
Ambigu dapat digolongkan ke dalam kelas kata adjektiva (kata sifat). Arti ambigu adalah a bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya).
Ambigu bersinonim dengan enigmatis; problematis; samar. Berikut ini pembahasan lebih lengkap tentang makna kata dan pengertian ambigu.
(1) am.bi.gu adjektiva (kata sifat)
- bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya); bermakna ganda; taksa
Sinonim: enigmatis, problematis, samar, taksa
Kamus Indonesia - Inggris
Terjemahkan ambigu dalam bahasa Inggris di Google Translate.
Pengertian Ambigu
Secara umum, pengertian ambigu adalah sesuai yang tertera di dalam KBBI, yakni berhubungan dengan sesuatu yang samar-samar, bermakna ganda, dan tidak jelas. Jika ingin tahu maknanya yang lebih luas, simak keterangan berikut!
Ambigu Secara Etimologi
Kata yang bersinonim dengan taksa ini berasal dari bahasa Latin berbunyi ambiguus, yang artinya sifat meragukan atau bergerak dari satu sisi ke sisi lain. Ambiguus sendiri diambil dari kata ambigere, yang apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi berkeliaran atau ragu-ragu.
Dalam perkembangannya, kata ambigu sendiri biasa digunakan di banyak situasi percakapan. Di sebuah percakapan, sering kali ditemui kalimat-kalimat atau kata-kata yang mungkin menimbulkan penafsiran berbeda, bergantung pada siapa yang mengatakan dan mendengarkannya.
Ambigu Menurut Para Ahli
a. Menurut Crane, Yeager, dan Whitman
Menurut Ben Crane, Edward Yeager, dan Randal L. Whitman dalam buku An Introduction to Linguistics (1981), pengertian ambigu disebutkan sebagai suatu hal atau kalimat yang memiliki lebih dari satu interpretasi normal.
b. Menurut Sarah E. Ullman
Di dalam buku Mansoer Pateda yang bertajuk Semantik Leksikal (2010) disebutkan bahwa, Sarah E. Ullman berpendapat tentang pengertian ambiguitas.
Ullman menuturkan, ambiguitas ialah suatu kondisi linguistik yang dapat muncul dalam berbagai cara, baik secara leksikal maupun gramatikal.
c. Menurut A. Hamid Lubis
Pengertian lain dari ambiguitas juga diungkapkan oleh A. Hamid Lubis dalam bukunya, Analisis Wacana Pragmatik (1993). Lubis menjelaskan, ambiguitas merupakan kegandaan arti kalimat yang diucapkan oleh pembicara atau penutur, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami oleh pendengar.
Hal tersebut dapat disebabkan karena intonasi penutur kurang tepat atau jedanya tidak jelas. Sering kali, ketaksaan itu dapat pula dikarenakan kata yang dipakai bersifat polisemi (satu kata yang mempunyai banyak makna).
d. Menurut Abdul Chaer
Salah seorang ahli linguistik bernama Abdul Chaer dalam buku Linguistik Umum (2007) menyebutkan, ketaksaan dapat diartikan kepemilikan atas lebih dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Hal ini terjadi lantaran pendengar memaknai secara berbeda tentang ujaran yang disampaikan penutur.
e. Menurut Fatimah Djajasudarma
Dalam bukunya Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna (1993), Fatimah Djajasudarma menyebutkan bahwa ambiguitas dapat timbul dalam berbagai variasi tulisan maupun tuturan. Baginya, bahasa lisan sering menimbulkan ketaksaan karena yang didengar seseorang belum tentu sesuai dengan maksud penulis atau penutur.
Sedangkan dalam bahasa tulis, ketaksaan dapat sedikit diminimalkan dengan memberikan tanda baca yang tepat. Tanda baca tidak hanya memperjelas maksud bacaan, tetapi juga membantu pembaca menafsirkan kalimat dengan baik.
f. Menurut Edi Subroto
Berikutnya ada pengertian ambigu dari Edi Subroto yang disampaikan di buku Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik (2011). Ia memaparkan, ketaksaan atau ambiguitas merupakan persoalan semantik. Maksudnya, persoalan penafsiran arti dari suatu tuturan yang dapat ditafsirkan berbeda-beda sehingga memicu kesalahpahaman.
