada pertengahan bulan September 1945. Tak lama setelah itu, mereka pun disebar ke beberapa daerah untuk melakukan tugasnya. Termasuk salah satunya adalah ke Kota Bandung.
Pada tanggal 12 Oktober 1945, pasukan yang dipimpin oleh Brigade MacDonald dari Divisi India ini pun sampai di Bandung. Setelah itu, mereka berpencar lagi dan mendatangi kamp-kamp penjara di beberapa daerah seperti Sukabumi, Cicalengka, dan Cimahi.
Tujuan mereka rupanya tidak hanya untuk melucuti tentara Jepang saja. Akan tetapi, mereka juga membebaskan pasukan mereka yang menjadi tawanan perang.
Baca juga: HEIHO: Organisasi Pembantu Tentara Jepang yang Turut Diterjunkan ke Perang Asia Pasifik
Benih-Benih Terjadinya Perang
Semula, hal tersebut berjalan dengan lancar tidak ada masalah. Meskipun warga merasa tidak nyaman dengan kedatangan pasukan asing itu, tetapi suasana masih terkendali.
Pada tanggal 15 Oktober 1945, pimpinan Sekutu bertemu dengan petinggi TKR untuk meminta bantuan. Mereka menginginkan supaya rakyat menyerahkan senjata mereka kepada Sekutu. Demi kelancaran misi, katanya.
Waktu itu, pihak TKR menyanggupi permintaan tersebut. Namun sebagai timbal balik, Sekutu harus membantu Indonesia menjaga keamanan dari provokasi Belanda. Akhirnya, terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, Sekutu terlihat lebih memihak kepada Belanda. Salah satu buktinya adalah mereka yang membebaskan tentara Belanda yang menjadi tawanan. Tak berhenti di situ saja, mereka pun kemudian dipersenjatai.
Selanjutnya pada tanggal 25 Oktober 1945, bangsa asing itu kembali meminta penjuang dan pemuda untuk menyerahkan senjata yang mereka rampas dari Jepang. Kali ini, permintaan itu tidak digubris.
Keadaan menjadi semakin panas ketika para tentara yang baru saja bebas berbuat onar. Hal tersebut tentu saja membuat warga menjadi berang. Kalau sudah seperti ini, bentrokan pun tidak dapat terhindarkan. Ini merupakan salah satu pemicu atau penyebab terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api.
Baca juga: Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Perlawanan Rakyat terhadap Belanda Terbesar di Pulau Jawa
Serangan Pertama Terhadap Sekutu
Sumber: Wikimedia Commons
Situasi di Bandung menjadi semakin tidak kondusif. Karena hal tersebut, para petinggi TKR dan badan perjuangan rakyat lalu mengadakan pertemuan pada tanggal 23 November 1945. Yang menjadi pemimpin rapatnya adalah Kolonel A.H. Nasution. Ia juga yang menjadi tokoh penting dalam Peristiwa Bandung Lautan Api.
Kesepakatan bersama yang dicapai dalam rapat tersebut adalah tetap maju menyerang Inggris. Penyerangan ini akan dilakukan keesokan harinya, yaitu pada tanggal 24 November 1945. Inilah yang menandai mulainya Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api.
Pasukan TKR dan para pemuda melakukan penyerangan ke titik-titik markas Sekutu. Beberapa di antaranya adalah Hotel Preanger, Lapangan Terbang Andir, dan Tegalega.
Sekutu tentu saja tidak tinggal diam mendapatkan serangan tersebut. Mereka pun melakukan serangan balasan ke wilayah yang menjadi markas TKR.
Sekutu Memberikan Ultimatum
Pihak Sekutu sangat marah karena serangan-serangan yang dari pejuang Indonesia. Maka dari itu, pada tanggal 27 November 1945, Brigadir Jenderal MacDonald mengajak Mr Sutarjo Kartohadikusumo untuk membicarakan hal tersebut.
Sebagai tambahan informasi, Mr Sutarjo merupakan Gubernur Jawa Barat pada saat itu. Nah rupanya, itu bukanlah undangan untuk berbincang biasa.
Pihak bangsa asing tersebut mengeluarkan ultimatum yang harus segera dijawab oleh pihak Indonesia. Batas waktunya adalah pukul dua belas siang pada tanggal 29 November 1945.
Ada beberapa poin dalam ultimatum tersebut. Yang pertama adalah Sekutu akan menembak rakyat yang ketahuan membawa senjata. Rakyat juga tidak boleh berada di sekitar pos-pos penjagaan Sekutu. Kalau sampai berada pada jarak kurang dari 200 meter, saat itu juga mereka akan ditembak.
