
Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu peradaban sejarah yang pernah ada di Jawa Barat. Konon, kerajaan tersebut masih ada hubungannya dengan Kerajaan Sunda Galuh. Kalau penasaran, kamu bisa mengetahui ulasan lengkapnya berikut ini.
Di Indonesia ada banyak sekali sejarah kerajaan yang seru untuk diulik, salah satunya adalah Pajajaran. Kalau penasaran, kamu bisa menyimak ulasan lengkapnya di sini.
Menurut catatan sejarah, kerajaan yang bercorak Hindu tersebut sudah ada sejak tahun 1030 Masehi. Nama lainnya adalah Pakuan Pajajaran atau Pasundan. Kerajaan tersebut merupakan penerus dari Sunda Galuh.
Untuk yang sudah tidak sabar untuk membaca sejarah Kerajaan Pajajaran, kamu bisa langsung menyimaknya berikut ini. Tidak hanya mengenai sejarahnya, tetapi juga raja yang pernah memimpin, prasasti peninggalan, beserta fakta menariknya.
Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Pajajaran
Kalau sedang mencari ulasan lengkap tentang silsilah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Pajajaran, kamu bisa menyimaknya berikut ini. Daripada penasaran, langsung saja dibaca, ya!
Hal-Hal yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Apakah kamu sedang mencari faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Pajajaran? Jika iya, kamu tidak perlu bingung mencarinya ke mana-mana lagi karena bisa membacanya lewat artikel ...
Peninggalan Bersejarah yang Membuktikan Keberadaan Kerajaan Pajajaran
Sedang mencari informasi tentang peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Pajajaran? Kalau iya, pas banget karena kamu bisa menemukannya di sini. Tunggu apalagi, mending cek saja artikelnya ...
Lokasi Kerajaan Pajajaran
Sumber: Wikimedia Commons
Secara umum, letak dari Kerajaan Pajajaran berada di daerah Bogor. Namun, secara spesifik ada beberapa catatan peninggalan kuno yang menyebutkan mengenai lokasinya.
Menurut tulisan pada daun lontar yang kini tersimpan rapi di Museum Nasional, dulu letak kerajaan ini berada tak jauh dari hulu sungai Pakancilan. Kalau sekarang letak hulu tersebut berada di Kampung Lawanggintung.
Sementara menurut Tom Peres dalam catatannya yang berjudul The Suma Oriental mengatakan bahwa dulu kerajaan tersebut memiliki sebuah ibu kota yang disebut Dayeuh. Untuk menuju ke sana, dibutuhkan sekitar dua hari perjalanan dari Kalapa. Menurut sejarawan, Kalapa ini diyakini sebagai Jakarta.
Selain itu, letaknya juga dapat diketahui melalui catatan Bujang Manik, seorang pengembara yang merupakan salah satu keturunan kerajaan tersebut. Katanya, lokasi Pajajaran berbatasan langsung dengan Sungai Cipamali. Selanjutnya, di bagian utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa, bagian selatan oleh Samudera Hindia, dan bagian baratnya adalah Selat Sunda.
Kemudian, mengenai nama kerajaan ini sebenarnya bukanlah Pajajaran. Pajajaran dulunya merupakan sebuah ibu kota dari Kerajaan Sunda Galuh. Namun karena kebiasaan orang zaman dulu memanggil nama kerajaan menggunakan nama ibu kotanya, maka kemudian menjadi lebih dikenal menjadi Kerajaan Pajajaran.
Sejarah Kerajaan Pajajaran
Informasi mengenai sejarah terbentuknya Kerajaan Pajajaran ini bisa dibilang cukup panjang. Karena bisa dibilang, kerajaan tersebut memiliki cikal bakal dari kerajaan-kerajaan yang sebelumnya sudah berkuasa di wilayah barat seperti Tarumanegara, Sunda, dan Galuh.
Bermula dari Kerajaan Tarumanegara yang Pecah
Pada sekitar abad ke-5, ada Kerajaan Tarumanegara sudah berkuasa di wilayah Pulau Jawa bagian barat. Setelah lebih dari dua abad menjadi penguasa, kerajaan tersebut kemudian mengalami keruntuhan pada tahun 650 Masehi. Salah satu penyebabnya adalah karena serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Setelah itu, tahta Kerajaan Tarumanegara jatuh ke tangan Tarusbawa. Ia merupakan menantu dari Linggawarman, sang raja terakhir. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan tersebut semakin mengalami keterpurukan dan susah untuk bangkit. Maka dari itu, ia kemudian memindahkan kekuasaan ke Kerajaan Sunda.
