
Selain Samudra Pasai, di ujung Pulau Sumatra ada juga sebuah kerajaan bercorak Islam bernama Aceh Darussalam. Kalau kamu ingin menyimak sejarah dari Kerajaan Aceh Darussalam, bisa langsung cek artikel berikut ini. Yuk, langsung saja!
Ulasan sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia memang menarik sekali untuk diikuti. Salah satunya adalah sejarah tentang salah satu kerajaan bercorak Islam yang bernama Aceh Darussalam ini.
Kerajaan ini sudah ada pada abad ke-16 lalu. Tepatnya didirikan sekitar tahun 1507 Masehi dan mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.
Nah, yang kamu baca barusan hanyalah secuil informasi dari kerajaan tersebut. Kalau ingin mengetahui lebih banyak, mending langsung baca saja ulasan lengkap tentang sejarah Kerajaan Aceh Darussalam ini. Tidak hanya tentang sejarahnya saja, tapi ada juga ulasan tentang para pemimpin, peninggalan, dan fakta-fakta menariknya.
Masa Kejayaan dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam
Apakah kamu sedang mencari informasi tentang kejayaan dan juga hal-hal yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno? Jika iya, tidak perlu bingung mencarinya ke mana-mana lagi ...
Ulasan Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Aceh Darussalam
Kamu sedang mencari informasi tentang silsilah raja-raja yang memimpin Kerajaan Aceh Darussalam? Kalau iya, pas banget, nih, karena kamu bisa menyimak ulasan lengkapnya di sini. Daripada ...
Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
Apakah kamu penasaran dengan peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam yang masih ada hingga sekarang? Kalau iya, mending kamu langsung cek saja ulasan lengkapnya di bawah ...
Lokasi Kerajaan Aceh Darussalam
Sumber: Wikimedia Commons
Kerajaan Aceh Darussalam terletak di Provinsi Aceh. Tepatnya berada di Kota Banda Aceh yang sekarang. Lokasinya sangatlah strategis karena berada di dekat jalur perdagangan internasional.
Pada zaman dulu, kota tersebut juga merupakan letak di mana ibu kota dari Kerajaan Aceh berada. Namanya adalah Kutaraja Bandar Aceh Darussalam.
Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam
Sebelum berdiri menjadi kerajaan sendiri, Aceh Darussalam dulunya adalah bagian dari Kerajaan Lamuri. Pemimpinnya adalah Ali Mughayat Syah. Ia kemudian melakukan perluasan wilayah dengan menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.
Beberapa di antaranya adalah Pedir, Daya, Nakur, dan Lidie. Setelah memiliki wilayah kekuasaan yang tetap, Ali Mughayat Syah memutuskan untuk melepaskan diri dari Kerajaan Lamuri dan membentuk pemerintahan yang berdaulat sendiri.
Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan menjadi Raja Kerajaan Aceh Darussalam yang pertama pada tahun 1514. Usaha untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain tentu saja tidak berhenti sampai di situ.
Pada tahun 1524, kerajaan ini juga berhasil menaklukkan wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Tak hanya memperluas wilayah, kerajaan tersebut juga berusaha mati-matian untuk mengusir Portugis supaya berhenti menguasai pelabuhan perdagangan dan menjajah wilayahnya.
Baca juga: Candi-Candi yang Menjadi Bukti Kemegahan Kerajaan Mataram Kuno
Raja-Raja yang Pernah Menduduki Kerajaan Aceh Darussalam
Sumber: Biografiku
Di bawah ini adalah nama-nama dari raja yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Aceh Darussalam. Ulasannya adalah sebagai berikut:
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Seperti yang sudah kamu baca di atas, Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Aceh Darussalam. Ia resmi menjadi raja pada tahun 1514 dengan gelar al-Malik as-Shalih.
Sebelum menjadi raja, ia sebenarnya sudah menjadi pemimpin wilayah pada tahun 1507. Tepatnya, sebelum melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan yang menaklukkan daerahnya.
