
Di Indonesia, ada banyak sekali kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang menarik untuk di bahas. Selain Demak dan Samudra Pasai, ada juga Kerajaan Banten yang sejarah lengkapnya bisa kamu cari tahu di sini. Yuk, langsung disimak!
Perkembangan sejarah Islam di daerah Pulau Jawa bagian barat tidak dapat dipisahkan peranan Kerajaan Banten. Kerajaan tersebut memang sangat berperan dalam menyebarkan agama Islam hingga menjadi besar seperti sekarang.
Menurut catatan beberapa sumber sejarah, Kerajaan Banten didirikan sekitar tahun 1500-an oleh anak laki-laki dari salah seorang sunan yang termasuk ke dalam Walisongo, yaitu Sunan Gunung Jati. Siapakah dia? Kamu dapat menemukan jawaban lengkapnya di artikel berikut.
Tak hanya mengenai pendirinya saja, nanti kamu juga akan mendapatkan informasi mengenai lokasi, raja-raja yang pernah memimpin, peninggalan berharga, serta fakta-fakta menariknya. Jadi, tunggu apalagi? Daripada penasaran, mending langsung dicek saja!
Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja Penguasa Kerajaan Banten
Informasi lengkap mengenai silsilah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten yang bercorak Islam ini memang sayang sekali jika dilewatkan. Untuk itu, jika penasaran, langsung ...
Masa Kejayaan dan Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Banten
Apakah kamu sedang mencari informasi mengenai penyebab runtuhnya Kerajaan Banten yang didirikan oleh Sultan Hasanuddin ini? Jika iya, pas banget karena kamu bisa kamu bisa mendapatkan ...
Kisah Lengkap tentang Sultan Maulana Hasanuddin, Sang Pendiri Kerajaan Banten
Apakah kamu sedang mencari informasi tentang sosok Sultan Maulana Hasanuddin, sang pendiri Kerajaan Banten? Kalau iya, pas banget karena kamu bisa menyimak lebih banyak informasi tentangnya ...
Peninggalan-Peninggalan Sejarah yang Membuktikan Keberadaan Kerajaan Banten
Kamu penasaran nggak, sih, dengan peninggalan-peninggalan Kerajaan Banten yang masih ada hingga sekarang? Jika iya, pas banget, nih. Kamu bisa menyimak penjelasan sekaligus melihat gambarnya ...
Lokasi Kerajaan Banten
Sumber: Wikimedia Commons
Kalau dilihat dari letak geografinya, Kerajaan Banten ini berada di Provinsi Banten. Tepatnya berada di ujung Pulau Jawa bagian barat. Kalau untuk sekarang, lokasinya kira-kira berada di dekat daerah Cilegon dan Pelabuhan Merak.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten
Asal usul sejarah berdirinya Kerajaan Banten dimulai pada awal abad ke-16. Pada saat itu, Kerajaan Demak sedang berjaya dan dipimpin oleh Sultan Trenggana.
Karena berkeinginan untuk memperluas wilayah sekaligus menyebarkan agama Islam, ia kemudian mengutus Fatahillah ke Banten dan merebut Sunda Kelapa. Sebelum sampai ke Banten, Fatahillah atau yang juga biasa disebut Faletehan singgah sejenak ke Kesultanan Cirebon.
Ia menemui mertuanya, yaitu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati untuk meminta doa restu dan dukungan. Diketahui, Kerajaan Demak memang memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Cirebon.
Dengan dibantu oleh adik dari istrinya yang bernama Maulana Hasanuddin, Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa yang kemudian namanya diganti menjadi Jayakarta. Dengan keberhasilan tersebut, jalan untuk menyebarkan agama Islam semakin terbuka lebar. Setelah itu, Banten menjadi kadipaten di bawah Kerajaan Demak dan dipimpin oleh Maulana Hasanuddin.
Hingga kemudian, terdengar kabar bahwa Sultan Trenggana tewas saat akan menaklukkan Blambangan. Kerajaan Demak mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan.
Kekuasaan Demak kemudian dipindahkan oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya ke Pajang. Sementara itu, Maulana Hasanuddin memanfaatkan situasi tersebut untuk melepaskan Banten dan menjadi wilayah yang berdaulat.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Raja-Raja Terkenal dari Banten yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan
Di bawah ini adalah silsilah nama raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Banten. Ulasannya bisa kamu baca selengkapnya berikut:
1. Sultan Hasanuddin
Setelah kekacauan yang terjadi di Kerajaan Demak, Maulana Hasanuddin kemudian berhasil membuat wilayah yang dipimpinnya lepas dari kerajaan tersebut. Pada tahun 1552, ia resmi menjadi pendiri sekaligus raja pertama dari Kerajaan Banten.
