
Apakah kamu sedang mencari informasi mengenai Kerajaan Kediri yang dulunya berada di Jawa Timur ini? Kalau iya, pas banget, nih. Langsung simak ulasannya di bawah ini.
Kalau membicarakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, rasanya kurang pas jika tidak membahas soal Kerajaan Kediri. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan besar di Pulau Jawa dengan wilayah kekuasaan mulai dari Pulau Jawa hingga ke Sumatra.
Kerajaan Kediri didirikan sekitar abad ke-11 oleh Samarawijaya. Dari proses berdirinya hingga kemudian menjadi sebuah kerajaan yang besar tidak lepas dari peperangan dan pertumpahan darah.
Lantas, seperti apa kisahnya? Daripada semakin penasaran, mending langsung saja cek ulasan tentang sejarah Kerajaan Kediri ini beserta ulasan menariknya berikut ini.
Faktor yang Dinilai Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri
Apakah kamu penasaran dengan faktor-faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri? Kalau iya, kamu bisa mendapatkan jawabannya berikut ini. Tunggu apalagi? Yuk, mending langsung dicek saja ...
Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
Apakah kamu sedang mencari silsilah lengkap raja-raja yang pernah bertahta di Kerajaan Kediri? Jika iya, kebetulan sekali karena kamu bisa menyimak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Peninggalan Sejarah yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Kediri
Kamu penasaran nggak, sih, dengan benda-benda sejarah peninggalan Kerajaan Kediri? Jika iya, pas banget, nih. Kamu bisa menyimak penjelasan sekaligus melihat gambarnya berikut ini. Yuk, ...
Lokasi Kerajaan Kediri
Sumber: Wikimedia Commons
Menurut para ahli sejarah, letak dari Kerajaan Kediri ini berada di Daha. Daha sendiri juga merupakan nama sebuah kota yang berasal dari kata Dahapura dan memiliki arti kota api. Wilayah tersebut diperkirakan terletak di Jawa timur bagian selatan.
Dulunya, Daha merupakan ibukota dari Kerajaan Kahuripan yang dipecah menjadi dua untuk menghindari perang perebutan kuasa antar keturunannya. Nah, salah satu dari pecahan tersebut adalah Kerajaan Kediri.
Sejarah Kerajaan Kediri
Seperti yang sudah kamu baca di atas, Kerajaan Kediri ini memang merupakan pecahan dari Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Airlangga. Ceritanya, pada waktu itu ia ingin turun tahta dan menjadi seorang pertapa.
Awalnya, sang raja menunjuk keturunannya dari sang permaisuri, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi untuk menjadi raja. Sayangnya, sang putri menolak karena memilih untuk bertapa saja dan tidak mengurusi kerajaan.
Karena hal tersebut, Prabu Airlangga kemudian mencari alternatif lain dengan menunjuk salah satu putra dari para selirnya. Nah, kandidat yang terkuat adalah Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
Namun, ia merasa bimbang karena kalau hanya memilih salah satu saja pasti akan ada pertumpahan darah untuk memperebutkan kekuasaan. Untuk menghindarinya, ia kemudian membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua.
Bagian kerajaan sebelah barat diserahkan kepada Samarawijaya dan kemudian diganti nama menjadi Panjalu Kadiri. Sementara itu, yang sebelah timur diberikan kepada Mapanji Garasakan dan berganti nama menjadi Kerajaan Jenggala.
Sayang, harapan dari Raja Airlangga supaya kedua anaknya tidak ada pertumpahan darah pupus sudah. Setelah ia meninggal, kedua keturunannya tetap saja saling berebut kekuasaan.
Pertarungan sengit itu dapat dimenangkan oleh kubu Raja Samarawijaya. Ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Kediri. Sejak saat itu, Kerajaan Panjalu menjadi lebih dikenal menjadi Kerajaan Kediri.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Raja-Raja yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan Kediri
Berikut ini adalah sejarah dari silsilah para raja yang pernah memimpin Kerajaan Kediri. Mereka adalah:
1. Raja-Raja Awal
Sri Samarawijaya merupakan pendiri dari Kerajaan Kediri. Ia adalah putra Raja Airlangga dari salah satu selirnya.