Pada tahun 1511, Portugis datang ke wilayah Aceh dan mulai menjajah. Pada waktu itu, bangsa asing tersebut memang dikenal tidak terlalu menyukai orang-orang beragama Islam. Mereka membunuh orang-orang muslim dengan kejam.
Dari situlah muncul tekad dari hati sang sultan, yang saat itu masih menjadi pemimpin, untuk mengusir bangsa Portugis dari tanahnya. Selain karena hal tersebut, mereka juga tidak mau jika Portugis menguasai seluruh pelabuhan dagang.
Sayangnya sebelum benar-benar bisa mengusir Portugis, Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia. Ia berkuasa sampai tahun 1530 Masehi.
2. Sultan Salahuddin
Sepeninggal Sultan Ali Mughayat Syah, tumpu kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam kemudian jatuh ke tangan anak laki-lakinya yang paling tua bernama Salahuddin. Ia resmi naik tahta pada tahun 1530 Masehi.
Sayang sekali, tidak banyak informasi mengenai raja kedua ini. Hanya saja, ia dinilai sebagai pemimpin yang lemah. Maka dari itu, kemudian terjadilah kudeta.
Sultan Salahuddin tidak terlalu lama duduk di singgasana kerajaan. Ia hanya memimpin kerajaan tujuh tahun saja dan turun tahta pada tahun 1537 Masehi.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Pajajaran
3. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar
Setelah berhasil melakukan kudeta, Alauddin Riayat Syah kemudian menjadi sultan di Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dinobatkan menjadi raja pada tahun 1537 Masehi. Pada masa pemerintahannya ini, kerajaan menjadi lebih kuat dibandingkan era yang sebelumnya.
Sultan Alauddin Riayat Syah tetap melakukan perluasan wilayah hingga ke Semenanjung Melayu. Ia tidak hanya menargetkan daerah-daerah pesisir, tetapi juga pedalaman.
Setelah berhasil, dirinya kemudian berhaslih ke wilayah pantai Sumatra sebelah timur dan berhasil menaklukkan Kerajaan Aru. Tidak berhenti di situ saja, ia juga berusaha menaklukkan daerah pedalaman Batak yang kebanyakan warganya memeluk agama Hindu.
Sang sultan juga memiliki semangat seperti ayahnya untuk mengusir Portugis dari wilayahnya. Untuk itu, ia kemudian memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan Kesultanan Turki Ottoman untuk melawan dan memblokade Portugis.
Sayangnya, setelah segala upaya dilakukan kerajaan ini juga belum dapat mengusir Portugis. Sang raja meninggal pada tahun 1571 Masehi setelah berkuasa selama 34 tahun.
4. Sultan Iskandar Muda
Setelah Sultan Alauddin wafat, catatan sejarah mengatakan kalau Kerajaan Aceh Darussalam memasuki periode yang sangat suram. Keturunannya saling menyerang untuk mendapatkan tahta kerajaan.
Tercatat ada beberapa nama raja yang pernah mengisi singgasana, tapi sayang tidak banyak informasi yang bisa diulas. Baru pada tahun 1607 Masehi, muncullah sosok Iskandar Muda yang mampu membangkitkan kerajaan dari keterpurukan.
Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam pun semakin meluas. Tidak hanya meliputi sebagian besar wilayah Sumatera, tetapi juga Semenanjung Malaya, dan Thailand.
Perekonomian pun semakin maju dan berkembang pesat. Ia mampu menguasai dan mempertahankan pelabuhan-pelabuhan dagang dengan memaksa pedagang asing untuk tunduk pada peraturan yang ia buat.
Di bawah kepemimpinannya, Sultan Iskandar Muda berhasil mengatarkan Kerajaan Aceh Darussalam menuju puncak kejayaan. Bahkan, ia mampu menjadikan kerajaan tersebut menduduki peringkat kelima sebagai kerajaan bercorak Islam terbesar di dunia setelah Maroko, Isfahan, Persia, dan Agra.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
5. Sultan Iskandar Thani
Sultan Iskandar Muda meninggal pada tahun 1636 dan kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Thani. Menurut catatan beberapa sumber, ia menikahi putri dari Iskandar Muda yang bernama Putri Sri Alam.