Hal tersebut kemudian membuat pengaruh Tarumanegara menjadi melemah sehingga banyak kerajaan yang ditundukkan melepaskan diri. Termasuk di Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh cucu dari Kertawarman yang bernama Wretikandayun.
Wretikandayun tidak hanya ingin memisahkan diri, tetapi juga meminta sebagian wilayah Tarumanegara. Karena tidak mau terjadi peperangan, Tarusbawa pun menyetujui hal tersebut. Kerajaan Tarumanegara lalu dibagi menjadi dua, yaitu Sunda dan Galuh dengan Sungai Citarum yang menjadi pembatasnya.
Baca juga: Informasi Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Memimpin Mataram Kuno
Kedatangan Pengungsi dari Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1400 Masehi, terjadi kekacauan di Kerajaan Majapahit akibat perebutan kekuasaan. Setelah itu keturunan kerajaan tersebut kemudian pergi ke Kerajaan Galuh untuk meminta perlindungan. Mereka pun disambut baik oleh sang raja yang bernama Dewa Niskala.
Salah satu keturunan Majapahit yang bernama Raden Baribin pun menikah dengan putri raja yang bernama Ratna Ayu Kirana. Selain itu, sang raja juga menikahi salah satu putri dari Kerajaan Majapahit.
Rupanya pernikahan tersebut memicu amarah dari Raja Susuktunggal, pemimpin Kerajaan Sunda. Ia menganggap Raja Dewa Niskala telah melanggar peraturan dari leluhur yang tidak memperbolehkan keturunan Sunda-Galuh menikahi keturunan Majapahit. Sebagai tambahan informasi, larangan tersebut muncul setelah terjadinya Perang Bubat.
Keadaan tersebut rupanya semakin memanas dan hampir saja memicu peperangan. Beruntungnya, para penasihat raja berhasil meredam situasi. Namun karena keduanya juga melanggar larangan untuk tidak berseteru, akhirnya mereka harus turun tahta.
Raja Dewa Niskala memiliki seorang putra yang bernama Jayadewata. Sang putra menikah dengan Nyai Ketring Manik Mayang Sunda yang merupakan putri dari Raja Susuktunggal.
Pemimpin dari Kerajaan Galuh itu kemudian menunjuk putranya yang bernama Jayadewata untuk meneruskan kepemimpinan. Sementara itu, Raja Susuktunggal pun memberikan mandat kepada menantunya untuk mengambil alih kerajaan.
Dengan adanya peristiwa tersebut, Kerajaan Sunda dan Galuh kemudian bersatu. Jayadewata kemudian naik tahta pada tahun 1482 dan bergelar Sri Baduga Maharaja. Ia juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Beginilah sejarah awal terbentuknya Kerajaan Pajajaran.
Baca juga: Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Singasari
Raja-Raja yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan Pajajaran
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah menyimak info mengenai sejarah berdirinya Kerajaan Pajajaran, selanjutnya kamu akan menyimak ulasan singkat tentang raja-raja yang pernah memimpin. Adapun para raja tersebut adalah:
1. Sri Baduga Maharaja
Seperti yang sudah kamu baca di atas, Sri Baduga Maharaja merupakan anak laki-laki Raja Dewa Niskala dan Permaisuri Mayangsari. Ia lahir pada tahun 1401 Masehi di Kawali, yang merupakan ibu kota dari Kerajaan Galuh.
Sewaktu masih muda, dirinya dikenal sebagai seorang ksatria pemberani yang suka mengembara. Masa mudanya juga dihabiskan untuk berguru kepada Ki Gedeng Sindangkasih di Kerajaan Singapura atau Cirebon.
Jayadewata kemudian menikah dengan putri dari sang guru yang bernama Nyi Ambetkasih. Sesudah itu, ia kemudian dijodohkan dengan Nyai Kentring Manik Mayang Sunda yang merupakan putri Prabu Susuktunggal dari Kerajaan Sunda.
Ia kemudian mewarisi tahta Kerajaan Galuh dan Sunda pada tahun 1482. Menurut informasi yang tertulis dalam prasasti Batutulis, dirinya dinobatkan menjadi raja sebanyak dua kali.