Nama ibunya sendiri tidak disebutkan dengan jelas. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan kalau ibunya adalah putri dari Dharmawangsa Teguh, yang merupakan raja terakhir Kerajaan Medang.
Setelah memenangkan perebutan wilayah dengan Mapanji Garasakan, ia kemudian resmi naik tahta pada tahun 1042. Sayangnya, mengenai berapa lama ia memerintah tidak ada catatan pasti.
Bahkan, raja-raja yang mewarisi tahta setelahnya juga tidak informasi jelasnya. Maka dari itu, masa setelah pemerintahan Samarawijaya dikatakan sebagai periode gelap oleh sejarawan.
Kemudian, informasi mengenai silsilah Kerajaan Kediri diketahui saat prasasti Sirahketing ditemukan. Di situ, tertulis bahwa Sri Jayawarsa yang menjadi pemimpin kerajaan tersebut pada tahun 1104 Masehi. Gelarnya adalah Sri Maharaja Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu.
Mengenai kapan resminya ia naik tahta dan kapan pemerintahannya berakhir juga tidak ada informasi yang jelas. Namun diketahui dari Prasasti Panumbangan yang ditulis pada tahun 1120 Masehi, ia wafat dan dimakamkan di Gajapada.
Tahta Kerajaan Kediri selanjutnya kemudian jatuh kepada Sri Bameswara. Dari beberapa prasasti yang ditemukan, para ahli kemudian menyimpulkan bahwa ia menjadi raja sekitar tahun 1117 hingga 1130 Masehi. Gelarnya adalah Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.
Baca juga: Alasan yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
2. Sri Jayabaya
Sumber: Boombastis
Jayabaya bisa dibilang merupakan raja dari Kerajaan Kediri yang paling terkenal. Terlebih, karena ramalannya yang akurat di masa sekarang meskipun sudah dituliskan ribuan tahun lalu.
Para ahli sejarah memperkirakan ia menjadi pemimpin sekitar tahun 1135 hingga 1157 Masehi. Gelarnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pada masa pemerintahan Jayabaya ini pula Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan.
Salah satu bukti kejayaannya adalah sang raja mampu menaklukkan banyak wilayah di seluruh Pulau Jawa hingga sebagian Pulau Sumatra. Selain itu, ia juga dapat menyatukan wilayah Kediri dan Jenggala yang dari dulu selalu berperang.
Kehidupan rakyatnya pun terjamin dan makmur. Itu semua karena ia menaruh perhatian yang besar untuk menyejahterakan rakyat. Sektor pertanian dan perdagangannya sangatlah maju.
Raja Jayabaya menikah dengan seorang putri bernama Dewi Sara. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Jayaamiaya, Dewi Pramesti, Dewi Sasanti, dan Dewi Pramuni. Cucu-cucu dari keturunannya inilah yang nanti menjadi raja-raja di Jawa.
Sekitar tahun 1157, Raja Jayabaya turun tahta saat usianya sudah sangat tua. Ia lalu pergi bertapa di sebuah tempat dan meninggal dengan cara moksa.
3. Sri Sarweswara
Pada tahun 1159 Masehi kepemimpinan Kerajaan Kediri dilanjutkan oleh Sri Sarweswara. Saat naik tahta, ia memiliki gelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.
Pada prasasti Padelegan II (1159 M) dan Prasasti Kahyunan (1161 M) tertulis bahwa raja adalah seorang yang religius. Selain itu, ia juga menjunjung tinggi budayanya. Maka dari itu, ia juga dihormati dan disegani oleh rakyat.
Mengenai kapan tepatnya ia turun tahta tidak ada catatan yang pasti. Hanya saja, para ahli memperkirakan hal itu terjadi sekitar tahun 1161 Masehi.
Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang Harus Kamu Tahu
4. Raja-Raja Selanjutnya
Sepeninggal Sri Sarweswara, tumpu kekuasaan jatuh kepada Sri Aryeswara yang resmi naik tahta tahun 1171. Hal tersebut dituliskan dalam Prasasti Angin.