Lalu poin yang terakhir adalah wilayah Bandung Utara harus segera dikosongkan. Tidak ada satupun tentara atau bahkan rakyat yang boleh terlihat di daerah tersebut.
Para pejuang hanya menganggap ultimatum dari Sekutu hanya angin lalu. Mereka malah kemudian semakin memperbanyak pos-pos gerilya.
Pada waktu itu ternyata wilayah Bandung pun terbagi menjadi dua. Sebelah utara menjadi basis Sekutu, sementara yang selatan merupakan wilayah RI. Karena hal ini, bangsa asing tersebut meminta daerah utara untuk segera dikosongkan supaya mereka dapat membangun markas.
Dengan ultimatum yang diacuhkan, terjadilah aksi saling serang antara kedua belah pihak. Peperangan kecil yang dilakukan secara sporadis tersebut berlangsung sampai awal tahun 1946.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Titik Balik Perjuangan
Pertempuran antara Indonesia dan Sekutu menjadi semakin memanas pada bulan Maret 1946. Pada waktu itu, salah satu regu pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Kapten Mirza berbalik mendukung pasukan Indonesia.
Dengan bergabungnya Kapten Mirza, pihak Indonesia tidak hanya mendapatkan pasukan tambahan. Akan tetapi, juga bisa dengan mudah merebut perbekalan persenjataan milik Sekutu.
Pihak Sekutu kemudian meminta Kolonel A.H. Nasution untuk mengembalikan pasukannya yang membelot itu. Tentu saja, permintaan itu mendapatkan penolakan. Ini adalah salah satu siasat sang kolonel supaya dapat mengadakan pertemuan dengan bangsa asing itu.
Pada tanggal 20 Maret 1946, tentara Indonesia menembaki markas Sekutu yang berada di Gedung DVO dan Gedung sate. Sayangnya, serangan itu ada yang meleset ke pemukiman Belanda dan menimbulkan korban jiwa.
Pasukan Sekutu lalu melakukan serangan balasan dengan menyerang markas TNI yang berada di Bandung Selatan. Selain itu, mereka juga berusaha menghubungi A.H. Nasution untuk berunding. Akan tetapi, sang kolonel selalu menolaknya.
Sepertinya kesabaran Sekutu sudah mulai menipis. Untuk menghindari serangan dari pejuang Indonesia, mereka memutuskan untuk segera melaksanakan Operasi Sam yang bertujuan untuk menguasai semua wilayah Bandung.
Ultimatum Kedua Sebelum Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api
Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Kali ini ditujukan kepada Sutan Sjahrir yang pada saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri.
Isinya adalah pasukan Indonesia harus keluar dari Bandung Selatan paling lambat tanggal 24 Maret 1946 pukul 12 malam. Mereka setidaknya harus pergi sejauh 10 kilometer dari pusat kota dan tidak boleh membakar Bandung.
Tak hanya TNI saja yang harus ditarik dari sana, akan tetapi rakyat Bandung juga harus segera mengosongkan kota. Apabila ultimatum tersebut tak dijawab, maka pihaknya akan menggempur Kota Bandung hingga tak bersisa.
Perdana Menteri Sjahrir menerima ultimatum tersebut dan meminta agar para tentara segera keluar dari Bandung Selatan. Akan tetapi, Kolonel AH Nasution tidak menyetujui tindakan tersebut. Menarik ribuan pasukan tidaklah mudah terlebih lagi waktunya sangat mepet.
Pihak Indonesia sempat menghubungi Mayor Jenderal Hawthorn supaya mendapatkan tambahan waktu. Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah.
Keadaan pun semakin genting. Sjahrir pun tetap mendesak AH Nasution untuk menerima ultimatum. Kalau memaksa perang, maka akan jatuh korban jiwa yang sangat banyak mengingat kekuatan militer Indonesia tidak sebanding dengan Sekutu.
Baca juga: Kronologi Terjadinya Agresi Militer Belanda 1: Usaha untuk Kembali Menguasai Indonesia
Detik-Detik Menuju Peristiwa Bandung Lautan Api
Pagi-pagi benar tanggal 24 Maret 1946, Kolonel A.H. Nasution berusaha sekali lagi menemui Mayor Jenderal Hawthorn untuk bernegosiasai. Sayangnya, usaha tersebut sia-sia belaka karena pihak Sekutu tetap menolaknya.
Mereka justru tidak sabar supaya pasukan Indonesia segera pergi dari wilayah tersebut. Bahkan, pihaknya menawarkan bantuan dengan mengirim truk untuk melakukan evakuasi. Tawaran ini tentu saja tak diterima oleh A.H. Nasution.