Setelah resmi menjadi raja, gelarnya adalah Sri Baduga Maharaja Ratu Haji. Pada masa kepemimpinannya ini, Kerajaan Pajajaran mengalami masa keemasan. Kerajaan mengalami kemajuan yang pesat dan rakyat hidup dengan makmur.
2. Surawisesa
Setelah Sri Baduga Maharaja turun tahta pada tahun 1521, silsilah kepemimpinan Kerajaan Pajajaran jatuh ke tangan Surawisesa. Ia adalah anak dari Sri Baduga dengan Nyai Mayang Sunda.
Sama seperti sang ayah, dirinya juga dikenal sebagai seorang yang gagah dan pemberani. Selama memimpin, tercatat ia pernah memimpin peperangan sebanyak 15 kali.
Namun, hal tersebut jugalah yang membuatnya kurang disenangi. Pasalnya, ia sering menyelesaikan masalah dengan jalur kekerasan yang akhirnya malah membuat rakyat menderita. Ia kemudian memutuskan untuk turun tahta pada tahun 1535 setelah memimpin selama 14 tahun.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Kediri
3. Ratu Dewata
Sepeninggal Surawisesa, sejarah pemerintahan Kerajaan Pajajaran kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Ratu Dewata. Ia resmi menjadi raja pada tahun 1535 Masehi.
Berbeda dari sang ayah, Ratu Dewata lebih dikenal sebagai sebagai seseorang yang taat beragama dan tidak terlalu pandai urusan politik. Pada masa pemerintahannya ini pula banyak sekali terjadi serangan terhadap kerajaan. Beruntungnya, ia masih memiliki perwira yang hebat dan berpengalaman.
Meskipun begitu, di masa kepemimpinannya, ia mampu membangun sebuah telaga besar dan sarana prasarana lain yang mendukung kemajuan kerajaan tersebut. Selain itu, dirinya juga mampu menyusun undang-undang yang digunakan sebagai peraturan Kerajaan Pajajaran.
4. Ratu Sakti
Pada tahun 1543 Masehi, Ratu Dewata digantikan oleh Ratu Sakti. Pada masa pemerintahannya ini situasi di kerajaan menjadi kacau.
Hal itu disebabkan oleh sang raja yang mementingkan dirinya sendiri daripada rakyat. Sang raja dikenal sebagai seorang yang kurang bijak dan egois. Ia juga suka berfoya-foya dan mabuk-mabukan.
Di era kekuasaannya itu, sebenarnya ada peluang untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Pajajaran. Sayangnya, sang raja tidak mau mengambil peluang tersebut dan tetap bersenang-senang di atas penderitaan rakyat.
Ratu Sakti memerintah Kerajaan Pajajaran selama delapan tahun, yaitu sampai 1551 Masehi. Setelah itu, ia dikudeta oleh Nilakendra.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
5. Ratu Nilakendra
Kondisi Kerajaan Pajajaran sudah sangat kompleks di masa pemerintahan Ratu Nilakendra. Meskipun sudah berganti pemimpin, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh banyak.
Sifat raja yang memiliki nama asli Tohaan ini mungkin sedikit lebih baik dari pendahulunya. Ia bukanlah orang yang suka melanggar aturan. Hanya saja, dirinya ternyata pengikut aliran mistik bernama Tantrayana yang bisa dibilang terlarang.
Kondisi rakyat pun bisa dibilang tak lebih baik. Bahkan, di Carita Parahiyangan tertulis kalau terjadi kelaparan pada saat itu dan tidak ada usaha dari kerajaan untuk membantu mereka. Mirisnya dalam keadaan seperti itu sang raja malah lebih memilih untuk memperindah istana.
Selain itu, ketika menghadapi peperangan, ia lebih memilih untuk menggunakan jimat-jimat daripada menyusun siasat perang. Karena hal itulah pertahanan kerajaan melemah. Ia pun kalah saat diserang oleh Kerajaan Banten dan melarikan diri.
6. Prabu Surya Kencana
Setelah Ratu Nilakendra melarikan diri, takhta Kerajaan Pajajaran mengalami kekosongan. Meskipun tidak ada raja yang berkuasa, pada waktu itu wilayah kerajaan tidak bisa ditembus musuh karena kuatnya benteng pertahanan yang sudah dibuat sejak zaman Sri Baduga Maharahaja.