Sang raja memiliki gelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Lagi-lagi, tidak ada catatan pasti mengenai kapan ia turun tahta.
Setelah itu, Kerajaan Kediri kemudian dipimpin oleh Sri Gandra. Menurut catatan sejarah, ia mulai naik tahta pada tahun 1811 Masehi. Gelarnya adalah Sri Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra.
Tampuk kekuasaan kerajaan kemudian beralih ke Sri Kameswara pada tahun 1182 Masehi. Di era kepemimpinannya ini, seni sastra mengalami perkembangan yang begitu pesat. Beberapa karya terkenal yang lahir di masa ini adalah Kitab Smaradhana, cerita Panji Semirang, dan kisah lahirnya Dewa Ganesha.
Raja yang bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa ini memerintah cukup lama. Ia diperkirakan turun tahta sekita tahun 1190 Masehi.
5. Raja Terakhir
Menurut catatan sejarah, Sri Kertajaya diketahui sebagai raja terakhir Kerajaan Kediri. Masa pemerintahannya mulai pada tahun 1194 Masehi dan gelarnya adalah Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa.
Di era kepimpinannya ini, kondisi kerajaan semakin hari semakin mundur. Terlebih lagi, sebuah pergolakan muncul ketika ia meminta untuk disembah sebagai seorang dewa.
Hal tersebut tentu saja sulit untuk diwujudkan. Para brahmana pun menolak keputusan tersebut dan minta bantuan ke Kerajaan Tumapel yang dipimpin oleh Ken Arok.
Peperangan pun tidak dapat dihindarkan. Dalam peristiwa tersebut, Sri Kertajaya dalam menyelamatkan diri. Sayangnya, kerajaannya telah hancur.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
Peninggalan Kerajaan Kediri
Peninggalan-peninggalan sejarah dari Kerajaan Kediri ada beberapa bentuk. Selain prasasti, wujud dari peninggalan lainnya adalah candi dan kitab sastra.
1. Prasasti Sejarah Peninggalan Kerajaan Kediri
Adapun prasasti-prasasti peninggalannya adalah sebagai berikut:
a. Prasasti Jaring
Salah satu prasasti purbakala dari Kerajaan Kediri ini berlokasi di Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Sutojaya, Kabupaten Blitar. Peninggalan ini pertama kali ditemukan oleh Gubernur Hindia-Belanda, Thomas Raffless saat berkunjung ke hutan Lodaya.
Prasasti Jaring ditulis menggunakan huruf dan bahasa Jawa Kuno. Benda yang terbuat dari batu andesit ini memiliki tinggi 166 cm, lebar 86 cm, dan tebal 67 cm.
Benda purbakala yang dikeluarkan atas oleh Sri Gandra tersebut bertanggal 19 November 1181 Masehi. Isinya adalah tentang pemberian anugerah kepada penduduk Jaring karena telah setia kepada raja.
b. Prasasti Kamulan
Selanjutnya, ada Prasasti Kamulan yang terbit pada tahun 31 Agustus 1194 Masehi di masa pemerintahan Raja Kertajaya. Lokasinya berada di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.
Isinya adalah mengenai kemenangan kerajaan tersebut dalam menghadapi serangan kerajaan dari timur. Kemudian, tanggal penulisan itu dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Trenggalek.
Baca juga: Inilah Dia Silsilah Para Raja yang Berkuasa di Kerajaan Demak
c. Prasasti Panumbangan
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Prasasti peninggalan Kerajaan kediri selanjutnya adalah Panumbangan. Peninggalan purba ini terletak di wilayah Cagar Budaya Gapura Plumbangan. Tepatnya, berada di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.
Benda tersebut memiliki tinggi 78 cm, tebal 26 cm, dan lebar 120 cm. Menurut tulisan yang terukir, prasasti ini dikeluarkan pada tahun 1042 Saka, pada saat kepemimpinan Raja Bameswara.
