
Sriwijaya merupakan Kerajaan yang memiliki corak agama Buddha pertama di Indonesia. Jika kamu penasaran dan ingin mengetahui penjelasan lengkapnya, bisa langsung membacanya di bawah ini!
Menurut sejarah, Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 atau sekitar tahun 600 Masehi. Bukti mengenai eksistensi kerajaan tersebut tidak hanya berasal dari prasasti-prasasti peninggalan di dalam negeri. Akan tetapi, kabar keberadaannya terdapat pada prasasti yang ditemukan di Semenanjung Melayu dan India.
Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa ini terletak di sekitar Sungai Musi. Beberapa puluh tahun kemudian, kerajaan ini barulah mengalami kejayaan saat dipimpin oleh Raja Balaputradewa.
Apakah kamu masih tertarik untuk menyimak lebih lanjut mengenai sejarah Sriwijaya yang merupakan kerajaan Buddha pertama di Indonesia ini? Kalau begitu, jangan buang-buang waktu lagi. Langsung saja baca penjelasan lengkapnya berikut ini!
Alasan yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim terbesar dan kuat. Lantas, hal apa yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, yuk!
Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
Eksistensi Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Selain berupa prasasti, ada juga peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berupa candi. Nah, informasi ...
Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
Tidak banyak memang yang mengetahui sosok pendiri Kerajaan Sriwijaya, yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kalau kamu ingin mengetahui lebih banyak informasi tentangnya, langsung saja baca ...
Nama Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Sriwijaya
Buat yang sedang mencari informasi mengenai silsilah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya, kamu bisa menyimak informasi lengkapnya berikut ini. Mari langsung saja dicek!
Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Kerajaan Sriwijiya memiliki peninggalan bersejarah berupa prasasti-prasasti. Lantas, apa sajakah itu? Kamu bisa mendapatkan informasi lengkapnya berikut ini.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya
Letak Kerajaan Sriwijaya menjadi perdebatan di kalangan para ahli sejarah. Yang pertama, mereka berpendapat bahwa lokasi dari kerajaan tersebut berada Palembang, tepatnya di sekitar Sungai Musi.
Pendapat yang dikemukakan oleh George Coedes ini berdasarkan penafsirannya saat membaca Prasasti Kota Kapur. Hal itu juga diperkuat oleh Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di aliran Sungai Musi.
Kemudian pada tahun 1993, Pierre Yves melakukan observasi dan mendukung pernyataan Coedes yang mengatakan kalau letak Kerajaan Sriwijaya berada di Sungai Musi. Lokasinya kira-kira di antara Sabokingking hingga Bukit Seguntang.
Ia bisa menyampaikan hal tersebut berdasarkan foto-foto yang diambil di udara pada tahun 1984. Di sekitar lokasi tersebut terlihat berbentuk seperti infrastruktur air dan pulau-pulau buatan manusia.
Pada tahun 2013, Universitas Indonesia mengadakan penelitian arkeologi di Kawasan Muaro Jambi. Di sana, ditemukan bekas petirtaan, bangunan, barang-barang seperti tembikar, dan beberapa peninggalan lainnya. Dengan adanya bukti-bukti tersebut, Prof. Agus Munandar selaku Guru Besar Arkelogi UI mengatakan tempat ini bisa jadi letak Kerajaan Sriwijaya karena lebih banyak benda-benda peninggalan ditemukan di sini dari pada di Palembang.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Menurut prasasti-prasasti Siddhayatra, Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Dalam bukti-bukti penemuan tersebut Dapunta Hyang melakukan perjalanan suci atau Siddhayatra dengan menggunakan perahu. Tentu saja, ia tidak melakukan perjalanan tersebut seorang diri, melainkan bersama dengan pasukannya yang kurang lebih berjumlah 20.000 orang.
Melalui perjalanan tersebut, ia bersama pasukannya menaklukan beberapa wilayah yang nantinya merupakan cikal bakal Kerajaan Sriwijaya. Usaha penaklukannya pun tidak hanya di Sumatera saja, tetapi juga sampai ke Jawa. Penemuan prasasti di Kota Kapur bertahun (ditemukan di Pulau Bangka), Karang Brahi (ditemukan di Jambi Hulu), dan Palas Pasemah (di selatan Lampung) menguatkan pendapat tersebut karena memiliki isi yang sama.
Kemudian menurut Prasasti Kedukan Bukit, tertulis bahwa sang raja berasal dari Minanga Tamwan. Akan tetapi, keberadaan tempat tersebut masih menjadi misteri.
Ada yang berpendapat kalau letaknya berada di sebuah wilayah pegunungan yang letaknya di hulu Sungai Batanghari. Sementara itu, Soekmono mengatakan kalau lokasi dari Minanga Tamwan berada di pertemuan Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan atau tepatnya di wilayah Candi Muara Takus.