Kemudian baru pda tahun 1567, Raga Mulya naik takhta untuk menggantikannya. Sang raja berkedudukan di wilayah Suryakencana. Maka dari itu, ia kemudian lebih dikenal sebagai Prabu Suryakencana.
Pada masa pemerintahannya, benteng pertahanan yang kuat tersebut akhirnya dapat dibobol oleh Kerajaan Banten. Peristiwa tersebut dapat terjadi karena adanya penjaga yang berkhianat. Setelah itu kerajaan dapat dengan mudah dikalahkan.
Bukti resmi dari berakhirnya era Kerajaan Pajajaran adalah pemindahan Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk untuk menobatkan raja, dari Pakuan ke Banten. Hal tersebut memiliki arti kalau tidak akan ada lagi raja yang dapat dinobatkan untuk meneruskan tahta Pajajaran.
Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit
Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Berikut ini adalah peninggalan sejarah berupa prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Pajajaran. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Prasasti Cikapundung
Sumber: VOA Indonesia
Para ahli sejarah memperkirakan salah peninggalan sejarah dari Kerajaan Pajajaran ini ditulis pada abad ke-14. Benda tersebut memiliki tinggi sekitar 55 cm, panjang 178 cm, dan lebar 80 cm.
Tulisan yang terpahat pada batu purbakala itu menggunakan huruf Sunda Kuno. Bunyi dari tulisannya adalah “unggal jagat halmah hendap” yang artinya adalah seluruh manusia yang ada di dunia akan mengalami suatu peristiwa. Selain tulisan, di situ juga terdapat gambar telapak kaki, tangan, dan juga wajah.
Prasasti ini baru ditemukan kembali pada tahun 2010 di Kampung Cimaung, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan, Bandung, Jawa Barat. Batuan klasik tersebut tidak sengaja ditemukan oleh warga di dekat aliran Sungai Cikapundung.
2. Prasasti Pasir Datar
Selanjutnya, ada prasasti Pasir Datar yang ditemukan pada tahun 1872 lalu. Batu tersebut ditemukan disebuah perkebunan kopi di Desa Cisande, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Untuk isinya sendiri tidak ada yang tahu pasti karena belum ada yang menerjemahkannya. Saat ini, peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta.
3. Prasasti Huludayeuh
Sesuai dengan namanya, prasasti tersebut ditemukan di Kampung Huludayeuh, Desa Cikahalang, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. Sebenarnya, benda tersebut sudah lama ditemukan oleh warga, tapi baru dilaporkan dan diketahui oleh arkeolog pada tanggal 11 September 1991.
Peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran tersebut terbuat dari batu alam. Tingginya 75 cm, lebar 36 cm, dan tebal 20 cm. Pada batu tersebut terdapat tulisan berjumlah 11 baris yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sunda Kuno.
Karena ditemukan dalam keadaan yang tidak utuh, ada beberapa bagian yang hilang sehingga sulit dibaca. Namun dari teks yang masih dapat dibaca dan ditranskrip, isinya adalah tentang sebuah proyek besar yang dikerjakan oleh Kerajaan Sunda untuk kemakmuran rakyat.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
4. Prasasti Karangkamulyan
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Di urutan keempat ada Prasasti Karangkamulyan. Sesuai dengan namanya, benda tersebut ditemukan di Desa Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat. Namanya sendiri memiliki arti tempat yang dimuliakan.
Benda sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran ini berada disebuah kawasan yang memili luas sekitar 24 hektar. Isinya tentu tidak hanya prasasti lain, akan tetapi beberapa struktur batu yang diduga dulunya digunakan untuk tempat tinggal.
Selain itu, tempat ini juga memiliki legenda yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Kisahnya adalah tentang Ciung Wanara yang memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Galuh.
5. Prasasti Ulubelu
Prasasti bersejarah yang terbuat dari batu alam ini ditemukan pada tahun 1936 di Desa Rebangpunggung, Kota Agung, Lampung. Tidak perlu heran bagaimana benda peninggalan Pajajaran bisa ditemukan di sana.
Konon, Lampung juga termasuk daerah taklukkan dari Kerajaan Pajajaran. Hal tersebut juga didukung oleh sejarawan yang mengatakan bahwa tulisan pada batu tersebut menggunakan huruf Sunda Kuno.
