
Apakah kamu penasaran dan ingin mengetahui sejarah dari Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang bernama Samudra Pasai? Kalau iya, kamu bisa membaca ulasan lengkapnya berikut ini!
Samudra Pasai merupakan kerajaan bercorak Islam pertama yang didirikan di Indonesia. Menurut informasi dari peninggalan-peninggalan sejarah yang ditemukan, Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar tahun 1267 Masehi.
Selain itu, informasi mengenai keberadaan kerajaan ini juga didapat dari catatan Ibnu Batutah yang merupakan seorang pengembara asal Maroko. Disebutkan bahwa Samudra Pasai adalah kerajaan yang begitu kaya dan makmur saat dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik Az Zahir.
Yang kamu baca barusan hanyalah secuil informasi menarik dari kerajaan tersebut. Kalau masih ingin menyimak ulasan lebih dalam mengenai sejarah Kerajaan Samudra Pasai beserta fakta-fakta menariknya, lebih baik langsung cek saja ulasan berikut. Selamat membaca!
Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
Adanya peninggalan-peninggalan purbakala dapat membuktikan adanya sebuah peradaban. Nah, keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diketahui karena peninggalan sejarah yang ulasannya dapat ...
Lokasi Kerajaan Samudra Pasai
Para ahli sejarah memperkirakan letak dari Kerajaan Samudra Pasai dulunya berada sekitar 17 km dari Lhokseumawe. Tepatnya, berada di dekat Desa Beruringin, Kecamatan Samudera. Hal tersebut disimpulkan berdasarkan bukti-bukti peninggalan yang ditemukan.
Sejarah Kerajaan Samudra Pasai
Awal mula sejarah berdirinya Kerajaan Samudra Pasai adalah karena perdagangan. Banyak sekali pedagang dari Arab, Gujarat, maupun Persia yang singgah ke wilayahnya sekaligus menyebarkan agama Islam.
Pada tahun 1238 Masehi, seorang laksamana laut dari Mesir bernama Nazimuddin Al Kamil diperintahkan untuk mengambil alih pelabuhan Gujarat. Hal ini bertujuan untuk menjadikan pelabuhan tersebut sebagai tempat untuk memasarkan perdagangan dari timur.
Setelah itu, ia pun mendirikan sebuah kerajaan di bagian utara Sumatra supaya lebih mudah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Kerajaan tersebut kemudian diberi nama Samudra Pasai.
Nazimuddin Al Kamil lalu menunjuk Marah Silu sebagai raja untuk memimpin kerajaan itu. Setelah resmi masuk Islam dan menduduki tahta, Marah Silu kemudian berganti nama Malik Al Saleh.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
Raja-Raja Pernah Memimpin Kerajaan Samudra Pasai
Berikut ini adalah sedikit ulasan tentang para raja yang pernah menduduki singgasana Kerajaan Samudra Pasai:
1. Sultan Malik as-Saleh
Sumber: unimalnews
Kerajaan Samudra Pasai memang didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil, akan tetapi seperti yang telah kamu simak di atas yang menjadi raja pertamanya adalah Marah Silu. Ia naik tahta pada tahun 1267 Masehi dan bergelar Sultan Malik as-Saleh.
Sayangnya, tidak banyak informasi yang dapat dikulik dari raja yang juga disebut sebagai Sultan Malikussaleh ini. Hanya saja ada sumber yang mengatakan di bawah kepemimpinannya, ia dapat menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur penting dalam perdagangan internasional.
Selain itu, Sultan Malik as-Saleh menikah dengan Gangang Sari yang merupakan putri dari Kerajaan Perlak. Pasangan tersebut kemudian dianugerahi seorang anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Malik az-Zahir.
Sang raja bisa dibilang cukup lama dalam memimpin kerajaan, yaitu sekitar 30 tahun. Ia turun tahta pada tahun 1297 Masehi.
2. Sultan Muhammad Malik az-Zahir
Setelah Sultan Malik as-Saleh wafat, tumpu kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai dilanjutkan oleh Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Ia resmi memerintah pada tahun 1297 Masehi.
Di era kepemimpinannya ini, mulailah dicetak uang koin sebagai alat tukar. Uang koin tersebut dicetak dengan menggunakan timah dan emas sebagai bahannya. Koin yang dibuat dari timah disebut keueh, sementara yang dari emas disebut dirham.
Nilai kedua mata uang tersebut tentu saja berbeda. Satu koin uang dirham setara dengan 1.600 keueh.
Pada koin tersebut juga tercetak tulisan Muhammad Malik az-Zahir di satu sisi. Kemudian di sisi yang lain terdapat tulisan Al-Sulta al-adil yang berarit seorang sultah harus memberikan keadilan untuk rakyatnya. Koin tersebut kemudian menjadi alat tukar resmi perdagangan selama beberapa abad.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
3. Sultan Mahmud Malik az-Zahir
Setelah itu, sejarah kepemimpinan Kerajaan Samudra Pasai diteruskan oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir. Ia resmi naik tahta pada tahun 1326 Masehi menggantikan ayahnya yang sudah berkuasa kurang lebih selama 29 tahun.