Berbeda dari kepemimpinan mertuanya yang mengedepankan perluasan wilayah, ia lebih memperhatikan perkembangan di bidang agama. Ia menjadikan istana sebagai pusat pendidikan Islam.
Selain itu, ia jugalah yang membantu penyebaran agama Islam di luar Aceh. Politik yang dijalankan pun tidak sekeras dan sekuat pada masa kepemimpinan Iskandar Muda.
Belum sempat membuat banyak kebijakan yang berdampak baik, Sultan Iskandar Thani meninggal dunia pada tahun 1641. Usianya baru 31 tahun pada saat itu.
Mengenai penyebab kematiannya pun menjadi misteri. Namun pada waktu itu, upacara pemakamannya dilaksanakan dengan mewah. Karena tidak memiliki keturunan, akhirnya pemerintahan diambil alih oleh sang istri.
6. Sultanah Safiatuddin
Ketika Sultan Iskandar Thani wafat, terjadilah kekosongan kekuasaan. Pada waktu itu, keadaannya sulit untuk mencari laki-laki yang masih keluarga dekat.
Maka dari itu, diangkatlah Putri Sri Alam menjadi Sultanah. Ia bergelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Syah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah.
Pada awalnya, pengangkatan tersebut tidak terlalu berjalan mulus. Pasalnya, para kaum ulama merasa keberatan jika kerajaan dipimpin oleh seorang wanita.
Beruntungnya, ada ulama besar bernama Nurudin Ar Raniri yang bisa menengahi keributan tersebut. Hasilnya, sang sultanah tetap menduduki posisinya sebagai pemimpin.
Pada masa pemerintahannya, ia bisa membuktikan kalau dirinya mampu memimpin kerajaan. Salah satunya adalah dirinya mampu memperbaiki keadaan ekonomi. Selain itu, perkembangan sastra dan budaya juga berkembang dengan baik.
Sultanah Safiatuddin berkuasa cukup lama, yaitu 34 tahun. Ia meninggal pada tanggal 23 Mei 1675.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Mataram Kuno
7. Raja-Raja yang Lain
Kepemimpinan Sultanah Safiatuddin kemudian dilanjutkan oleh Sri Ratu Naqi Al-Din Nur al-Alam. Ia menjadi pemimpin mulai tahun 1675 hingga 1678. Dua periode pemerintahan selanjutnya juga masih dipegang perempuan.
Secara berturut-turut, mereka adalah Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah yang memerintah tahun 1678-1688 dan Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din pada tahun 1688-1699 M. Sayang sekali, tidak banyak informasi yang dapat dikulik mengenai pemerintahan mereka.
Setelah era kepemimpinan Sri Ratu Kamalat Syah, masih ada 18 raja yang mempertahankan eksistensi Kerajaan Aceh Darussalam. Kemudian Sultan Muhammad Daud Syah disebut-sebut sebagai pemimpin terakhir dari kerajaan tersebut.
8. Sultan Daud Syah
Sultan Muhammad Daud Syah naik tahta pada tahun 1874. Usianya masih muda pada waktu dinobatkan, yaitu tujuh tahun.
Menurut catatan sejarah, ia berada di urutan 35 sebagai pewaris tahta Kerajaan Aceh Darussalam. Dirinya menggantikan Sultan Alaidin Mahmudsyah yang wafat karena terserang wabah kolera.
Sayang sekali, nasibnya berakhir menyedihkan. Pada tahun 1907, ia ditangkap oleh Belanda karena tidak mau bekerjasama. Ia kemudian menjalani sisa hidupnya dipengasingan.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Peninggalan Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam
Berikut ini ada beberapa peninggalan-peninggalan yang membuktikan eksistensi Kerajaan Aceh Darussalam:
1. Masjid Raya Baitturahman
Sumber: Wikimedia Commons
Salah satu peninggalah sejarah dari peradaban Kerajaan Aceh adalah Masjid Baitturahman. Letaknya berada di pusat kota Banda Aceh.
Bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 Masehi. Pada awalnya, tempat tersebut bukan hanya digunakan untuk beribadah saja. Akan tetapi, juga digunakan sebagai pusat pendidikan agama Islam.