Sementara itu, nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta. Nama tersebut berasal dari dua kata, yaitu sri yang berarti bercahaya dan wijaya yang artinya kemenangan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa arti nama Sriwijaya adalah yang bercahaya dan gemilang.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Raja-Raja yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan Sriwijaya
Selanjutnya dalam artikel sejarah Kerajaan Sriwjaya ini, kamu akan menyimak ulasan mengenai raja-raja yang pernah memimpin kerajaan tersebut. Berikut ulasannya:
1. Raja-Raja Awal
Sumber: Wikimedia commons
Terkait informasi mengenai raja-raja awal yang memimpin Kerajaan Sriwijaya mungkin tidaklah terlalu banyak. Nah, seperti yang telah kamu baca sebelumnya, pendiri dari kerajaan tersebut adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa .
Namun, para ahli sendiri masih memperdebatkan mengenai fakta tersebut. Ia memimpin kerajaan sekitar tahun 671 hingga 702 Masehi.
Setelah Sri Jayanasa, kepemimpinan kemudian beralih ke Sri Indrawarman naik tahta pada tahun 702 Masehi dan selesai menjabat pada tahun 728 Masehi. Namanya disebutkan dalam Prasasti Ligor dan juga dari surat Bani Umayyah untuk Umar bin Abdul Aziz.
Pada tahun 728 Masehi, tumpuk kekuasaan Kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan Rudra Wikrama atau yang juga disebut Rudrawarman. Namanya muncul pada Kitab Dinasti Tang Baru. Pada masa pemerintahannya, ia melakukan perluasan wilayah ke Selat Malaka hingga Selat Sunda.
2. Raja-Raja Dinasti Sailendra
Sumber: Kuwaluhan
Selanjutnya pada tahun 775 Masehi, pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada di tangan Maharaja Wisnu. Ia merupakan raja dari Wangsa Sailendra dari Jawa.
Pada tahun tersebut, diduga Kerajaan Sriwijaya ditaklukkan oleh Maharaja Wisnu. Setelah itu, kekuasaan dipindahkan ke Kerajaan Medang atau Mataram Kuno.
Sementara itu, ada sumber lain yang mengatakan bahwa setelah Rudrawarman, tumpuk kekuasaan jatuh di tangan Raja Dharanindra. Nah, menurut sejarawan Slamet Muljana, Maharaja Wisnu dan Dharanindra adalah orang yang sama.
Hal tersebut berdasarkan Prasasti Ligor B yang menyebut Wisnu sebagai Sarwwarimadawimathana dan menyebut Dharanindra Wairiwarawiramardana pada Prasasti Kelurak. Kedua julukan tersebut artinya sama, yaitu pembunuh musuh-musuh perwira.
Sejarah kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya kemudian berlanjut ke Samaragrawira. Nama tersebut muncul dalam Prasasti Nalanda.
Di situ, disebutkan bahwa ia merupakan anak dari Dharanindra. Masa kepemimpinannya kurang lebih sekitar tahun 782 hingga 792 Masehi.
Kemudian pada tahun 792 Masehi, Samaratungga naik tahta. Raja yang satu ini dikenal lebih memperhatikan agama dan budaya. Ia tidak seperti pendahulunya yang melakukan perluasan wilayah.
3. Balaputradewa
Sumber: Dictio
Balaputradewa adalah anak laki-laki dari Samaratungga dan Dewi Tara. Menurut sebuah sumber, Dewi Tara adalah anak dari Dharmasetu yang merupakan salah satu pemimpin kerajaan Sriwijaya terdahulu.
Namun ada yang menyebutkan kalau Balaputradewa adalah anak dari Samaragrawijaya. Karena dalam prasasti Kayumwungan tertulis kalau Samaratungga hanya memiliki seorang anak perempuan bernama Pramodhawardhani.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Balaputradewa bukanlah anak dari Samaratungga, melainkan adiknya. Keduanya merupakan putra dari Samaragrawijaya. Karena tidak berhak menduduki tahta, Balaputradewa kemudian pergi ke Sumatra yang membangun kembali Kerajaan Sriwijaya oada tahun 860 Masehi.
Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, kerajaan tersebut berkembang begitu pesat. Mereka menguasai jalur perdagangan internasional yang menghubungkan antara Arab, India, dan Cina.
Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang Harus Kamu Tahu
4. Raja-Raja Terakhir Kerajaan Sriwijaya
Balaputradewa kemudian turun tahta lalu digantikan oleh Sri Udayaditya Warmadewa. Sayangnya, tidak banyak informasi yang dapat digali mengenai raja yang satu ini.
Namanya diketahui dari berita Cina yang menyebutkan bahwa ia mengirim utusan ke negara tersebut pada tahun 960 Masehi. Ia memimpin kerajaan tersebut pada tahun 960 hingga 988 Masehi.