Sang sultan yang memiliki nama lain Pangeran Sabakingkin ini merupakan putra dari Syarief Hidayatullah. Ayahnya juga dikenal sebagai salah satu dari walisanga dengan julukan Sunan Gunung Jati. Ibunya bernama Nyai Kawungaten yang merupakan anak perempuan dari penguasa Banten pada saat itu, yaitu Prabu Surosowan.
Maulana Hasanuddin sendiri memiliki seorang saudara perempuan, namanya adalah Ratu Winaon. Saudaranya ini usianya lebih tua darinya.
Pada masa kepemimpinannya, sang raja gencar melakukan perluasan wilayah. Wilayah kerajaan tersebut bahkan mencapai daerah Lampung.
Selain itu, ibukota Banten yang semula di Banten Girang, kemudian dipindahkan ke Surosowan. Tempat tersebut dinilai lebih strategis karena dekat dengan pantai Selat Sunda. Setelah perpindahan tersebut, perekonomian kerajaan menjadi lebih baik.
Banten kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan perkembangan Islam. Sultan Hasanuddin cukup lama memimpin Kerajaan Banten, yaitu selama 48 tahun. Ia meninggal pada tahun 1570 Masehi dan kemudian digantikan oleh putranya.
2. Maulana Yusuf
Selanjutnya, sejarah kepemimpinan Kerajaan Banten kemudian diteruskan oleh Maulana Yusuf yang resmi naik tahta pada tahun 1570. Ia adalah anak dari Sultan Hasanuddin dengan Ratu Ayu Kirana.
Sang sultan fokus untuk membangun tata kota dan memperkuat keamanan kerajaan. Selain itu, bidang pertanian juga tidak luput dari perhatiannya.
Sultan kedua Kerajaan Banten tersebut rupanya mewarisi semangat sang ayah untuk memperluas wilayah dan menyebarkan agama Islam. Dengan bantuan dari Kerajaan Cirebon, ia dan pasukannya berhasil menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1579.
Kerajaan Banten kemudian menjelma menjadi kota perdagangan pelabuhan di bawah kepemimpinannya. Semua barang-barang yang datang dari luar negeri diatur di sini, baru kemudian dikirimkan ke wilayah-wilayah lain.
Jika dibandingkan dengan sang ayah, masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf hanya berlangsung sebentar saja. Ia memerintah selama selama sepuluh tahun dan meninggal pada tahun 1580 Masehi.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
3. Maulana Muhammad
Silsilah pemimpin Kerajaan Banten kemudian diteruskan oleh Maulana Muhammad, putra dari Sultan Maulana Yusuf. Pada waktu itu, usianya baru sembilan tahun saat sang ayah meninggal dunia.
Sebelum Maulana Muhammad diangkat menjadi raja, sempat terjadi kekisruhan perebutan tahta. Adik dari Maulana Yusuf, yaitu Pangeran Jepara menginginkan tahta.
Usianya memang lebih dewasa dan dianggap bisa memimpin kerajaan lebih baik. Lagipula, dirinya juga berhak mewarisi tahta karena saudara kandung dari Maulana Yusuf.
Sayangnya, para ulama lebih memilih Maulana Muhammad yang naik tahta meskipun belum cukup umur. Setelah resmi dinobatkan pada tahun 1580 Masehi, sang sultan dibantu oleh Mangkubumi dan dibimbing oleh kadi atau hakim agung dalam menjalankan pemerintahan.
Beberapa tahun kemudian setelah menginjak dewasa, tahta kerajaan baru diserahkan kepadanya. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang religius dan bijaksana. Di usianya yang ke-25, Sultan Maulana Muhammad meninggal dunia saat melakukan penaklukkan ke Palembang.
4. Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir
Kematian Sultan Maulana Muhammad yang masih sangat muda tentu saja menyisakan kepedihan yang mendalam di hati rakyat. Sejarah pun berulang, anak lelakinya yang bernama Abdul Mafakhir juga harus menjadi raja Kerajaan Banten di usia yang masih sangat muda.
Pada tahun 1596, usianya baru menginjak lima bulan. Meskipun begitu, ia tetap dinobatkan menjadi raja. Sebelum sang raja menginjak usia dewasa, pemerintahan dijalankan oleh walinya yang bernama Mangkubumi Jayanegara.