Pria tersebut lalu pulang dan mengadakan rapat. Pembahasannya adalah mengenai langkah selanjutnya yang akan diambil. Terlebih lagi, mengenai dua instruksi berbeda yang diterima.
Seperti yang telah kamu baca di atas, pemerintah pusat memerintahkan agar menerima ultimatum Sekutu. Sementara itu, dari komando TNI di Yogyakarta, malah menginstruksikan sebaliknya. Pasukan di Bandung harus tetap mempertahankan wilayah bagaimana pun caranya.
Hingga pada akhirnya, pasukan Indonesia harus mengambil keputusan yang berat. Bersama dengan warga sipil, mereka akan pergi mengosongkan Bandung.
Selanjutnya, mereka akan membakar seluruh kota, terutama gedung-gedung. Rencananya, pasukan tentara akan melakukan pembakaran pada tanggal 24 Maret 1946 tepat tengah malam.
Tidak peduli jika sebelumnya Sekutu memberikan ultimatum untuk tidak melakukan bumi hangus. Mereka hanya tidak ingin kalau Bandung kembali dikuasai oleh Sekutu.
Baca juga: Suishintai: Barisan Pelopor Bentukan Jepang yang Menjadi Pengawal Kemerdekaan Indonesia
Melakukan Evakuasi
Situasi menjadi semakin mencekam. Sebelum melaksanakan rencana, terlebih dahulu pasukan TNI mengevakuasi para warga.
Kolonel A.H. Nasution memberikan pengumuman lewat saluran radio yang isinya semua pegawai sipil dan rakyat harus keluar dari Bandung sebelum jam 12 malam. Selanjutnya, ia juga meminta warga untuk membakar rumahnya segera setelah keluar.
Mengapa sang kolonel menyetujui keputusan untuk melakukan pembakaran? Keadaan Indonesia pada saat itu tidak terlalu stabil dan melakukan perang satu lawan satu juga bukan hal yang dapat dilakukan.
Jumlah pasukan lawan lebih banyak jika dibandingkan dengan tentara Indonesia. Meskipun pengorbanan yang dilakukan sangatlah besar, tapi tak mengapa. Yang terpenting pada wilayah Bandung tidak menjadi markas Sekutu.
Pada saat rakyat bersiap untuk melakukan evakuasi, pejuang juga melakukan persiapan. Mereka menyiapkan peralatan seperti bahan peledak, bom, bensin, dan minyak tanah untuk membakar gedung-gedung besar.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Mulai Bergerak Membakar Bandung
Rencana pembakaran sedianya akan terlaksana tengah malam, akhirnya menjadi lebih maju beberapa jam. Para pejuang sedianya mendapatkan perintah untuk mulai membakar pukul 22.00 dan puncak peledakan pada pukul 24.00.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar ledakan sekitar pukul 20.00 di sebuah tempat. Para pejuang menganggap itu sebagai aba-aba untuk mulai. Lantas sesuai rencana semula, mereka pun memulai aksi pembakaran.
Sementara itu, para warga yang meninggalkan rumah membawa harta benda yang masih dapat diselamatkan. Setelah keluar, mereka mulai membakar rumahnya. Selanjutnya, mereka kemudian berkumpul di jalan-jalan utama untuk menunggu evakuasi.
Beberapa contoh wilayah yang termasuk dalam misi pembakaran adalah Tegalega Utara, Cicadas, Ciroyom, Cibadak, Kopo, dan masih banyak lagi. Sementara itu, para warga kemudian diungsikan ke Ciwidey, Dayeuhkolot, Sorenag, dan Ujungberung. Kurang lebih ada 200.000 orang pada saat itu.
Tak hanya warga saja, pasukan Indonesia juga membakar markas mereka. Setelah selesai, mereka lalu membakar gedung-gedung penting yang lainnya.
Keadaan waktu itu sangatlah panas dan mencekam. Kota Bandung pun menjadi merah. Nah, peristiwa inilah yang kemudian dinamakan sebagai Bandung Lautan Api.
Baca juga: Informasi tentang Fujinkai: Organisasi Perempuan yang Dibentuk pada Masa Penjajahan Jepang
Akhir Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api
Apa yang dilakukan oleh pasukan Indonesia di bawah kepemimpinan A.H. Nasution tersebut mendapatkan protes dari pemerintah pusat. Pemerintah mempertanyakan mengapa Bandung harus dibakar dan tidak dipertahankan saja.