Ambiguitas semacam ini bisa timbul di berbagai situasi ujaran maupun dalam bahasa tulisan. Bahwasanya, terkadang seseorang kesulitan memahami apa yang disampaikan orang lain, baik melalui ucapan maupun tulisan. Keraguan atas pengambilan makna dan kebingungan karena banyaknya penafsiran dari apa yang disampaikan itulah yang dinamakan ambiguitas.
g. Menurut Wijana dan Muhammad Rohmadi
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi dalam buku Semantik Teori dan Analisis (2008) menyebut, kata-kata berpolisemi yang memiliki makna ganda cenderung menimbulkan penafsiran yang ambigu.
Kata-kata tersebut misalnya, (1) beruang (bisa berarti binatang beruang atau mempunyai banyak uang) dan (2) mengarang (menulis cerita fiksi atau mengucapkan sesuatu yang tidak/belum tentu benar).
Pembagian Ambiguitas
Ada berbagai jenis ketaksaan dalam suatu bahasa dan alasan mengapa bentuk kebahasaan bersifat taksa. Berdasarkan bentuknya, ketaksaan atau ambiguitas dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu ambiguitas fonetik (bunyi), gramatikal, dan leksikal. Di bawah ini penjelasan singkatnya:
a. Ambiguitas Fonetik
Ambiguitas fonetik ialah ketaksaan yang terjadi lantaran adanya kesamaan bunyi dari sebuah kata. Salah satu contoh kata dengan kesamaan bunyi yang dapat menimbulkan penafsiran ganda, yaitu “tahu”.
Contoh kalimat:
- Ani datang ke rumah Budi untuk memberi tahu gejrot.
- Ani datang ke rumah Edi untuk memberi tahu tentang pernikahannya dengan Budi.
b. Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas gramatikal berhubungan dengan ketaksaan yang terjadi karena tata bahasa. Penafsiran ganda dari jenis ketaksaan ini cuma timbul jika suatu frasa belum tersusun ke dalam sebuah kalimat.
Misalnya saja frasa “orang tua” yang dapat ditafsirkan sebagai seseorang yang telah lanjut usia, tetapi juga bisa diartikan ayah dan ibu. Ketaksaan tersebut biasanya hilang begitu frasa yang ambigu dirangkaikan di dalam kalimat. Berikut contoh lain dari frasa yang menimbulkan ambiguitas gramatikal:
- Utang Budi
Frasa ini bisa dimaknai menjadi: (a) Budi mempunyai utang atau (b) menerima kebaikan dari orang lain yang harus dibalas. - Lukisan Ahmad
Frasa ini bisa dimaknai menjadi: (a) lukisan karya seseorang bernama Ahmad, (b) lukisan milik Ahmad, atau (c) lukisan wajah orang bernama Ahmad. - Angkat Tangan
Frasa ini bisa dimaknai menjadi: (a) mengangkat tangan atau (b) menyerah.
c. Ambiguitas Leksikal
Ambiguitas leksikal terjadi dipengaruhi oleh kata itu sendiri. Ketaksaan leksikal sering kali disebabkan karena sebuah kalimat mengandung unsur kata yang sudah mempunyai lebih dari satu makna. Contoh:
- Hati (berarti organ tubuh atau yang berkaitan dengan perasaan)
(a) Hati dapat berfungsi sebagai penawar racun yang masuk ke dalam tubuh manusia.
(b) Perlakukan Ani dengan baik karena hatinya sensitif - Hijau (berarti warna atau istilah untuk menyebut seseorang yang masih muda dan belum punya banyak pengalaman)
(a) Mawar membeli kerudung berwarna hijau dari toko online.
(b) Andi masih terlalu hijau untuk tahu alasan ayah dan ibunya berpisah.