Beberapa tahun kemudian, sang mangkubumi meninggal dunia. Akhirnya, pemerintahan dipegang oleh Nyimas Ratu Ayu Wanagiri, yang merupakan ibu sang sultan. Baru pada tahun 1624, sultan yang memiliki nama lain Pangeran Ratu ini menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin Kerajaan Banten.
Ia kemudian memfokuskan perhatiannya di bidang perdagangan, pertanian, pelayaran, dan kesehatan. Dirinya juga memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Islam.
Kemudian pada tahun 1636, terjadi perubahan administratif kepemimpinan. Sultan Abdul Mafakhir bertugas untuk mengurusi segala urusan di luar Banten. Sementara itu, sang putra mahkota yang bernama Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memiliki wewenang untuk mengatur urusan dalam wilayah kerajaan.
Di masa pemerintahannya ini pula, terjadi pertarungan sengit dengan VOC. Orang-orang Belanda itu ingin memonopoli perdagangan lada di Banten. Sang raja tentu saja menolak mentah-mentah keinginan tersebut yang mengakibatkan seluruh pelabuhan Banten diblokade oleh VOC.
Beberapa tahun kemudian, kedua belah pihak menandatangi perjanjian damai. Pada tahun 1651, Sultan Abdul Mufakhir meninggal dunia. Ia kemudian dimakamkan di Pemakaman Kenari, Banten.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Pangeran Mahkota Abu al-Ma’ali yang sejatinya dipersiapkan menjadi penerus Sultan Abdul Mafakhir. Namun sayangnya, ia meninggal pada tahun 1650.
Setelah itu, diputuskanlah Pangeran Surya untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan Kerajaan Banten. Putra dari Pangeran Abu al-Ma’ali itu naik tahta pada tahun 1651 dengan gelar Sultan Abdul Fattag Al-Mafaqih.
Lantas mengapa ia lebih dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa? Hal itu dikarenakan ia membangun sebuah istana baru di daerah Tirtayasa.
Pada masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan. Di sektor ekonomi, ia menaruh perhatiannya di bidang pertanian dengan membuka area persawahan dan irigasi.
Sementara itu, dirinya juga semakin mengeratkan hubungan diplomatik dengan kerajaa-kerajaan lain. Contohnya Inggris, Turki, Aceh, dan Arab.
Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal sebagai pejuang tangguh yang melawan VOC. Namun sayang sekali, sikapnya itu ditentang oleh anaknya yang bernama Abu Nashar Abdul Qahar yang pro Belanda. Yang kemudian menimbulkan perselisihan di akhir pemerintahannya.
6. Sultan Haji
Perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anak lelakinya dimanfaatkan dengan baik oleh Belanda. Pada tahun 1683 Masehi, sang sultan akhirnya dapat ditangkap dan dipenjara.
Mau tidak mau, tahta kerajaan jatuh ke tangan Abu Nashar Abdul Qahar. Di balik pengangkatannya sebagai raja, memang terdapat campur tangan Belanda.
Sebelum benar-benar resmi, Belanda memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi calon sultan baru tersebut. Inti dari perjanjian itu adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kerajaan harus mendapatkan persetujuan dari Belanda.
Laki-laki yang juga disebut Sultan Haji itu tentu saja setuju. Di tahun yang sama, ia resmi dinobatkan menjadi raja.
Entah disadari atau tidak, perjanjian tersebut memiliki dampak yang sangat buruk untuk kerajaan. Dengan Belanda menguasai kerajaan, kehidupan rakyat semakin sengsara. Terlebih lagi, mereka memonopoli perdagangan.
Kekacauan pun tidak terhindarkan. Sultan Haji tidak hanya mendapatkan tekanan dari rakyat, tetapi juga Belanda. Akhirnya, ia meninggal tahun 1687 karena jatuh sakit.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Peninggalan Kerajaan Banten
Keberadaan Kerajaan Banten dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada hingga sekarang. Apa sajakah itu? Jawabannya dapat kamu temukan berikut ini.
1. Keraton Kaibon
Salah satu bangunan sejarah peninggalan Kerajaan Banten ini lokasinya berada di Kampung Kroya, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Istana ini dibangun sekitar tahun 1815.
Kaibon sendiri secara etimologi berasal dari kata keibuan. Hal ini dikarenakan keraton tersebut merupakan tempat tinggal dari Ratu Aisyah.
Ia adalah ibu dari Sultan Syaifuddin yang mulai naik tahta sekitar tahun 1809. Pada waktu itu, sang sultan usianya masih sangat belia. Maka dari itu, sang ibulah yang memegang tampuk kekuasaan sempai anak lelakinya itu menginjak dewasa.