Setelah itu, ia digantikan oleh Sri Cudamani Warmadewa. Ia menjadi penguasa Kerajaan Sriwijaya pada tahun 988–1008 Masehi.
Pasa masa pemerintahannya, ia diketahui mampu menjalin hubungan yang baik dengan Kaisar Tiongkok. Bahkan, ia membuatkan sebuah candi untuknya.
Pada tahun 1008, Sri Mara-Wijayottungga Warmadewa menggantikan ayahnya untuk menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya. Ia memimpin kerajaan kurang lebih hanya sembilan tahun saja.
Penggantinya adalah Sangramawijayotunggawarman. Ia disebut-sebut sebagai raja terakhir dari Sriwijaya sebelum ditaklukkan oleh Kerajaan Cola. Hal tersebut tertulis dalam Prasasti Tanjore yang diterbitkan tahun 1030 Masehi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sumber: Wikimedia Commons
Sejarah mengenai Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari benda-benda peninggalan kerajaan tersebut. Umumnya, peninggalan tersebut berupa prasasti dan candi.
1. Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Adapun prasasti-prasasti peninggalan kerajaan yang bercorak Buddha Mahayana tersebut adalah:
a. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini ditulis sekitar tahun 683 Masehi dan merupakan bukti tentang berdirinya Kerajaan Majapahit. Di situ diceritakan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanasa sedang melakukan perjalanan suci bersama dengan 20.000 pasukannya.
Benda yang terbuat dari batu berukuran 45 x 80 cm tersebut ditemukan oleh C.J. Batenburg pada tanggal 29 November 1920. Sementara itu, lokasi ditemukannya adalah di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatra Selatan.
b. Prasasti Karang Brahi
Salah satu benda sejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Penemunya adalah seorang Belanda bernama L.M. Berkhout pada tahun 1904.
Prasasti tersebut ditulis menggunakan huruf Pallawa dan ditulis sekitar tahun 680 Masehi. Isinya adalah tentang tunduknya wilayah-wilayah taklukkan di bawah kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya.
c. Prasasti Talang Tuo
Selanjutnya, ada Prasasti Talang Tuo yang ditulis pada tahun 606 Saka atau pada tanggal 23 Maret tahun 684 Masehi. Isinya adalah amanat dari raja untuk rakyatnya mengenai infrastruktur lingkungan.
Prasasti Talang Tuo berbentuk sebuah batu yang menyerupai lempengan. Benda tersebut ditemukan di sekitar kaki Bukit Seguntang oleh L.C. Westenenk pada tahun 1920. Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa tersebut memiliki ukuran 50 x 80 cm.
d. Prasasti Ligor
Di urutan keempat ada Prasasti Ligor yang ditemukan di daerah Ligor, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan. Benda ini diperkirakan ditulis pada tahun 775 Masehi.
Pada peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut, kedua sisinya berupa pahatan. Namun keduanya diperkirakan ditulis pada waktu yang berbeda.
e. Prasasti Palas Pasemah
Yang terakhir, benda bersejarah ini ditemukan di Palas Pasemah, tepatnya di tepi Sungai Pisang, Lampung. Di dalamnya terdapat 13 baris tulisan yang ditulis menggunakan huruf Pallawa.
Prasasti yang diperkirakan ditulis pada abad ke-7 tersebut berisikan akibat-akibat yang akan terjadi jika wilayah tundukan berani melawan Sriwijaya. Konon, hal tersebut ditujukan untuk beberapa daerah seperti Lampung Selatan, daerah tundukan di Pulau Jawa, dan beberapa lainnya yang berontak terhadap Sriwijaya.
Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
2. Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak informasi mengenai prasasti peninggalannya, kan? Selanjutnya, berikut ini ada ulasan singkat mengenai candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
a. Candi Bahal
Bangunan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke-11. Lokasinya berada di Desa Bahal, Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatra Utara.
Peninggalan yang juga biasa disebut Biaro Bahal ini terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu Biaro Bahal I, II, dan III yang semuanya saling terhubung. Bangunan tersebut dibangun dengan menggunakan bata merah. Sementara itu, di sini juga ada beberapa patung yang terbuat dari batu pasir.
Kompleks Candi Bahal berada di sebuah lapangan yang begitu luas. Maka dari itu, peninggalan ini juga disebut sebagai Candi Padang Lawas yang artinya candi di lapangan luas.
b. Candi Muara Takus
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya selanjutnya yang bisa kamu temukan di sini adalah Candi Muara Takus. Namanya diambil dari lokasinya berada, yaitu Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Tidak ada yang tahu mengenai kapan persisnya candi tersebut didirikan. Akan tetapi, bangunan ini diduga merupakan salah satu pusat pemerintahan milik Kerajaan Sriwijaya. Namun hal tersebut juga masih menjadi perdebatan, pasalnya letaknya sangat jauh dari Palembang.