Kemudian pada masa penjajahan Belanda, masjid ini kemudian berubah fungsi menjadi benteng pertahanan. Bangunan tersebut bahkan pernah dibakar hingga habis saat terjadi Agresi Militer Belanda yang kedua yang terjadi pada tahun 1873.
Pada tahun 1879, Belanda membangunnya kembali sebagai usaha untuk meredam perlawanan rakyat. Pembangunanya baru selesai tahun 1881.
Masjid Raya Baitturahman Aceh memiliki luas 4.000 m² dan dapat menampung lebih dari 12.000 orang. Luas areanya sendiri mencapai 31.000 m².
2. Benteng Indra Patra
Peninggalan selanjutnya adalah Benteng Indra Patra yang dibangun pada era Kerajaan Lamuri pada abad ke-7. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan bercorak Hindu pertama di Aceh.
Lokasinya berada pinggir pantai di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya. Bangunan tersebut dibuat menghadap ke Selat Malaka karena merupakan jalur perdagangan paling ramai.
Pada zaman dulu, terdapat tiga benteng. Namun kemudian hanya tersisa dua buah. Benteng utama memiliki luas 70 x 70 meter. Tingginya sekitar empat meter dengan tebal dua meter.
Benteng Indra Patra ini dibangun dengan menggunakan campuran kapur, batu gunung, tanah liat, kulit kerang, dan telur. Setelah masa kejayaan Hindu runtuh, Sultan Iskandar muda menggunakannya sebagai benteng pertahanan.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
3. Meriam Kesultanan Aceh
Meriam Kesultanan Aceh ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang ditemukan di Desa Arongan, Kecamatan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat. Benda tersebut berjumlah tiga buah dan terlihat sudah usang.
Para sejarawan memperkirakan meriam tersebut sudah ada sejak kerajaan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Menurut cerita, benda itu dipesan langsung dari Kesultanan Turki.
Dari cerita orang-orang sekitar, pada awalnya meriam itu berjumlah lima buah. Namun, dua meriam hilang tersapu ombak saat terjadi bencana tsunami pada tahun 2004 lalu.
Sayang sekali, peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam ini kurang mendapatkan perhatian. Meriam tersebut dipenuhi dengan lumut dan tempat di sekitarnya juga terlihat tidak terawat.
4. Uang Emas Kerajaan Aceh
Benda sejarah yang berharga ini tak sengaja ditemukan pada bulan November 2013 lalu oleh seorang warga pencari tiram. Lokasi penemuannya berada di sebuah tambak warga di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.
Pada saat ditemukan, koin-koin itu diletakkan dalam sebuah kaleng. Jumlahnya sekitar 300 keping. Beratnya sekitar 0,6 gram dengan diameter 11 milimeter.
Koin tersebut mengandung kadar emas sebanyak 18 karat. Dilihat dari tulisan kaligrafinya, koin ini menjadi alat tukar di kerajaan pada abad ke-16.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
5. Taman Sari Gunongan
Salah satu bangunan indah ini juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam. Letaknya berada di sebelah kiri Masjid Baitturrahman.
Taman ini dibuat oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya, yaitu Putroe Phang yang asalnya dari Pahang. Tempat tersebut dibangun sebagai bukti betapa besarnya cinta sang sultan untuk istrinya.
Di area taman ini juga terdapat sebuah gerbang kecil yang berguna sebagai penghubung dengan istana yang diberi nama Pinto Khop. Selain itu, di sini juga terdapat kolam sebagai tempat untuk mandi sang permaisuri.
6. Masjid Tuha Indrapuri
Tempat ibadah ini lokasinya berada tidak jauh dari Sungai Krueng, kira-kira hanya sekitar 150 meter saja. Tepatnya, berada di Desa Keude, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Sebelum dijadikan masjid pada tahun 1618, Masjid Tuha Indrapuri dulunya merupakan bekas sebuah kuil pada masa Kerajaan Lamuri. Bangunan ini berada di sebuah area yang memiliki luas 33.875 m². Sementara itu, arsitekturnya sendiri masih tersebut masih kental dengan budaya Hindu.