Sayang sekali, bangunan yang indah tersebut dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1832. Salah satu penyebabnya adalah karena Sultan Syaifuddin menolak untuk memberi izin mengenai proyek jalan Anyar–Panarukan. Kini, yang tersisa hanyalah puing-puing pondasi tembok dan gapura keraton saja.
2. Masjid Agung Banten
Peninggalan sejarah selanjutnya adalah Masjid Agung Banten yang dibangun pada tahun 1556 Masehi. Bangunan ini berdiri pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Akan tetapi, baru selesai pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf.
Lokasinya mudah dijangkau, kok. Tepatnya berada di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Bangunan tersebut memiliki luas sekitar 1,3 hektar dengan luas kompleks mencapai 2 hektar.
Masjid Agung Banten ini memiliki arsitektur perpaduan beberapa budaya seperti Jawa, Tiongkok, Hindu, dan Eropa. Ciri khasnya adalah menara yang memiliki bentuk seperti mercusuar.
Tidak hanya digunakan untuk beribadah, orang-orang menjadikan tempat ini sebagai wisata religi atau untuk berziarah. Hal itu dikarenakan sultan-sultan yang pernah memimpin Kerajaan Banten dimakamkan di sini. Contohnya ada Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Zainul Abidin, dan lain-lain.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
3. Keraton Surosowan
Bangunan tersebut merupakan saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Banten. Dulunya, istana ini digunakan sebagai tempat tinggal bagi para sultan.
Tempat bersejarah di atas diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, yaitu sekitar tahun 1520-an. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, Keraton Surosowan juga merupakan pusat untuk menjalankan roda pemerintahan. Letaknya berada di tengah-tengah dengan alun-alun di sebelah utara, dan Masjid Agung di sebelah barat.
Di akhir masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, keraton tersebut rusak parah akibat peperangan melawan Belanda yang terjadi pada tahun 1680. Setelah itu ketika Sultan Haji naik tahta, tempat itu dibangun kembali dengan bantuan seorang arsitektur asal Belanda.
Beberapa ratus tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1813, Belanda kembali menyerang istana tersebut. Keraton tersebut benar-benar hancur dan hanya tersisa puing-puingnya saja.
4. Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk juga menjadi salah satu bangunan bersejarah peninggalan era peradaban Kerajaan Banten. Letaknya berada di Kampung Pamarican, Kasemen, Serang.
Bangunan kuno yang dibangun oleh Belanda tersebut terbuat dari campuran kapur, batu, dan pasir. Tujuan didirikannya adalah untuk menghalau serangan dari Sultan Ageng Tirtayasa.
Lantas, mengapa diberi nama Speelwijk? Penyematan nama tersebut digunakan sebagai penghormatan untuk Gubernur Hindia Belanda yang menjabat pada saat itu. Namanya adalah Cornelis Janszoon Speelman.
Area ini dikelilingi parit dengan kedalaman sekitar 1,5 sampai 2 meter. Di sini, terdapat empat menara pengintai dan dilengkapi dengan gudang untuk menyimpan persenjataan.
5. Danau Tasikardi
Secara etimologi, Tasikardi berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu tasik dan ardi yang berarti danau buatan. Lokasinya berada di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kota Serang, Banten.
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Banten tersebut dibuat pada era pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Fungsinya adalah sebagai tempat untuk menampung air dari Sungai Cibanten dan juga sebagai sumber air untuk masyarakat.
Danau ini memiliki luas sekitar 5 hektar. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, danau tersebut memiliki dasar yang terbuat dari batu bata.
Sementara itu, di tengah-tengah danau terdapat sebuah pulau yang digunakan sebagai peristirahatan keluarga raja. Di sana juga terdapat beberapa bukti keberadaan kerajaan seperti pendopo, kamar mandi, dan kolam.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
6. Vihara Avalokitesvara
Satu lagi bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang informasinya dapat kamu temukan di sini, yaitu Vihara Avalokitesvara. Menurut ahli sejarah, tempat tersebut sudah didirikan sekitar tahun 1542.
Pada awalnya, vihara ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati untuk menghormati pengikut istrinya yang masih setia memegang teguh keyakinannya. Diketahui, istri sang sunan berasal dari Tiongkok bernama Putri Ong Tien.
Lokasinya dulu tak jauh dari Masjid Agung Banteng. Namun sekitar tahun 1774, vihara itu kemudian dipindahkan ke Pamarican.