Diketahui, pada masa kepemimpinannya inilah kerajaan Samudra Pasai mencapai puncak kejayaannya. Dari catatan yang ditulis oleh Ibu Batutah, sang raja adalah seorang yang saleh, ramah, dan rendah hati. Ia juga selalu mengedepankan hukum Islam.
Salah satu sikap rendah hatinya tercermin dalam perbuatannya yang berangkat ke masjid dengan berjalan kaki. Setelah itu, ia bersama beberapa orang kepercayaan akan berkeliling untuk menyapa rakyat secara langsung. Ia juga tidak segan memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Ibnu Batutah juga mengatakan kalau sektor ekonomi berkembang pesar di masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahi, terutama di dalam bidang perdagangan. Wilayah kerajaan tersebut merupakan pusat perdagangan tidak hanya regional, tetapi juga internasional.
Selain itu, hasil pertaniannya yang berupa rempah-rempah pun berlimpah ruah. Tak hanya itu saja, kerajaan ini juga dikenal sebagai penghasil emas, sutera, dan kapur barus.
4. Raja-Raja Selanjutnya
Sumber: Wikimedia Commons
Pada tahun 1349, Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir menjadi raja menggantikan Sultan Mahmud Malik az-Zahir. Ia memerintah cukup lama, yaitu 57 tahun. Sang raja resmi turun tahta pada tahun 1406.
Sepeninggal Sultan Zain al-Abidin az-Zahir, Kerajaan Samudra Pasai kemudian dipimpin oleh Sultanah Nahrasiyah. Ia merupakan pemimpin perempuan pertama di kerajaan bercorak Islam tersebut.
Sultanah ini dikenal sebagai pemimpin yang arif, bijaksana, dan mengayomi. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat penyebaran agama Islam dan membuat agama tersebut berkembang dengan pesat.
Selain itu, dengan diangkatnya ia menjadi raja, para perempuan menjadi lebih diperhitungkan. Bahkan, wanita-wanita juga turut berperan menjadi penyiar agama Islam. Bisa dibilang, di era pemerintahannya kesetaraan gender benar-benar dijunjung tinggi.
Sultanah Nahrasiyah meninggal dunia pada tahun 1428 setelah memimpin selama 22 tahun. Ia dimakamkan di Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
Selain keempat raja di atas, masih ada raja lain yang juga memimpin kerajaan ini, di antaranya adalah:
- (1428 – 1438 M) Sultan Zainal Abidin II
- (1438 – 1462 M) Sultan Shalahuddin
- (1462 – 1464 M) Sultan Ahmad II
- (1464 – 1466 M) Sultan Abu Zaid Ahmad III
- (1466 – 1466 M) Sultan Ahmad IV
- (1466 – 1468M) Sultan Mahmud
- (1468 – 1474 M) Sultan Zainal Abidin III
- (1474 – 1495 M) Sultan Muhammad Syah II
- (1495 – 1495 M) Sultan Al-Kamil
- (1495 – 1506 M) Sultan Adlullah
- (1506 – 1507 M) Sultan Muhammad Syah III
- (1507 – 1509 M) Sultan Abdullah
- (1509 – 1514 M) Sultan Ahmad V
- (1514 – 1517 M) Sultan Zainal Abidin IV
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Benda-benda peninggalan Kerajaan Samudra Pasai sangatlah penting karena menjadi bukti dari keberadaannya. Adapun peninggalannya adalah:
1. Koin Emas
Seperti yang telah kamu baca di atas, Kerajaan Samudra Pasai sudah menggunakan koin sebagai alat pembayaran. Nah, koin emas atau dirham yang digunakan pada zaman tersebut benar-benar menggunakan emas murni.
Diameternya berukuran 10 milimeter dengan berat 0,6 gram. Koin emas tersebut memiliki dia jenis, yaitu dirham dan setengah dirham. Kebanyakan dirham digunakan untuk transaksi pembayaran tanah.
2. Cakra Donya
Benda sejarah peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang berbentuk lonceng ini merupakan hadiah dari Kaisar Cina. Lonceng tersebut dibuat sekitar tahun 1409 Masehi.
Nama Cakra Donya terdiri dari dua kata. Yang pertama adalah cakra yang artinya poros, matahari, atau cakarawala. Kemudian, donya adalah dunia. Jadi, secara harfiah namanya bisa diartikan sebagai cakarawala dunia.
Cakra Donya terbuat dari besi dan bentuknya mirip denga stupa. Kemudian, di bagian luarnya tedapat tulisan yang menggunakan huruf Arab dan Cina.
Tulisan dalam bahasa Cina dibaca, “Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo.” Sementara itu, tulisan yang menggunakan bahasa Arab sudah tidak dapat dibaca lagi.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
3. Stempel Kerajaan
Selanjutnya, di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara ditemukan stempel yang dulu digunakan pada masa pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai. Para ahli menduga, cap tersebut digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Malik az-Zahir.