Sang kolonel kemudian menjawabnya dengan alasan di atas, yaitu pasukannya yang tidak akan mampu jika melakukan penyerangan secara terang-terangan. Secara jumlah saja sudah kalah, apalagi kecanggihan senjata. Ya, kalaupun wilayah Bandung akhirnya dapat dikuasai, setidaknya di sana hanya tersisa puing-puing saja.
Dengan membakar Bandung, mereka masih memiliki cukup pasukan untuk melakukan perang gerilya. Alasan-alasan tersebut akhirnya bisa diterima oleh pemerintah pusat.
Setelah semua usaha yang dilakukan, wilayah Bandung pada akhirnya memang tetap jatuh ke tangan Sekutu. Hal itu terjadi sekitar akhir bulan April 1946.
Meskipun demikian, pasukan Indonesia tentu tidak menyerah begitu saja. Mereka tetap melakukan serangan-serangan gerilya, terutama di malam hari.
Salah satu pertempuran besar melawan Sekutu setelah Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peledakan gudang amunisi Sekutu di Desa Dayeuhkolot. Kejadian ini terjadi pada tanggal 11 Juli 1946.
Beberapa anggota Barisan Benteng Rakyat Indonesia (BBRI) mendapatkan tugas untuk melakukan peledakan gudang tersebut. Dua dari anggota yang dikenal adalah Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan. Ledakan dahsyat pun terjadi dan kedua orang tersebut ikut tewas.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Tondano: Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Melawan Belanda
Fakta-Fakta Lain Peristiwa Bandung Lautan Api yang Belum Diketahui
Sumber: Wikimedia Commons
Apa sajakah fakta-fakta lain mengenai pertempuran di Bandung tersebut? Langsung cek saja ulasannya berikut:
1. Munculnya Warung-Warung Makan Dadakan
Membakar wilayah sendiri yang sudah mati-matian diperjuangkan tentu menyisakan kesedihan yang mendalam bagi para pejuang. Namun, mereka harus tetap melakukannya demi mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Kota sudah dipenuhi oleh asap yang membumbung tinggi dna udaranya sangat panas. Para pejuang merasa lelah dan lapar. Mereka tak membawa bekal dan juga tak tega jika meminta bekal para pengungsi.
Setelah memasuki wilayah pinggiran Bandung, mereka beruntung karena menemukan warung-warung kecil yang menyediakan makanan selama 24 jam. Rupanya, warung itu merupakan insiatif dari warga yang tak terdampak untuk membantu para pejuang dan pengungsi.
2. Nasib Orang-Orang yang Mengungsi
Salah satu fakta yang jarang dibicarakan setelah terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api adalah bagaimana nasib orang-orang yang meninggalkan dan meninggalkan rumahnya. Menurut catatan beberapa sumber, para warga mengungsi kurang lebih sekitar tiga tahun lamanya.
Banyak dari mereka yang berpindah dari satu tempat ke tempat pengungsian yang lain. Baru sekitar tahun 1948, mereka kembali ke tempat asal karena suasana sudah mulai kondusif.
Saat kembali pulang, banyak dari mereka yang mendapati lokasi rumahnya sudah ditempati oleh orang lain. Bagi sebagian rumah yang tidak terbakar, barang-barangnya sudah hilang dicuri orang. Selain itu, banyak juga yang mendapati rumahnya hancur.
3. Melahirkan Lagu Halo-Halo Bandung
Ibu kota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan lagu nasional yang satu ini, kan? Dilihat dari liriknya saja kamu sudah dapat menyimpulkan kalau lagu ini terinspirasi dari Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api.
Baca juga: Informasi tentang Sin Po: Surat Kabar yang Tak Takut Memberitakan Perjuangan Indonesia
Puas Menyimak Ulasan Lengkap tentang Peristiwa Pertempuran Bandung Lautan Api?
Itulah tadi ulasan mengenai sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api yang dapat kamu simak di PosKata. Bagaimana? Apakah semua pertanyaanmu sudah terjawab setelah membaca artikel di atas? Semgoa saja, iya.
Pengorbanan para pendahulu untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia sangat luar biasa. Mereka bahkan rela meninggalkan semua, termasuk membakar rumahnya untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengusir Sekutu. Nah sekarang, giliran kita untuk turut menjaga Indonesia dengan menjaga kesatuan dan persatuan.
Oh iya, di PosKata kamu tidak hanya bisa menyimak tentang perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Sekutu saja. Kamu juga bisa kok membaca ulasan sejarah menarik lainnya yang sayang jika dilewatkan. Baca terus, yuk!