Pahatan tersebut berisikan mantra-mantra yang digunakan untuk meminta tolong kepada Dewa Trimurti, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Selain itu, ada juga mantra yang ditujukan untuk dewa yang menguasai tanah, air, dan pohon. Tujuannya supaya manusia diberi keselamatan.
6. Prasasti Padrao
Kemudian, ada juga sebuah prasasti yang menuliskan tentang perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis yang diberi nama Padrao. Bentuknya berupa tugu yang terbuat dari batu andesit. Tingginya sekitar 172 cm, lebar 44 cm, dan tebal 34 cm. Tulisan yang terpahat pada batu tersebut menggunakan huruf lating dengan bahasa Portugis.
Benda peninggalan tersebut dibuat pada era pemerintahan Raja Surawisesa. Kemudian, tidak sengaja ditemukan kembali pada tahun 1918 ketika sedang menggali tanah untuk membangun fondasi bangunan.
Isinya adalah Kerajaan Sunda yang akan dibantu oleh Portugis untuk menghadapi musuh-musuhnya. Sebagai gantinya, kerajaan tersebut mengizinkan Portugis untuk mendirikan benteng dan mempunyai hak untuk mendapatkan lada.
7. Prasasti Batutulis
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran terakhir yang bisa kamu temukan di sini adalah prasasti Batutulis. Batuan purbakala ini diterbitkan pada masa pemerintahan Raja Surawisesa pada tahun 1533 Masehi. Tepatnya, 12 tahun setelah wafatnya Raja Sri Baduga Maharaja.
Tujuan didirikannya prasasti tersebut adalah sebagai pengingat akan kejayaan sang ayah. Karena pada tahun tersebut, banyak sekali daerah taklukkan yang melepaskan diri. Hal itu juga sekaligus menjadi bentuk penyesalan Raja Surawisesa karena tidak dapat mempertahankan peninggalan ayahnya.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
Fakta Menarik dari Kerajaan Pajajaran
Arca Brahma
Sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak tentang sejarah, silsilah para raja, dan juga peninggalan dari Kerajaan Pajajaran, kan? Nah, berikut ini ada fakta-fakta menarik dari kerajaan tersebut yang sayang banget kalau dilewatkan.
1. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajajaran
Menurut catatan sejarah yang ada, sebagian besar rakyat di Kerajaan Pajajaran mengandalkan sektor pertanian. Beberapa hasil pertaniannya adalah lada, beras, buah-buhan, dan sayur. Selain bertani, ada juga warga yang beternak sapi, babi, dan kambing.
Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting untuk menunjang kegiatan perekonomian. Namanya adalah Pelabuhan Banten, Cigede, Pontang, Kalapa, Cimanus, dan Tomgara. Tiap pelabuhan memiliki seorang pemimpin yang dijuluki Syahbandar.
2. Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Pajajaran
Dari Kitab Sanghyang dapat diketahui bahasa masyarakat Kerajaan Pajajaran terbagi atas beberapa kelompok. Yang pertama adalah para cendekiawan dan rohani, biasanya adalah para Brahamana.
Selanjutnya ada aparat pemerintah yang terdiri dari petugas administratif dan prajurit. Dan terakhir adalah kelompok ekonomi yang berisikan pelaku ekonomi. Contohnya adalah pengrajin emas, petani, nelayan, pelukis, dan lain-lain.
Sementara itu, kebudayaan yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat Pajajaran pada zaman dahulu kebanyakan mendapatkan pengaruh dari agama Hindu dan Buddha. Selain itu, juga bercampur dengan kebudayaan peninggalan leluhur.
Baca juga: Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai
Sudah Puas Menyimak Ulasan Lengkap tentang Sejarah Kerajaan Pajajaran Ini?
Demikianlah informasi lengkap dari sejarah Kerajaan Pajajaran yang dapat kamu simak di sini. Bagaimana? Semoga setelah membacanya dapat menambah pengetahuanmu, ya!
Untuk kamu yang mungkin juga mencari ulasan serupa tentang kerajaan lain di Indonesia, mending langsung cek saja artikel-artikel PosKata yang lainnya. Contohnya ada Kerajaan Sriwijaya, Tarumanegara, Samudra Pasai, dan lain-lain.