Candi Muara Takus memiliki beberapa bagian, yaitu Candi Tuo, Candi Mahligai, Candi Palangka, dan Candi Bungsu. Berbeda bangunan peninggalan dari yang sebelumnya, candi-candi ini dibangun menggunakan campuran pasir, batu, dan batu merah.
c. Candi Muaro Jambi
Kompleks candi terbesar di Asia Tenggara ini terletak di Danau Lamo, Maro Sebi, Kabupaten Muaro Jambi. Bangunan ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 atau ke-9 Masehi.
Di dalam kompleks candi ini, kurang lebih terdapat 80 sisa reruntuhan candi dan pemukiman kuno. Bangunannya terbuat dari batu bata tanpa semen perekat.
Candi peninggalan yang bercorak Buddha ini usianya bisa dibilang lebih tua dari Candi Borobudur yang berada di Jawa Tengah. Luasnya pun delapan kali lebih besar dibandingkan Candi Borobudur.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Fakta Menarik dari Kerajaan Sriwijaya
Nah, berikutnya ada fakta-fakta menarik tentang Kerajaan Sriwijaya yang sayang untuk kamu lewatkan. Yuk, langsung simak!
1. Merupakan Pusat Agama Buddha
Kerajaan Sriwijaya disebut-sebut sebagai pusat untuk belajar agama Buddha. Tidak hanya terbesar di nusantara, akan tetapi di Asia Tenggara.
Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari peran dari Dharmakirti. Ia adalah seorang biksu yang sangat disegani pada masa kerajaan tersebut.
Biksu-biksu dari berbagai negara datang dan menetap selama beberapa waktu untuk mendalami ajaran Buddha. Kamu mungkin sudah tahu kalau Buddha memiliki dua aliran, yaitu Mahayana dan Hinayana. Nah, di Kerajaan Sriwijaya aliran yang berkembang adalah Mahayana.
2. Merupakan Kerajaan Maritim Terbesar di Nusantara
Alasan mengapa Sriwijaya bisa menjadi kerajaan maritim terbesar adalah karena letaknya yang begitu strategis. Selain itu, mereka juga menguasai dua jalur perairan laut yang sangat penting, yaitu Selat sunda dan Selat Malaka.
Pada awalnya, mereka menjalin kerjasama perdagangan dengan para pedagang dari Cina. Setelah berhasil, mereka kemudian menjalin kerjasama dengan saudagar-saudagar kaya dari Kamboja, Filipina, Arab, Siam, dan masih banyak lagi.
Kerajaan Sriwijaya juga membangun kekuatan pasukan laut yang kuat supaya para pedagang lebih merasa aman bertransaksi di wilayah kekuasaanya. Dengan jaminan seperti itu, tidak mengherankan jika banyak pedagang yang singgah ke kerajaan tersebut.
3. Perihal Kehidupan Sosial dan Agama yang Berkembang di Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan tempat singgah dari pedagang-pedadang asing seperti India, Cina, dan Arab. Maka dari itu, tidak mengherankan jika masyarakatnya sedikit banyak “mengadopsi” kebudayaan asing karena banyaknya interaksi yang terjadi.
Salah satunya yang paling banyak berkembang adalah kebudayaan dari India. Karena hal tersebut, penggunaan nama-nama yang bercorak India semakin banyak digunakan.
Selain dalam kehidupan sosial, ada yang menarik juga dalam kehidupan beragama dari masyarakat Kerajaan Sriwijaya. Para pedagang India yang datang ke sana juga menyebarkan agama Hindu dan Buddha. Pada awalnya memang lebih banyak yang menganut Hindu, akan tetapi kemudian pemeluk agama Buddha meningkat lebih banyak.
Setelah itu, datanglah para pedagang dari Arab yang turut andil dalam penyebaran agama Islam di kerajaan tersebut. Meskipun masyarakatnya menganut kepercayaan yang berbeda-beda, tetapi mereka bisa hidup berdampingan dengan baik.
Baca juga: Ulasan Mengenai Letak Kerajaan Majapahit yang Menjadi Teka-Teki
Sudah Puas Menyimak Ulasan Singkat Kerajaan Sriwijaya Ini?
Demikianlah informasi singkat mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya dan fakta menariknya yang bisa kamu simak di PosKata. Bagaimana? Apakah sudah sedikit memuaskan rasa ingin tahumu?
Nah, kalau misalnya masih ingin membaca informasi menarik mengenai Kerajaan Sriwijaya, kamu bisa langsung cek artikel yang lainnya. Atau jika ingin membaca informasi tentang kerajaan lain juga ada, lho. Tunggu apa lagi? Pokoknya baca terus, yuk!