Peninggalan tersebut merupakan sima. Untuk yang belum tahu, sima adalah hadiah berupa pembebasan pembayan pajak yang diberikan raja untuk sekelompok orang yang dianggap berjasa.
d. Prasasti Hantang
Benda sejarah peninggalan Kerajaan Kediri ini ditemukan di Kecamatan Ngantang, Malang, Jawa Timur. Prasasti tersebut dibuat pada tahun 1135 Masehi serta ditulis menggunakan huruf dan bahasa Kawi.
Diketahui, Raja Jayabayalah yang mengeluarkan prasasti tersebut kepada rakyat Ngantang karena sudah menunjukkan kesetiannya pada raja. Sementara itu, isinya adalah tentang pembebasan pajak tanah untuk warga di wilayang Ngantang.
e. Prasasti Sirahketing
Prasasti sejarah peninggalan Kerajaan Kediri yang terakhir ini ditemukan di Dukuh Sirahketing, Desa Dedingin, Ponorogo, Jawa Timur. Isinya adalah tentang pemberian hadiah oleh Raja Jayawarsa untuk rakyat yang setia dan berjasa
Pada tulisan yang terpahat, batu purbakala ini dikeluarkan pada tahun 1204 Masehi. Untuk saat ini, prasasti tersebut disimpian di Museum Nasinal dalam keadaan baik meskipun beberapa bagiannya sudah hilang termakan usia.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
2. Candi Peninggalan Kerajaan Kediri
Selanjutnya, di bawah ini adalah peninggalan Kerajaan Kediri yang berupa candi. Adapun candi-candi tersebut adalah:
a. Candi Penataran
Bangunan peninggalan Kerajaan Kediri ini merupakan candi yang paling besar di Jawa Timur. Lokasinya berada di lereng Gunung Kelud sebelah barat daya, tepatnya di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Menurut para ahli sejarah, candi tersebut dibangun sekitar tahun 1200 Masehi. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan supaya terhindar dari letusan Gunung Kelud.
Candi yang dulunya disebut Candi Palah ini memiliki corak Hindu Siwaitis. Dulu, Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit juga pernah singgah ke sini.
b. Candi Gurah
Peninggalan purbakala ini lokasinya berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kira-kira hanya 200 meter saja dari situs Tondowongso.
Penemuan candi ini pun bisa dibilang tidak sengaja. Jika situs Tondowongso tidak ditemukan pada tahun 2007 lalu, maka bangunan ini pun tidak akan ditemukan.
Candi Gurah berukuran 9,5 x 9,5 m², lebih besar jika dibandingkan dengan Candi Tondowongso yang berukuran 8 x 8 m². Sayangnya, bangunan ini belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
c. Candi Mirigambar
Sumber: jatimnow
Candi Mirigambara juga merupakan salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Kediri yang diperkirakan dibangun pada tahun 1214 Saka. Lokasinya berada di Tulungagung, tepatnya di Desa Mirigambar.
Berbeda dari candi-candi yang sebelumnya, bangunan ini memiliki relief unik. Pada dindingnya terdapat ukiran yang mengisahkan tentang percintaan Raden Panji dari Jenggala dan Putri Sekartaji dari Kediri.
Sayangnya, candi tersebut hampir runtuh karena sudah termakan usia dan struktur tanahnya yang miring. Baru pada tanggal 20 Februari 2021, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur mulai melakukan pemugaran.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
3. Karya Sastra Peninggalan Kediri
Sementara itu di bidang sastra, Kerajaan Kediri memiliki beberapa kitab peninggalan yang begitu terkenal. Ulasannya adalah sebagai berikut:
a. Kakawin Smaradahana
Salah satu sastra kuno yang berjudul Smaradahana ini juga merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kediri. Kitab tersebut ditulis oleh Mpu Dharmadjya dengan menggunakan bahasa Kawi. Isinya sendiri menceritakan tentang Batara Kamajaya yang diutus oleh para dewa yang lain untuk menjemput Batara Siwa yang terlalu khusyuk untuk bertapa.
Sayangnya, Kamajaya mengganggu Batara Siwa dengan cara yang curang. Hal itu memicu kemarahan Siwa yang kemudian langsung menghancurkannya.
b. Kakawin Bharatayudha
Kitab sastra peninggalan Kerajaan Kediri tersebut dibuat pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, yaitu sekitar tahun 1157 Masehi. Yang menggubah adalah Mpu Sedang dan Mpu Panuluh.