Bangunan yang memiliki nama lain Klenteng Tri Darma ini digunakan untuk beribadah penganut agama Konghucu, Buddha, dan Taoisme. Luas areanya sendiri sekitar 10 hektar.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
7. Meriam Ki Amuk
Jika peninggalan-peninggalan yang sebelumnya berupa tempat, kalau yang satu ini berupa meriam. Benda sejarah Kerajaan Banten tersebut memiliki berat sebesar 7 ton.
Panjangnya sekkitar tiga meter dengan diameter luar 0,7 meter. Meriam ini mampu menembakkan peluru seberat 80 kilogram, lho.
Konon, senjata peperangan ini dibuat di Kerajaan Demak. Setelah itu, oleh Sultan Trenggono dihadiahkan untuk Sultan Hasanuddin.
Meriam Ki Amuk ini dulu pernah ditempatkan di halaman Masjid Agung Banten. Namun untuk sekarang, benda tersebut disimpan dengan baik di Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Mataram Kuno
Fakta Menarik dari Kerajaan Banten
Sumber: bidikutama
Kamu tentunya sudah menyimak ulasan tentang sejarah, silsilah raja, dan juga peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Banten, kan? Nah, selanjutnya berikut ini ada beberapa fakta menarik tentang kerajaan tersebut yang sayang jika dilewatkan.
1. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten
Karena letaknya yang dekat dengan laut, maka yang menjadi penumpu perekonomian kerajaan Banten adalah sektor perdagangan. Di masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, kerajaan ini menjadi salah satu pusat perdagangan internasional.
Setelah jatuhnya Selat Malaka ke tangan Portugis, banyak pedagang-pedagang Islam yang kemudian memilih untuk singgah di pelabuhan milik Kerajaan Banten. Contohnya adalah pedagang dari Persia, Gujarat, Turki, dan Arab.
Kerajaan ini juga merupakan salah satu penghasil lada yang besar. Maka dari itu, barang tersebut menjadi komoditi ekspor yang menyokong perekonomian kerajaan.
2. Kehidupan Sosial Budaya
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan di nusantara yang bercorak Islam. Maka dari itu, peraturan-peraturan yang diterapkan tentu saja berlandaskan ajaran agama tersebut.
Meskipun mayoritas penduduknya adalah muslim, toleransi beragama pasa masa ini begitu dijunjung tinggi. Salah satu buktinya adalah pendirian vihara di pelabuhan Banten.
Selain itu, ada berbagai macam etnis yang bermukim di Kerajaan Banten. Mulai dari Jawa, Sunda, Bali, hingga Bugis pun ada.
Pelabuhan Banten yang menjadi persinggahan para pedagang juga menjadi tempat untuk akulturasi budaya. Baik itu dari India, Arab, maupun Tiongkok. Bangunan yang menjadi bukti nyata dari adanya proses percampuran budaya tersebut adalah Masjid Agung Banten.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Pajajaran
3. Film Kehidupan Sultan Ageng Tirtayasa
Fakta menarik lain yang bisa kamu simak lewat artikel ini adalah adanya dokudrama tentang Sultan Ageng Tirtayasa. Film tersebut disutradarai oleh Darwin Mahesa dan mendapatkan dukungan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, lho.
Secara garis besar, sinema tersebut menceritakan tentang perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam memimpin Kerajaan Banten. Di situ, diceritakan pula tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh anak lelakinya, yaitu Sultan Haji.
Film Tirtayasa The Sultan of Banten yang rilis pada tahun 2017 ini dibintangi oleh sejumlah artis Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Krisna Murti Wibowo, Claudio, Damanik Cahya, dan Tubagus Dian Kurniawan. Durasinya hanya 30 menit saja.
Kalau penasaran, kamu bisa menontonnya sendiri lewat situs film legal yang tersedia. Belajar tentang sejarah juga bisa melalui cara yang menyenangkan, kok.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang Sejarah Kerajaan Banten Ini?
Demikianlah, informasi lengkap tentang sejarah Kerajaan Banten yang dapat kamu temukan di PosKata. Mulai dari sejarah, nama-nama raja yang memimpin, peninggalan, hingga fakta menariknya. Semoga kamu mendapatkan pengetahuan baru setelah membacanya, ya.
Buat kamu yang mungkin ingin menyimak ulasan serupa tentang kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, mending langsung saja cek ulasannya di artikel lain. Tidak hanya tentang kerajaan bercorak Islam saja, tetapi ada juga tentang kerajaan bercorak Hindu dan Buddha. Contohnya adalah Kerajaan Singasari, Sriwijaya, Majapahit, Tarumanegara, dan masih banyak lagi.