Benda tersebut dibuat dengan menggunakan tanduk hewan. Ukurannya bisa dibilang kecil, yaitu hanya 2 x 1 cm.
4. Makam Sultan Malik as-Saleh
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Samudra Pasai yang lain adalah makam-makam para raja yang pernah memimpin. Salah satunya, yaitu makam milik Sultan Malik as-Saleh.
Makam sang raja terletak di Desa Beruringin, Kecamatan Samudera, Kabupatean Aceh Utara. Di situ, terdapat nisan yang begitu megah meski sudah berusia ratusan tahun. Bentuknya hampir mirip dengan stupa dan terdapat ukiran kaligrafi.
5. Makam Sultanah Nahrasiyah
Masih di kompleks pemakaman yang sama, di situ juga ditemukan makam miliki satu-satunya pemimpin wanita kerajaan tersebut, yaitu Sultanah Nahrasiyah.
Makam mendiang sultanah tersebut terbuat dari marmer yang didatangkan langsung dari Gujarat. Di sekelilingnya terdapat kata-kata yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab.
Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
Fakta Menarik Kerajaan Samudra Pasai
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah menyimak tentang lokasi, sejarah, hingga benda peninggalannya, berikut ini ada fakta-fakta menarik tentang Kerajaan Samudra Pasai yang sayang banget kalau dilewatkan.
1. Kehidupan Politik
Beberapa fakta mengenai Kerajaan Samudra Pasai didapatkan dari catatan perjalanan seorang musafir bernama Marcopolo. Dari tulisannya, diketahui bahwa raja di kerajaan tersebut menggunakan gelar sultan. Sementara itu, para putra maupun putri raja diberi gelar Tun.
Wilayah kekuasannya pun sangatlah luas. Beberapa daerah yang menjadi taklukkannya adalah Samudera Geudong, Meulaboh, Rimba Jreum, Seumerlang, dan Bireuen.
Para pemimpin daerah tersebut juga bergelar sultan. Selanjutnya, Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan bercorak Islam lainnya, terutama di Arab dan India.
2. Kehidupan Ekonomi
Dilihat dari letak Kerajaan Samudra Pasai yang dekat dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional, sudah tentu sektor kelautanlah yang menjadi andalan. Kerajaan tersebut dekat dengan Selat Malaka sehingga sering dijadikan tempat transit.
Selain itu, kerajaan ini juga mengandalkan sektor perdagangan. Rempah-rempah, terutama lada yang menjadi produk andalannya.
Bukan hanya rempah-rempah, para petani juga menanam padi yang kemudian dijadikan makanan pokok. Para petani tersebut dapat mengalami masa panen dua kali dalam setahun.
Kemudian, ada pula yang mengandalkan sektor peternakan. Hewan yang diternak biasanya adalah sapi.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
3. Perihal Sosial Budaya
Pemerintah Samudra Pasai menggunakan hukum-hukum Islam untuk mengatur warganya. Maka dari itu, kehidupan sosial di sini banyak memiliki kemiripan dengan masyarakat di Arab atau Mesir.
Selain itu karena letaknya yang dekat dengan Malaka, budaya warga Kerajaan Samudra Pasai pun serupa. Baik itu megenai upacara pernikahan, kelahiran, maupun kematian.
Selanjutnya pada masa kerajaan ini juga berkembang penggunaan huruf baru, yaitu Arab Jawi. Huruf tersebut berkembang karena para penulis menggunakan aksara Arab untuk menulis dalam bahasa Melayu. Dengan kata lain, Arab Jawi adalah huruf Arab yang di-Melayu-kan.
4. Memiliki Kaitan Erat dengan Walisongo
Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, Samudra Pasai merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di nusantara. Nah ternyata, beberapa anggota walisongo juga berasal dari daerah terebut.
Salah satunya adalah Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Ia merupakan putra dari pasangan Nyai Rara Santang dan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim dari Pasai.
Sebelum menjadi penyiar agama, Sunan Gunung Jati pergi ke Mekkah untuk mendalami agama. Setelah itu, ia tidak pulang ke Pasai melainkan menyebarkan agama Islam ke Demak.
Kemudian, ada pula Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. Ayah dari Sunan Gresik adalah seorang ulama dari Persia. Akan tetapi, ia bersama dengan keluarganya menetap di Pasai. Bahkan, saudaranya yang bernama Maulana Ishak adalah seorang ulama yang sangat dihormati di Pasai.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
Sudah Puas Menyimak Ulasan Sejarah Kerajaan Samudra Pasai di Atas?
Demikianlah informasi singkat mengenai sejarah Kerajaan Samudra Pasai yang bisa kamu temukan di sini. Mulai dari letak, sejarah berdiri, raja-raja yang memimpin, peninggalan-peninggalan, serta fakta menariknya. Semoga saja setelah membacanya bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuanmu, ya!
Nah, buat kamu yang penasaran dengan kerajaan di nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya, Demak, atau yang lainnya bisa banget baca artikel-artikel yang lainnya. Tunggu apalagi? Daripada semakin penasaran mending, yuk, langsung dicek saja!