Isi dari kitab tersebut adalah mengenai peperangan yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Pertempuran yang terjadi antara dua kubu inilah yang disebut Perang Bharatayudha. Konon, kisah tersebut diilihami dari cerita kehidupan dari Raja Jayabaya.
c. Kakawin Kresnayana
Selanjutnya, ada Kakawin Kresnayana yang ditulis oleh Mpu Triguna. Kitab tersebut kira-kira dibuat pada tahun 1104 Masehi.
Kakawin Kresnayana menceritakan tentang kisah cinta Prabu Kresna dengan Dewi Rukmini. Kedua sejoli tersebut harus melewati hal yang cukup rumit hingga akhirnya dapat bersama.
Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit
Fakta Menarik dari Kerajaan Kediri
Sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak mengenai sejarah, silsilah raja-raja, serta peninggalan Kerajaan Kediri, kan? Nah, selanjutnya ada fakta menarik tentang kerajaan tersebut yang sayang sekali jika dilewatkan.
1. Ada Penggolongan Masyarakat
Di era Kerajaan Kediri, rakyat digolongkan dalam tiga kelas. Kelas yang pertama masyarakat pusat atau kerajaan. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah orang-orang yang di dalam lingkungan kerajaan beserta kerabatnya.
Kemudian, kelas yang kedua adalah masyarakat tani. Kamu mungkin mengira kalau yang termasuk dalam golongan ini adalah mereka yang pekerjaan bercocok tanam, kan? Ini kurang tepat karena yang termasuk dalam kelas tersebut adalah mereka yang menjadi pejabat atau petugas pemerintahan.
Kelas yang terakhir adalah golongan masyarakat non pemerintah. Nah, orang-orang yang masuk dalam golongan ini adalah mereka yang tidak memiliki sangkut paut atau pekerjaan dengan pemerintah.
2. Memiliki Sistem Perundangan-Undangan yang Baku
Segala peraturan yang diberlakukan di Kerajaan Kediri diatur oleh sebuah kitab bernama Darmapraja. Buku tersebut bukan dibuat oleh raja, melainkan Dewan Kapunjanggaan Istana yang memang ahli dalam bidang hukum. Keputusan yang diambil oleh raja selalu berdasarkan pada kitab ini.
Di dalamnya, juga terdapat hukum yang mengatur tentang hukum pidana. Termasuk di dalamnya mengatur tentang pembagian warisamn, perceraian, dan jual beli. Kemudian dari peraturan hukum pidana tersebut dikembangkan menjadi hukum perdata.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
3. Perihal Sistem Peradilan
Menurut catatan sejarah di Kerajaan Kediri, semua keputusan pengadilan berada di tangan raja. Namun, tentu saja keputusan itu berpedoman pada kitab perundang-undangan.
Akan tetapi, raja tidak selalu harus turun tangan menyelesaikan masalah. Untuk masalah pengadilan, sang raja dibantu oleh Adidarma Dyaksa atau hakim yang berjumlah dua orang.
Adidarma Dyaksa yang pertama Kasiwan yang merupakan kepala pemuka agama Siwa. Dan, yang satunya lagi adalah Adidarma Dyaksa Kabudan dari pemuka agama Buddha. Terpilihnya kedua pemuka tersebut dikarenakan agama utama di Kerajaan Kediri adalah Hindu beraliran Siwa dan Buddha.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Informasi tentang Sejarah Kerajaan Kediri
Itulah tadi ulasan mengenai Kerajaan Kediri yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja setelah membaca ulasannya dapat menambah pengetahuan dan memuaskan rasa ingin tahumu, ya!
Bagaimana kalau kamu ingin menyimak informasi tentang kerajaan-kerajaan lain di Indonesia? Tenang saja, kamu juga bisa menemukannya di sini, lho. Contohnya saja ada Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Kutai, Demak, dan masih banyak lagi.
Maka dari itu, tunggu apalagi? Yuk, langsung aja cek artikel lain di PosKata!