7. Kerkhof Peuceut
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Aceh terakhir yang bisa kamu temukan di sini adalah Kerkhof Peuceut. Tempat ini menjadi bukti betapa gigihnya rakyat aceh dalam mengusir penjajah.
Kerkhof merupakan area pemakaman milik tentara Belanda yang tewas saat melawan pejuang Aceh. Ada banyak sekali serdadu yang dimakamkan di sini, kira-kira lebih dari 2.000 orang.
Lokasinya sendiri berada di pusat kota Banda Aceh. Lebih tepatnya berada di Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman. Luasnya mencapai 3,5 hektar.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
Fakta Menarik dari Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam
Sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak ulasan tentang silsilah dan peninggalan sejarah Kerajaan Aceh Darussalam, kan? Selanjutnya ada informasi menarik tentang kerajaan tersebut yang sayang untuk dilewatkan.
1. Kehidupan Sosial
Pada zaman dahulu, warga Kerajaan Aceh digolongkan menjadi empat. Yang pertama adalah teuku yang terdiri dari kaum bangsawan yang memiliki kekuasaan dalam pemerintahan.
Kemudian, ada golongan tengku yang berisikan ulama-ulama dan memegang peran penting dalam kehidupan beragama. Selain itu, para prajurit masuk ke golongan hulubalang. Dan golongan yang terakhir adalah rakyat biasa.
Akibat politik adu domba yang dijalankan pada masa penjajahan Belanda, golongan tengku dan teuku sering kali bertengkar. Mereka juga bersaing untuk berebut pengaruh pada rakyat.
2. Kehidupan Sosial dan Budaya
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat di Kerajaan Aceh sudah menerapakan syariat Islam di berbagai aspek. Hal itu dikarenakan penduduk di sini memang mayoritas memeluk agama Islam.
Pengaruh dari agama tersebut juga terlihat kuat pada bahasa dan sastra yang berkembang di sana. Salah satu naskah peninggalan kerajaan tersebut adalah Bustanus Salatin yang ditulis oleh seorang ulama yang disegani bernama Nurridin Ar-raniri. Selain itu, peninggalan sastra yang lainnya adalah juga Hikayat Prang Sabi, Hikayat Malem Diwa, dan Syair Hamzah Fansuri.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
3. Kehidupan Ekonomi
Lokasi Kerajaan Aceh Darussalam dekat dengan jalur perdagangan internasional yang ramai. Maka dari itu, fokus utamanya berada di sektor perdagangan.
Pada masa kepemimpinan Sultan Alauddin, kerajaan tersebut menjadi bandar utama yang digunakan sebagai tempat singgah untuk pedagang mancanegara seperti Belanda, Inggris, Arab, Mesir, Persia, Jepang, dan masih banyak lagi.
Komoditas yang diperdagangkan adalah lada, emas, beras, dan minyak wangi, sutera. Sementara itu, kerajaan ini juga mengekspor barang-barang seperti kayu cendana, damar, getah perca, dan obat-obatan. Karena hal tersebut, kerajaan ini dikenal begitu makmur.
Kemudian pada era pemerintahan Sultan Iskandar Muda, diterbitkanlah kepingan uang atau dirham yang mempermudah transaksi perdagangan. Nilainya bersaing dengan ringgit yang dikeluarkan oleh Portugis.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Pajajaran
Sudah Puas Menyimak Ulasan Sejarah dari Kerajaan Aceh di Atas?
Demikianlah sejarah, silsilah nama para raja, peninggalan, dan fakta menari dari Kerajaan Aceh yang dapat kamu simak di PosKata. Bagaimana? Apakah kamu sudah puas membacanya dan mendapatkan pengetahuan baru? Semoga saja iya.
Kalau misalnya masih ingin membaca ulasan tentang kerajaan tersebut secara detail, kamu bisa menemukannya di artikel yang lainnya. Selain Kerajaan Aceh, ada juga informasi tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia yang tidak kalah menarik. Jadi tunggu apalagi? Baca terus, PosKata, ya!